Lima

1326 Kata
Hari berganti dan detik terus bergulir. Suasana kerajaan pagi ini terlihat gaduh kembali seperti bulan lalu. Aula istana sudah banyak pejabat yang datang, sedangkan itu di luar istana banyak rakyat yang memenuhi halaman untuk mendengarkan pembuktian dan melihat benda pusaka kerajaan yang lama hilang ataukah memang hanya sekadar mitos belaka. Suara bisik-bisik dan obrolan rakyat terdengar riuh memenuhi halaman depan kastil kerajaan. “Eh gimana ini sudah hampir siang dan pihak kerajaan masih sepi saja?!” celetuk salah satu pria paruh baya “Benar, apa mereka takut atau bagaimana ini?!” ujar yang lainnya “Entahlah, belum ada pemberitahuan sejak tadi. Gerbang aula juga masih dikunci” timpal salah satu diantara mereka Riuh rakyat yang berbicara saling bersahutan. Meraka melihat beranda yang biasanya digunakan untuk Raja atau Ratu atau orang berkuasa di kerajaan untuk mengumumkan hal penting belum terlihat “Berapa lama lagi kita menunggu di sini?!” celetuk seorang pemuda “Benar, aku harus segera membuka lapakku” keluah suara lainnya Mereka saling mengeluh dan bersahurtan, riuh yang semula hanya beberapa semakin terdengar bahkan Luke yang berada di kamarnya bisa mendengarnya “Sepertinya ada yang menggerakkan penduduk” gumam Luke sambil mengancingkan kemejanya Henry yang berdiri tak jauh dari Luke mengangguk setuju. “Menurut pengawal di depan memang mereka sudah datang sejah sebelum matahari terbit” ucap Henry pelan “Ibu dan Paman bagaimana?” tanya Luke “Mereka belum terlihat sejak kemarin Pangeran, hanya asisten mereka yang ada” jawab Henry lagi sambil membantu merapihkan jas hitam Luke “Baiklah, mari kita lihat drama hari ini” ucap Luke sebelum melangkah keluar kamar diikuti Henry Begitu keluar kamar, Luke langsung berpapasan dengan Raja atau paman kecilnya dan istrinya “Selamat pagi, Yang Mulia” sapa Luke sambil membungkukkan badannya sedikit “Pagi, kau sudah siap ruapanya” jawab Kania terdengar ketus Luke tersenyum sopan, sedangkan William memilih mengangguk dan segera berlalu pergi diikuti Kania Luke ikut berjalan kembali di belakang kedua Raja dan Ratu atau mungkin mantan Raja dan Ratu. Entahlah Henry juga diam dan mengikuti Luke di belakangnya. Mereka semua berjalan menuju balkon yang sudah di jaga ketat oleh penjaga bahkan banyak penembak jitu yang tersebar. Raja William dan Ratu Kania berjalan bersamaan, Luke langsung berdiri tak jauh dari keduanya. ada juga petugas kerajaan dan pensahan takhta oleh tetua. Seorang juru bicara kerajaan maju ke dekat balkon “Selamat pagi penduduk kerajaan Alore!!” ucap lantang si juru bicara, Derek Balasan riuh terdengar dari bawah “Pagi ini Raja ingin mengumumkan sesuatu kepada kalian semua, mohon dengarkan baik-baik” ucapnya lagi Setelah semua penduduk mulai diam dan khusyuk mendengarkan, Raja William maju ke depan. Berdiri di dekat balkon Melambaikan tangannya sekali dan di sambut keriuhan pendudukan “Selamat pagi rakyatku, terima kasih sudah hadir pagi ini” ucap William lantang “Pagi ini, aku, William Greg mengumumkan bahwa tahtaku akan ku berikan pada Pangeran Daniel Andreas Luke” ucap William Sontak keriuhan semakin gaduh terdengar bahkan ada yang mencoba merangsek masuk ke dalam kerajaan “Berarti selama ini kita dibohongi! Sialan!!” pekik suara salah satu penduduk yang terdengar marah Sahutan kekecewaan juga terdengar “Dasar!! Turun segera kami tidak mau dipimpin Raja yang berbohong” sahut lainnya William dan Kania segera diungsikan masuk kembali. Tetua segera mengambil alih dan berdiri di dekat balkon “Tenang semua!!” Semua riuh seketika langsung senyap karena ucapan tetua yang bersuara rendah namun tentu dengan ketajaman yang terdengar Setelah di rasa mulai tenang, seseorang mendekati tetua dan menyerahkan sebuah dekrit yang berada dalam sebuah gulungan kertas. “Dekrit pergantian tahta Kerajaan Alore” “Pagi ini, izinkan saya menyampaikan perihal Raja kesepuluh Kerajaan Alore” “Pangeran Chadwick Daniel Andreas Luke menjadi Raja setelah Raja sebelumnya Willian Greg lengser dengan terhormat. Hal-hal pemindahan kekuasaan akan dilaksanakan segera dan aktif kepemimpinan akan berlaku bulan depan” “Selesai” -- Satu minggu yang lalu Luke menghadiri sidang yang diadakan tetua kerajaan dan dewan agung mengenai tindak lanjut dari petisi rakyat yang semakin mendesak pihak kerajaan untuk segera mengadili Raja William yang diduga bukan keturunan asli karena di duga anak selir yang pernah membelot untuk melakukan pemberontakan namun, bisa di cegah oleh Kakek Luke. Namun, dakwaan mengenai keaslian keturunan itu langsung di bantah oleh William dan memberikan bukti untuk menutupinya sehingga pihak dewan istana menangguhkan dann menerima usulan untuk memberikan sedikit waktu untuk mencari benda pusaka kerajaan untuk membuktikan dan mengukuhkan tahta atas dirinya. Tiga hari waktu yang diberikan namun semua pencarian William sia-sia. Karena memang kedua benda pusaka itu akan muncul dan ditemukan oleh pemilik tahta yang sebenarnya. Bahkan petunjuk yang William punya hanya sedikit itu pun ia tahu dari rumor dan catatan peninggalan neneknya yang ternyata tidak ada petunjuk yang berarti. “Yang Mulia Raja William, waktu yang kami berikan sudah berarkhir sehingga Anda harus menerima keputusannya di hadapan semua rakyat” ucap ketua dewan agung juga disetujui oleh tetua kerajaan Sejak itu berita megenai Raja yang akan lengser terdengar santer dimana-mana seluruh pelosok negeri. Bahkan kerajaan tetangga mulai bersiap untuk Raja selanjutnya karena mereka sudah menduga Raja selanjutnya cukup kredibel dan di rasa mampu meski usia masih muda. “Luke” panggil Gina ketika sore setelah rencana penobatan dan kekuasaan sebulan kedepan berada di pundaknya sebelum upacara remsi bulan depan. “Iya Ibu?” “Kau sudah membaca catatan yang ku berikan padamu beberapa waktu lalu?” tanya Gina seidkit menyinggung apa rencana putranya itu “Luke tahu Bu, dan ada sedikit petunjuk yang diberikan oleh Ayah dari catatannya namun, aku perlu berkonsultasi dengan seseorang” jawab Luke menjelaskan “Lalu bagaimana rencanamu? Saran ibu segera teruskan pencariann itu Luke, dulu Ayahmu memang selalu mencari benda pusaka itu tapi, banyaknya perang di perbatasan membuatnya sibuk hingga ia harus jatuh sakit dan digantikan adik tirinya” ujar Gina “Iya Ibu, Luke sudah ada rencana sendiri” “Baiklah, ibu hanya berpesan hati-hati” ujar Gina menutup pembicaraan Mereka menikmati teh dan cemilan dalam diam. Luke sudah mempersiapkan rencananya sendiri untuk mencari benda pusaka itu. Menurut catatan Ayahnya ia harus menemui mantan ajudan Ayahnya yang sudah pension ke kampung halamannya di sekitar pantai utara. Malam kembali menyelimuti bumi, suara hewan malam bersahutan dan kerlip bintangg menghiasi langit gelap. Sinar bulan terhalang awan yang lewat tertiup bersama angina malam. Hawa dingin juga terasa saat makam semakin larut. Luke tengah rapat dengan Henry yang juga sudah mempersiapkan perjalanan mereka. “Yang Mulia, persiapan besok sudah hamba lakukan” ucap Henry “Baiklah, oh iya besok usahakan kita berangkat pagi dan jangan gunakan mobil kita bawa kuda saja karena medan ke desa ajudan Ayah melewati hutan” “Saya paham, semua sudah saya atur” “Semoga ini pilihan tepat Henry” ucap pelan Luke embuat Henry menganggukkan kepalanya “Semoga Yang Mulia” Mereka kembali menatap langit dalam diam. Hawa dingin semakin terasa “Yang Mulia, sebaiknya segera istirahat untuk perjalanan yang panjang besok” “Iya aku tahu, baiklah kau boleh pergi dan jangan lupa kirimkan pesanku pada Ibu” ujar Luke sambil beranjak dan masuk ke dalam kamarnya “Baik saya mengerti” Henry berlalu keluar dari ruang kerja yang memang terhubung ke balkon kamar Luke. Malam semakin larut dan gelap. Suara burung hantu juga sayup terdengar dan hilang terbawa hembusan angina Mengabarkan pada dunia bahwa malam hampir mencapai puncaknya. Sedangkan di tempat lain, Ara baru saja selesai membersihkan dapur dan alat makan. Bajunya sedikit basah dan berniat untuk berganti baju sebelum tidur. Tak sengaja ia memandang keluar jendela dan melihat bulan di balik awan seolah menghalangi cahaya menerangi gelapnya bumi. “Semoga Ayah dan Ibu tenang di sana” doa Ara sambil memandang lama bulan di langit gelap “Ara, segera tidur sudah malam” suara Nenek terdengar membuat Ara menoleh dan mendapati neneknya baru saja keluar dari kamar “Iya Nek, eh Nenek mau kemana?” “Mau ke kamar mandi, sudah sana segera masuk kamar biar nenek yang nanti mengecek lagi jendela dan pintu” Ara menganggukkan kepala dan berlalu masuk ke kamarnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN