Dua

1329 Kata
Pagi mulai terlihat, hembusan angin lembut serta cahaya matahari yang mulai terlihat di ufuk timur membuat Ara segera bersiap untuk pergi bekerja. Neneknya bahkan sudah menyiapkan sarapan untuknya. “Ara, segera habiskan sarapanmu” ucap Nenek yang melihat cucunya sedang membenarkan rambutnya “Baik Nek, sebentar lagi Ara keluar” jawab Ara yang kembali membenarkan rambutnya sedikit lagi setelah puas ia tersenyum kecil dan menganggukkan kepalanya Mengambil tas kerjanya serta memastikan sudah membawa baju ganti dan lainnya. “Loh Nenek sudah selesai sarapan?” tanya Ara yang melihat neneknya akan keluar dengan baju untuk pergi ke pinggiran laut “Iya, kata Vini kemarin laut sedang surut pasti ada banyak kerang dan lainnya jadi Nenek ingin mencari beberapa” jawab Nenek sambil membawa topi dan alat lainnya “Eh Nenek kan baru sembuh, besok saja Nek” cegah Ara yang merasa khawatir “Nenek kalau gak gerak malah sakit, sudah habiskan saja sarapanmu itu, oh sampaikan terimakasih Nenek untuk makanannya kemarin. Sudah Nenek berangkat dulu” ucap Nenek berjalan keluar rumah “Hati-hati Nek” ujar Ara akhirnya Ia menghela napas pelan tidak bisa mencegah Neneknya pergi. Ia menatap menu sarapannya dan tersenyum kecil. Mendekati meja dan duduk di kursi “Hem baunya selalu enak” gumam Ara sambil memejamkan kedua matanya menikmati makanannya Menyuapkan sesuap sarapannya pelan juga meminum segelas s**u hangat vanilla. Ketika pandangannya melihat jam dinding ternyata hampir pukul delapan “Wah udah hampir siang” pekik Ara yang dengan cepat menghabiskan sisa makannya Begitu habis segera ia membereskannya ke wastafel dan menyambar tasnya. Berlari keluar rumah tak lupa menguncinya dan meletakkkan di bawah pot bunga. Berlari kecil secepat ia bisa. Di persimpangan jalan ia melihat Franz yang berdiri di dekat jembatan kecil sambi menatapnya “Bell ayo cepat kita hampir terlambat” ucap Franz menyuruh Ara mempercepat laju kakinya Sebentar lagi rumah makan tempat Ara bekerja memang akan segera buka. Hari ini ia bertugas untuk membersihkan lantai dan menata meja serta kursi Mereka berdua segera menyusuri jalan untuk segera sampai di tempat kerja mereka. Sedikit tergesa dengan beberapa orang yang menyapa mereka. Terlebih mereka juga pelanggan restoran yang sering di layani oleh Ara. “Hah!! Akhirnya sampai juga” ucap Franz terengah Ara hanya tersenyum dengan napas yang juga terengah. Tiba-tiba suara pintu di buka di belakang mereka membuat Ara langsung berbalik kaget sedangkan Franz yang mulai menguasai diri dan dapat bernapas lega “Astaga!! Bos bikin kaget saja” pekik Ara yang melihat Bosnya yang membuka pintu rumah makan tersebut “Oh kau sudah datang Bell, ayo masuk” ucap Luisa yang melihat kedua karyawannya sudah datang “Oh ya Stefan belum datang?” tanya Bos tidak menemukan karyawannya yang satunya “Saya di sini Bos” ucap Stefan yang sudah berdiri di balik tiang depan “Ya sudah segera masuk dan mulai bekerja” ucap Luisa lalu menepuk tangannya untuk memberikan semangat Ara, Stefan juga Franz segera berjalan masuk ke dalam rumah makan tersebut. Ara yang bertugas membersihkan meja juga menata kursi serta menyapu dan mengepel lantai. Sedangkan Stefan yang bertugas di dapur membantu menyiapkan bahan masakan bersama Mrs. Luisa. Franz bertugas mengangkat bahan-bahan serta minuman yang ada di kaleng ke penyimpanan. Membersihkan meja kasir dan menata ulang. Bos atau Mr. Andy sudah sibuk dengan putra mereka yang baru saja di mandikan oleh Mrs. Luisa “Sayang, ini Baron sudah rapi tinggal di antar ke sekolah” ucap Mr. Andy yang datang dengan menggandeng bocah kecil berusia lima tahun “Antarkan sekalian ya sayang, aku sudah memegang pisau ini” jawab Mrs. Luisa “Baiklah, aku berangkat ayo nak” Baron kecil menurut dan ikut berjalan keluar. Rumah makan ini berlantai dua dengan lantai satu sebagai tempat usaha dan lantai dua untuk tempat tinggal mereka. “Kak Bell, Baron sekolah ya” teriak Baron yang melihat Kakak favoritnya sedang menurunkan kursi di bantu Franz “Hati-hati Ba, salam untuk Cindy ya” jawab Ara dengan lambaian tangan “Oke tenang saja akan aku sampaikan padanya” Ara juga Franz hanya tersenyum dan tertawa mendengar celotehan Baron. Sedangkan Mr. Andy hanya menggelengkan kepalanya saat mendengar nama Cindy. Gadis kecil teman sekolah Baron yang katanya pacar Baron kecil. Ayah dan anak itu akhirnya berjalan keluar. Ara juga Franz melanjutkan kerja mereka masing-masing. “Bell, jika sudah balikkan papan tutup itu sekalian” teriak Mrs. Luisa dari dapur “Siap Bu Bos” jawab Ara yang baru saja menyapu “Bell, pulang kerja mampir ke lapang yuk. Ada festival nelayan” ajak Franz “Oh ya?! Pengen ke sana, eh tapi …” “Sambil lalu aja, pulang kerja nanti” Ara seperti berpikir. Ia harus meminta izin pada Neneknya terlebih dahulu. Ia ingat dulu pernah langsung pergi namun, akhirnya ia hampir tenggelam dari perahu yang ia naiki dan sampai sekarang Ara sedikit trauma. Ia berjanji pada dirinya akan meminta izin dulu sebelum pergi kemana pun. “Malem aja gimana, mandi dulu sama izin nenek atau sekalian ngajak Nenek aja. Gimana?” “Boleh, ntar aku ajak adikku sekalian aja” “Wah bisa tuh, Natalie udah gede sih ya sekarang” “Halah masih bocah dia, sama kayak kamu Bell” sindir Franz yang langsung kabur Ia menghindari tabokan sapu yang di pegang Ara. “Awas yaa!!” pekik Ara kesal dan menyusul Franz menuju belakang restoran . . . . Suasana halaman belakang kastil bagian Barat lumayan lenggang dan terkesan sepi, hanya terlihat beberapa penjaga serta pelayang yang bergantian lewat. Namun ada juga yang mengendap entah menghindari apa. Kebetulan Luke sedang berjalan di sekitar taman Barat. Ia mendengar banyak transaksi di bawah meja yang sering di lakukan di sini. Karena tempatnya yang terbelakang juga jarang banyak orang di sana. Benar saja, Luke melihat seseorang tengah berdiri di bawah pohon belakang semak perdu dengan seorang pengawal istana dalam jika di lihat dari pakaian yang di pakai. Ia hanya mengawasi dari jauh dan tak lama mereka membubarkan diri. Luke hanya menatap mereka. Berikutnya seorang pekerja kebun datang dengan cangkul dan alat lainnya, mulai memangkas perdu yang mulai tinggi dan bentuknya tidak beraturan. Luke berjalan mendekat. “Selamat pagi” sapa Luke pelan Berpaling pelan dan sedikit terkejut. “Selamat pagi Pangeran” Luke tersenyum kecil melihat ekspresi kaget dari tukang kebun di depannya. “Ada yang bisa saya bantu Pangeran?” “Oh tidak ada, teruskan kerjamu” “Baik, silakan” Luke berlalu pergi. Ia menikmati jalan paginya, firasatnya mengatakan bahwa aka nada sesuatu yang mungkin bisa menjadi petunjuknya dengan semua yang terjadi belakangan ini. Suasana parlemen akhir-akhir ini juga seperti terbagi. Luke malas menghadiri sebenarnya namun, Ibunya terus memaksa. “Pangeran Andreas” Luke berhenti dan berbalik melihat Perdana Menteri yang berdiri di sana dengan senyumnya. “Oh Paman” sapa Luke “Berjalan pagi?!” Luke tersenyum dan menganggukkan kepalanya kecil. “Boleh saya bergabung?” Luke memberikan tanda dengan tangannya, terbuka dan seperti mempersilahkan. Mereka menyusuri jalan setapak menuju sebuah kolam ikan di tengah taman. “Kau sudah dengar rumor itu?” Luke tersenyum kecil, “Rumor yang mana Paman, akhir-akhir ini banyak sekali rumor yang terdengar?!” Perdana Menteri berhenti dan menatap kolam ikan berisi beberapa ikan kecil yang bermain di bawah tumbuhan air juga batu. “Raja dan Ratu saat ini tidak berhak menduduki takhta karena mereka bukan keturunan asli Raja terdahulu” “Oh rumor itu, yah saya mendengarnya Paman. Namun, sejak awal bukannya sudah banyak yang membicarakannya?!” pancing Luke “Benar, memang ia sudah cukup lama duduk di singgasana” ucap Perdana Menteri dengan suara kecil di akhir namun dengan penekanan “Saya lihat beliau memerintah dengan cukup baik Paman” “Dan kenapa rumor itu santer lagi seolah menutupi prestasi beliau” tambah Luke,terdengar seperti membela Raja Perdana Menteri terdiam. Mengobrol dengan keponakannya memang sedikit membuatnya tidak nyaman. Karakternya yang mirip adik iparnya itu membuatnya seolah segan dengan aura kepemimpinannya. “Ah, aku baru ingat ada rapat dengan anggota parlemen sebentar lagi” Luke hanya tersenyum kecil dan menghela napasnya pelan. “Ada yang aneh sebenarnya”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN