Vote & komennya jangan lupa ;)
Di perjalanan pikiranku terus terngiang-ngiang oleh kejadian di toilet sekolah tadi. Sebenarnya apa yang sedang dilakukan Ardi tadi?
Lalu kenapa perasaanku jadi aneh begini gara-gara melihat mereka?
Duh rasanya buah dadaku sangat gatal sekali. Aku bergerak tidak nyaman diatas jok motor sempit ini. Ya, boy membawa motor sport yang jok belakangnya sangat kecil. Mau tidak mau aku harus berpegangan kepada Boy.
"Sayang, pegangannya jangan gitu dong." Boy menarik tanganku agar memeluk perutnya.
Refleks aku melepaskannya. Rasanya sangat tidak nyaman sekali, apalagi buah dadaku menempel erat di punggungnya.
"Maaf sayang kalo kamu gak nyaman." Ucap Boy lagi.
Aku diam tidak menjawab.
Tiba-tiba di tengah jalan motor Boy agak oleng, dengan spontan aku memeluk Boy. Dadaku menghantam punggung Boy dengan keras. Rasanya payudaraku sangat sakit sekali.
"Awhh... Boy hati-hati Donggg..." Aku memekik kencang.
"Iyaa sayangg maaf, tadi ada kucing lewat."
"Pokoknya besok gue gak mau lagi diantar pake motor!"
"Iyaa sayang besok aku bawa mobil. Tenang aja, gak usah kuatir ya. Udah sekarang kamu pegangan yang kencang lagi, soalnya takut kayak tadi." Ucap Boy sambil berteriak dibalik helmnya.
"Huhh.." dengan kesal aku memeluk Boy, keenakan dia kalo begini.
Setetes dua tetes air membasahi bajuku. Gawat gerimis lagi.
"Boy cepetan, gerimis nih.."
"Iya sayang, pegangan yang erat yaa aku mau ngebut."
Kupeluk erat Boy, hingga rasanya dadaku sangat menempel erat dipunggungnya.
Boy melajukan kecepatan motornya.
Rasa aneh kembali menjalar ketika aku sedang memeluk Boy. Maklum saja aku baru sekarang dekat dengan seorang lelaki kecuali Ardi. Mantanku banyak tapi aku tak pernah seintim ini, dan mereka hanya buat main-main saja tidak lebih. Kak joni terlalu protective kepadaku jadi aku takut kalau kedekatan ku dengan laki-laki kebablasan. Namun, aku juga tak pernah merasakan perasaan yang aneh ini sebelumnya.
Mungkin ini karena aksi Ardi tadi yang akhirnya aku menjadi penasaran dan merasakan hal aneh.
Gerimis kecil sedikit membuatku kedinginan, sungguh tak nyaman sekali aku di bonceng roda dua seperti ini.
Tak lama kami sampai di rumahku. Dengan cepat aku turun dari motor gede yang menyebalkan ini. Kubuka helm yang membungkus kepalaku.
'Huh rambutku jadi lepek begini deh.'
Dengan sedikit kasar kuberikan helm ini pada Boy dengan muka jutek.
"Nih, besok gue gak mau naik motor lagi." Ucapku ketus.
"Loh kenapa sayang, enak loh tadi." Boy tersenyum miring.
"Heh, enak apaan d**a gue sakit, rambut lepek, p****t gue juga rasanya udah tepos banget ini." Gerutuku.
"Hehe engga kok, yaudah besok aku antar kamu pake mobil yaa..." Serunya dengan lembut.
"Eh, enggak usah deh, kita putus aja. Lagian gue udah gak sreg sama Lo. " Kuucapkan hal ini se enteng mungkin, bagaimana tidak belum sehari jadian udah dapat hal yang menyebalkan. Jadi buat apa dilanjutkan, benar gak?
Kulihat wajah Boy sangat terkejut, ada raut kemarahan dalam wajahnya. Matanya pun memandangiku dengan tajam, dan rahangnya mengeras.
Huh bodoamat, siapa peduli.
"Tapi Ra, kita kan baru jadian." Ucapnya tertahan.
"Bodo, pokoknya gue mau putus. Daahh makasih tumpangannya." Aku melengos dari hadapannya.
"Besok-besok kalau bawa pacar jangan pake motor." Teriakku lagi.
Aku tidak tahu Boy sudah pergi atau belum yang pasti aku tidak peduli. Lagian aku tidak mempunyai perasaan apapun padanya. Tadi siang 'kan aku hanya melihat dari wajahnya saja.
Aku melihat kearah bajuku yang agak basah, begitu pun dengan rok pendekku. Menyebalkan sekali si Boy itu, enak saja bonceng aku pakai motor. Jadi soal begini kan. Dengan terus menggerutu aku bergegas ke kamar hendak ganti baju kalau tidak aku akan masuk angin.
"Loh Ra, kok baju Lo basah gitu sih?"
Itu suara kak Joni. Dia menatap heran padaku.
"Iyaa tadi ada yang mau nganterin tapi pake motor jadinya gini deh keujanan." Aku sedikit tersenyum.
Kak Joni masih terpaku menatap kearah tubuhku.
"Halloo... Kak, kenapa siihh..?" Kukibas-kibaskan tanganku di depan matanya.
"Ah eh enggak kok. Yaudah, Lo cepet ganti baju sana sebelum masuk angin."
"Oh iya Ra, kan gue udah pernah bilang jangan mau dianterin cowok. Lo kan bisa telpon supir atau gue, gimana sih."
"Iya iyaa besok gak Lagi-lagi deh. Oh ya kak, mama dimana sih? Kok nggak kelihatan."
"Mama lagi belanja bulanan sama bibi."
"Ooh yaudah deh."
Aku berlari menaiki tangga menuju lantai dua ke arah kamarku, sebelum kakakku itu semakin membuat telingaku panas dengan segala ceramahnya.
Setelah sampai aku langsung menjatuhkan tubuh pada kasur empukku.
Hmmm... Nyaman banget, kupejamkan mataku. Entah kenapa pikiranku melayang pada kejadian di toilet tadi.
Mendadak perasaan aneh itu muncul kembali, kusilangkan kakiku untuk meredakan rasa aneh. Tapi rasa itu semakin menjadi ketika aku merapatkan kakiku.
Aku bergegas bangun dan pergi ke kamar mandi.
Dikamar mandi kulepaskan pakaian yang menempel pada tubuhku di hadapan cermin. Kulihat belahan dadaku terekspos. Oh tidak, sejak kapan kancing kemejaku terbuka dua?
Apa jangan-jangan, tadi kak joni kurang fokus karena ini.
Tapi, bodo amat ah. Kak joni kan kakakku mana mungkin dia mikir apalagi berbuat yang aneh-aneh padaku.
Kubuka rok dan celana dalamnya. Setelah telanjang bulat, pemandangan di depan cermin membuatku tersenyum.
Sangat seksi. Dan aku suka.
Kulangkahkan kakiku menuju bathub lalu mulai berendam di air hangat yang sebelumnya sudah aku isi dengan sabun cair vanila kesukaanku.
Lalu aku siap berendam.
"Hmmm..." Mataku terpejam nyaman, rasanya otot-otot ku terrelaksasi dengan sempurna.
Setelah sepuluh menit aku bangun dan menuju shower untuk keramas dan membersihkan busa yang menempel di tubuhku.
Lalu mengambil piyama handuk yang tergantung di sisi kanan bathub dan keluar dari kamar mandi.
"Hei, kak sejak kapan kakak disitu?".
Tak kaget lagi aku menemukan kakakku yang berada di dalam kamar pribadiku.
"Belum lama, kakak mau ngajak kamu main PS. Mau gak?" Ucapnya sambil terus memperhatikan ku.
"Hmmm, sekarang gak dulu deh aku capek banget kak." Aku tersenyum kecil, tidak enak melihat raut perubahan di wajah kak Joni.
"Maaf yaa kak..." Ucapku lagi.
"Hmmm... Yaudah deh, kamu istirahat aja yang cukup. Kakak ke kamar dulu." Jawabnya sambil berlalu dari hadapanku.
"Okee..."
Selepas kak Joni pergi aku langsung memakai baju kesayanganku.
Hotpants dan tangtop pink.
Ku sisir rambut basahku lalu memakai bodylotion keseluruh tubuh.
Ku ambil ponsel lalu mulai menghubungi Ardi.
"Halloo di, Lo lagi dimana?"
"Lagi di luar, Lo udah pulang kan?"
"Udah di, sebenarnya gue mau nanya sesuatu. Tapi ntar deh kalo Lo udah pulang."
"Okee ntarr yaa, gue lagi sama temen bentar lagi balik. Bye.."
"Bye."
Kumatikan ponsel dan pergi keluar kamar. Sebenarnya gue mau ke dapur tapi gue ke kamar kak Joni dulu lah.
Pintu kamarnya sedikit terbuka lalu aku masuk tanpa permisi ke dalam kamar kak joni. Tidak ada siapa-siapa hanya ada suara tv tanpa penonton.
"Hallooo kak Joni. Kakak lagi dimana sih??" Teriakku.
"Kakak lagi di WC kebelet nih mau bantuin gak?"
"Diihh... Enggak ah jijik tau gak."
Kudengar suara kak Joni tertawa.
Hiyyy... Jijik. Aku langsung keluar dan menuju dapur.
"Mah udah pulang?"
"Eh sayang, iya nih udah. Tadi kata kak Joni kamu keujanan ya, kok bisa sih? kan naik mobil." Ucap Mama.
"Tadi aku dianterin sama temen aku pake motor mah, jadi keujanan deh." Jawabku cemberut.
"Oohh teman apa teman.." Mama tersenyum menggoda.
Aku jadi tersipu malu.
"Ih Mama apaan sih, teman kok mah suerr deh."
"Ooh yaudah, tapi kamu udah mandi kan?"
"Udah kok mah. Mama lagi ngapain sih?"
"Mama lagi bantuin bibi masak. Kamu mau bantu."
"Ooh enggak deh mah. Aku liat aja Hehe"
Mama menggelengkan kepala melihat tingkahku. Aku masih memperhatikan mama mengiris sayuran untuk dimasak. Setelah sepuluh menit memperhatikan Mama, ponselku berdering.
Tring
ArdiQ :
Ra, gue udah nyampe rumah nih.
Aku :
Ooh oke, gue ke rumah Lo ya.
ArdiQ :
Iya, langsung masuk kamar aja nyokap gue lagi gaada.
Aku :
Sip.
Kulihat mama sudah berpindah tempat.
"Ma, aku ke rumah Ardi ya?"
"Eh iya sayang, hati-hati yaa jangan lupa makam malam di rumah."
"Oke ma."
Kulangkahkan kakiku menuju rumah Ardi yang persis di samping rumahku.
Pak satpam sudah sangat kenal denganku, dengan cepat dia membuka pintu gerbang rumah Ardi.
Sedikit berlari masuk ke rumah Ardi karena gerimis turun kembali.
Aku melangkahkan kaki ke lantai dua rumah Ardi, lalu membuka pintu kamarnya.
Kulihat Ardi hanya memakai celana bokser saja tanpa memakai baju.
"Di Lo lagi ngapain?"
"Biasa ngerokok. Lo balik sama siapa tadi?"
"Gue balik sama Boy. Lo kenapa balik telat?"
Aku pura-pura tidak tahu apa yang membuat Ardi pulang telat.
Aku duduk di samping Ardi sambil memainkan ponsel membalas chat dari grup the perfect.
" Lo balik sama Boy ? Ada hubungan apa Lo sama Boy?" Ardi merubah posisi duduknya dan melihat ku dengan ekspresi serius.
Aku hanya mengangguk.
"Dia nembak gue. Terus gue terima deh."
"Jadi Lo sekarang pacaran sama Boy anak kelas sebelas itu?"
"Enggak."
"Lah?" Ardi menatap bingung. Aku tertawa.
"Gue udah putus tadi. Haha.."
"Gila Lo." Ardi menatap ngeri kearahku, aku hanya tertawa melihatnya dengan ekspresi seperti itu.
"Ya, gimana lagi, gue gak ada rasa sama dia. Btw tadi gue liat Lo sama Nadira di toilet, Lo lagi ngapain sih?"
Raut muka Ardi terkejut, dan memandangiku dengan horor. Lalu dia menelan ludah susah payah.
Kenapa sih dia? Kayak ketakutan gitu.
"Jadi Lo tau?"
"Iya, " aku hanya manggut-manggut menikmati wajah Ardi yang terlihat panik.
"Lo jangan bilang sama siapapun ya? Awas Lo.".
"Yaelah, santai aja napa sih. Lagian Lo tadi ngapain sih sama Nadira sampe di dalam toilet sempit kek gitu?"
"CK, Lo ga tau?"
Aku hanya menggelengkan kepala. Menatap Ardi dengan rasa penasaran yang tinggi.
"Beneran Lo gak tau?" Ardi menatapku aneh.
" Iyaa bener, makanya gue nanya sama Lo." Kutunjuk-tunjuk dadanya dengan perasaan dongkol.
Ardi menelan ludah menatap tak percaya kepadaku.
"Gue lagi ena-ena sama Nadira." Bisiknya.
"Ena-ena? apaan tuh?"
"CK, berhubungan intim. Lo masih gak ngerti juga gue tampol ya.."
Aku meringis tertahan, sungguh aku tak mengerti apa yang Ardi katakan.
"Kok bisa? Ajarin gue dong.." Pintaku.
Ardi menatapku terkejut dia menggelengkan kepalanya dengan cepat. Lalu menatapku seakan aku manusia primitif.
"Please di,"
"Serius Lo mau diajarin?"
"Iya gue serius." Kupasang wajah seserius mungkin untuk meyakinkan Ardi.
"Enggak ah. Ntar Lo juga tau sendiri." Ardi beranjak dari sampingku.
"Plisss di, gue penasaran banget sampe diubun-ubun rasanya." Aku menarik-narik tangan Ardi.
Ardi menghela nafas panjang lalu mengeluarkan ponselnya.
"Yaudah nih Lo liat video ini."
Ku ambil ponselnya lalu-
What the-?!
Komen dan love nya jangan pelit ya:)