Bab 8

2246 Kata
Callia Aku mengeryitkan keningku saat memandang dua lelaki yang salah satu sepertinya aku tahu tapi siapa? Tampilannya berbeda dan itu membuatku berpikir. Kita sepertinya tidak pernah bertemu hanya saja aku lupa dimana? Pertemuan sekali tidak akan membuatku ingat. Yang bertemu berkali-kali saja membuatku lupa, apa lagi lagi. Setelah rapat aku langsung keluar ruangan dan menuju ruanganku. Menatap laporan bulan ini. Sedang fokus dengan laporanku, aku mendengar pintu aku di ketuk. Sedikit menatap ke arah pintu, lalu menyuruh orang itu untuk masuk. "Apa aku menganggumu Mrs.Callie?" ucapnya dan membuatku membalikkan tubuhku. Callie hanya menelepon untuk orang terdekatku, tapi kenapa dia memanggilku seperti itu? "Tuan Kenant, ada yang bisa saya bantu." ucapku sopan. Walau aku sedikit heran, tapi tak masalah. "Jadi kamu lupa sama aku ya? Sampai kamu memanggilku Pak?" ucapnya Aku mengeryitkan keningku bingung. Dan dia malah tersenyum ke arah ku dan menata rambutnya ke arah belakang. Aku sempat terkesima dengan adegan itu tapi dengan cepat aku menunduk dan berpura-pura fokus pada berkas di tanganku. Mungkin dia tersenyum melihatku yang salah tingkah di hadapannya. Astaga kenapa bisa seperti ini. "Akan aku ingatkan." uucapnya dan aku pun melihat dia bingung. Apa mungkinndia ingat saat dapat tadi? Aku hanya ingat kita bertemu beberapa jam sebelumnya di ruang rapat. Selain itu mungkin tidak pernah? "Kita bertemu saat rapat di London saat rapat proyek di Miami. Dan kita juga beberapa hari yang lalu hujan-hujan bersama karena kamu alergi kena air hujan, dan lagi kita pernah berfoto di butik Mamiku, Miss Evils." jelasnya. Otakku seakan di putar di mana dia mengadakan rapat di London membahas hotel yang akan di bangun di Miami. Dan waktu itu dia terlambat lima menit. Dan dia pernah kita pernah hujan-jujan bersama? Dan lagi dia bilang kalau kita pernah fhoto prewedding di butik Miss. Evils? Itu tandanya dia .... "Kent ..." panggilku dan tersenyum, "Astaga kamu itu penipu besar, pantesan aku kayak pernah liat, nyatanya ..." lanjutku dan menghentakkannya dengan menggunakan tanganku. Dia terkekeh geli lalu meringgis karena lemgannya aku pukul. Apa lagi menatap dia yang mengusap lengannya, apa itu sakit? Pikirku. "Maaf deh, tapi jujur gak maksut kok." ucapnya "Gak maksut apanya. Harusnya dari awal, bilang. Gak bikin penasaran kayak gini." omelku Aku mendengar dia terkekeh, bahkan aku tidak mempercayainya. Aku cukup kesal kali ini dan dia membohongiku. Dia percaya jati dia selama ini walau baru kenal beberapa hari yang lalu. Tapi aku paling tidak suka di bohongi. "Ngambek nih, cantiknya ilang loh." rayunya. Mau gak mau aku pun tersenyum dan membalikkan tubuhku menatap dia yang berdiri di belakangku. Aku terkejut saat dia berdiri dekat sekali denganku. Mungkin kalau aku tidak mundur aku bisa merasakan deru nafas hangatnya. "Kamu mau apa kesini?" tanyaku bersedakep d**a. "Ngajakin makan sore." jawabnya dan melirik arlojinya. Aku pun ikut melirik arlojiku ternyata jam 3 sore. Dan aku lupa kalau saat ini aku belum makan siang. Aku sedikit menimang ajakan Kent. Tapi setelah ku pikir tidak ada salahnya juga keluar bersama dengan dia. Karena aku juga lapar, akhirnya aku memutuskan pergi makan bersamanya. Tidak buruk juga kalau di pamerin dia juga ganteng. Sebelum pergi, saya ingin mengunjungi Kembar, tapi itu tidak ada. Dimana dia pikirku. Setelah itu saya mengirim pesan singkat melalau w******p pada dia. Tidak mungkin dia hilang di sini. Cukup lama hingga ponselku berdering dan aku langsung membuka what w******p itu ternyata kembaranku yasta. Aku membaca pesan itu yang isinya membuatku geleng kepala. Dia meninggalkanku dan pergi bersama dengan Elano. Pria yang beberapa hari lalu Yasta dekati. "Dasar bocah." guman ku kesal. Apa dia tidak berpikir bagaimana aku pulang. Apa dia lupa kalau aku lupa jalan ibu kota dan mungkin kalau aku pulang sendiri aku akan nyasar. Astaga, apa mungkin dia juga membawa mobilku? Lalu bagaimana aku pulang? Naik taksi? "Kenapa?" ucap Kenant heran. Aku menoleh bingung. "Yasta pulang duluan sama Elano. Dan dia ninggalin aku sendiri." jawabku pasrah. "Aku antar pulang nanti." jawab Kenant tersenyum. Aku memandang Kenant lekat, tidak ada yang dalah bukan nika pulang bersama Kenant? Lagian aku tidak tahu araj jalan pulang. Rejeki anak sholeh maa gak noleh di tolak.  "Apa aku tidak merepotkanmu?" tanyaku tidak enak hati. "Gak masalah, apa sih yang gak buat kamu" kekehnya. Akhirnya aku dan Kenant pun makan di salah satu resto biasa. Aku memesan beberapa makan karena aku sangat lapar juga dengan Kenant. Sampailah pesanan yang datang aku tersenyum saat menghirup aroma steak daging sapi pesananku. Perutku semakin keroncongan disini, cacing di perutku mulai demo minta azupan gizi pula. "Wah, selamat makan." kataku bersemangat dan tersenyum. "Selamat makan juga." jawabnya. Aku pun menyantap steakku dengan rakus. Aku tidak peduli jika Kenant akan merasa enak denganlu atau menganggapku cewek gak pernah makan, yang penting saat ini aku sangat lapar. "Pelan makannya." ucapnya. "Hmmmm" jawab ku. Aku masih setia memakan makananku. Sampai aku merasa tangan Kenant terulur mengusap sudut bibirku. Aku kagum dengan hal itu, tapi sebisa mungkin aku mencoba biasa saja. Duh memalukan. Aku tersenyum kecut dan melanjutkan makanku dengan pelan. Aku melirik Kenant yang mengganti spagetinya dengan santai dan sesekali dia menatapku. Kenapa dia? Apa yang salah dalam hal ini? Apa yang mungkin terjadi memalukan tadi membuat dia menatapku? "Kenapa? Ada yang salah sama aku?" tanyaku udah gak tahan di tunggang terus. "Engak, lucu aja makannya kayak anak kecil belepotan kemana-mana." jawabnya dan membuatku tersenyum. "Maaf, tadi pagi aku hanya makan roti." ucapku dan di tersenyum. "Makanlah." titahnya dan aku pun tersenyum. Tentu saja tanpa di punah aku akan malan dengan banyak sampai habis. Asal perut kenyang tidur pun nyenyak. **** Setelah makan aku dan Kenant tidak jadi pulang karena hari ini tiba Miss Evil memintaku untuk jadi model majalahnya lagi. Dengan senang hati aku menerimanya dan aku kesana bersama dengan Kenant anaknya. Tentu saja itu membuat Miss Evils kaget setengah mati, tapi aku hanya tersenyum melihat itu. Mungkin beliau berpikir bagaimana mungkin aku bisa bersama dengan anaknya . oh ayolah Miss anakmu ini membohongiku. Miss Evils pun juga langsung memintaku berganti gaun, merias wajahku dengan senatural mungkin tapi terlihat cantik. Saat ini aku sedang berlegak legok di depan kamera dan Kenant yang memfhotoku saat ini. Pertama kali bertemu, aku pikir dia ini fotografer ternyata dia anak dari Barcha dan juga Miss Evils. Aku sedikit malu dengan anggapanku dulu, yang menganggap dia sebagai fhotografer. Tapi tidak bisa di pungkiri jika ia sangat suka membidik kamera. Ya dia suka membawa kamera kemana pun dia pergi. Dan dia suka memfoto apa saja yang ia temui. Aku tau saat memasuki mobilnya tadi dan melihat beberapa kamera di mobilnya. Dan dengan usil aku menatap banyak tangkapan camera miliknya. Satu kamera isinya fhotoku dan juga beberapa fhoto model lainnya. Sedangkan satu kamera lagi isinya hanya fhoto alam, gunung, langit dan masih banyak lagi. "Tunggu.." ucapnya dan membuatku menoleh. Ia membenai poni rambutku, mungkin berantahkan terkena kipas. Aku sedikit tersenyum dan dia mulai memfhotoku kembali. Tidak hanya sekali aku mencoba beberapa kali gaun dan dress indah milik Miss Evils rasanya aku ingin membawanya pulang saja. Sungguh  baju ini cukup membuatku nyaman. "Oke sudah. Callia makan malam bersama tante ya sama Kenant juga." ajak tante Evils. Aku terkekeh dan menganguk sebagai jawaban. Selalu saja seperti ini, setiap kali selesai pemotretan beliau selalu mengajakku makam malam. Rasanya kayak gak mau pisah aja denganku. "Iya tante, Callie ganti baju dulu ya." ucapku dan masuk ke fitingroom. Setelah ganti baju aku pun keluar bersama dengan Kenant dan tante Evils. Banyak mata yang menatapku iri, banyak juga yang meneriakki namaku dan Kenant. Apa Ken seorang model? Pikirku. Tapi tidak bisa ku pungkiri jika Kenant memang tampan banyak perempuan yang tergila-gila saat menatapnya. Lihatnya mereka bahkan sampai ingin melahap Kenant hidup-hidup saat ini. Dan hal itu mampu membuatku tertawa, mungkin mereka melihat Kenant itu seperti daging segar yang siap di lahap. Aku sedikit heran harusnya aku bangga, tidak seperti mereka yang hanya menatap  Kenant dari jauh dan tidak bisa dekat sepertiku saat ini. Tapi kenapa rasanya berbeda. Aku sedikit teringat dengan Cio. Saat menatap bibir merah tipis milik Kenant. Aku merindukan Cio saat mencium keningku tepat di acara ulang tahunku yang ke 12 tahun. Aku menghela nafas saat tiba-tiba kenangan buruk menimpaku saat ini. Entah sudah berapa tahun aku mencoba melupakan itu tapi kenapa sangat sulit Aku bahkan sampai pergi ke London unyuk hal itu. Ya pergi ke sana tanpa alasan bikanlah aku. Aku mengiyakan ucapan Daddy karena aku ingin melupakan Cio dan mengurus pekerjaan. Tapi sejauh apapun aki pergi bayangan Cio tidak bisa luput dari otakku. Di tambah lagi lelaki yang duduk didepanku saat ini, sudah  seperti Cio walau hanya mirip cuma di bibir saja. Tapi tetap saja dia mengingatkan aku dengan Cio. Ingin rasanya aku mencecap bibir tipis soft pink itu tanpa mai melepasnya. "Kenapa Lie?" tanya Kenant dan menatapku. "Gak papa." jawabku seadanya. Aku hanua tidak imhun sama dia berpikiran yang tidak-tidak tentangku. Apa lagi tadi aku sempat memikirkan hal yang iya-iya tentang dia. Malam ini aku menghabiskan malam bersama Kenant dan tante Evils. Ku pikir Kenant itu tidak seasik saat ini. Tapi nyatanya dia lebih asik dan sedikit lebay saat bicara dan itu mampu membuatku tertawa bahagia. Entah sudah berapa lama aku tidak tertawa lepas seperti ini. ***** "Makadih nih udah di anterin pulang." ucapku. Saat ini aku berada di depan rumahku. Ua Kenant mengantarku pulang dan aku pun menatap mobil Yasta juga ada tanda jika ia sudah pulang juga. Mungkin dia barusan pulang atau gimana, agar Daddy dan Mommy tidak memarahinya pula karena meninggalkan aku di kantor. "Sama-sama, masuk sana besok sekolah." kekehnya. Ah iya tentang status begini, aku memang masih sekolah. Dan dia sudah kuliah semester dua kalau gak salah. Aku lupa saat dia cerita. Dan perbedaan usia kita beda dua tahun, dia lebih dua dariku. "Gak mampir dulu ketemu Daddy mungkin atau Mommy?" tawarku. Siapa tahu aja dia mau mampir ketemu Daddy, atau ada hal penting yang ingin di bahas juga gak papa kan? "Next time aja yah kenalannya. Pas status kita udah jelas aja. Jadi pacar mungkin?" kekehnya sambil menatap arloginya. Aku tertawa oleh candaannya. Hingga aku pun memukul lengannya. Oh sialan kenapa aku suka sekali memukil dia di sini. Kulitnya putih jika aku pukul makan akan berwarna merah. Dan aku suka warna merah kecuali darah. Aku akan pingsan jika melihat hal itu. "Tuh kan KDRP, belum pacaran ini maa." jawabmua merajuk. Dan membuatku tidak berhenti tertawa. Sejak tadi, setiap kali dia berbicara atau apapun aku selalu tertawa. Tingkahnya cukup konyol dan dia ini astaga.. Lucu sekali, kalau dia jadi boneka mungkin aku akan membawa dia pulang danku simpan di kamarku. "KDRP apan itu? Ngarep banget jadi pacar aku." ucapku dan tertawa. "Eh iya dong, siapa sih yang gak mau punya pacar cantik, model, pinter lagi. Aku pastiin banyak yang ngantri dapetin kamu. Kdrp? Kekerasan dalam rumah pacar" ucapnya dan membuatku tertawa kecil. "Ngomong apa sih. Harusnya tuh bilang  sekolah dulu yang bener, kuliah, kerja baru mikir pacar." omelku kesal. Dia terkekeh mungkin menertawakan ku saat ini. Ya mana mungkin anak SMA sepertiku alam berpikitaj jauh? Tapi tidak bisa ku pungkiri jika apa yang di ucapkan Kenant ada benarnya. Banyak anak dari rekan bisnisnya menaruh hati padaku, tapi entah kenapa aku menolaknya. Aku merasa tidak nyaman dengan mereka semua seakan yang mengklaim aku ini miliknya. Dan entah kenapa juga aku merasa tidak suka. Aku bukan milik mereka, aku milik Ayah dan Ibuku. "Iya itu juga maksutku begitu. Itu kan cuma penyemangat aja. Ya kali cewek secantik kamu gak punya pacar kan aneh." ucapnya bersedakep d**a dampil menatapku. Mungkin orang yang suka di tahap akan berteriak atau mungkin di hadapannya. Tapi untung saja aku sudah terbiasa di tahap seperti itu, jadi bagiku ini biasa saja. "Emang harus ya pacaran? Sepertinya gak punya pacar gak mati juga kok." ucapku kukuh dan dia tertawa. Benar bukan? Gak pacaran gak mati kok. Kita masih bisa bahagia, bisa makan bisa apapun tanpa dengan pacar. Iya kalau punya pacar baik, bisa ngerti. Kalau posesif dan ngekang bida mati muda ini maa. Apa lagi kalau punya pacar satu hoby, mungkin akan lebih baik juga. "Engak juga sih, aneh aja model papan atas gak pernah tuh denger gosip membawa pasangannya." ledeknya. Ya selama jadi model tidak ada kabar miring tentang aku. Apa lagi soal pacar. Aku dama sekali tidak pernah mengandeng siapapun. Kecuali hidupku hanya untuk bekerja sama tanpa yang lain. "Udah gak usah ngeledek." ucapku kesal. Dia tertawa kecil, "Udah malam. Aku pulang ya, kami tidur sana besok sekolah." ucapnya perhatian dan membuatku nyaman. Aku tersenyum dan mengangguk. Setelah itu aku menatap dia yang masuk kedalam mobilnya dan aku pun berdiri di depan gerbang hitam dan melambaikan tangan padanya. Setelah kepergianya aku pun masuk ke dalam rumah ternyata Daddy, Mommy, Yasta sedang berdiri tak jauh dari pintu dengan ekspresi yang sulit ku artikan. Ada apa? Pikirku. Apa mungkin tadi mereka mengintipku dari sini. "Kenapa?" tanyaku heran. "Pulang sama siapa?" tanya ayasta menyelidik Aku pun tertawa ternyata benar, mereka penasaran dengan siapa aku pulang. Walau udah di depan rumah gapi aku belum masuk juga. "Kenapa? Penasaran gue balik sama siapa?" ucapku, "Lagian lo sih ninggalin gue tadi di kantor." lanjutku menatap Yasta. Seketika itu juga Mommy dan Daddy menatap Hasta dengan tajam. Aku tertawa dalam hati menatap wajah bersalah Yasta dan memasang puppy eyes pada Daddy dan Mommy. Karena aku baik hati dan merasa kasian juga sama Yasta aku akan membelanya untuk kali ini. "Pulang sama Kenant. Tadi ada pemotretan di butik tante Evils, jadi sekalian makan malam bersama mereka Mom, Dadd." jelas ku biar gak salah paham kuga. Aku melihat wajah kaget Mommy begitu juga Daddy dan Yasta. Kupastikan mereka akan banyak tanya soal ini. Sebelum mereka bertanya lebih banyak lagi, aku berlari ke arah tangga dan menuju kamarku. Sempat mendengar teriakan Yasta yang mengelegar di bawah sana. Haruskah aku berteriak karena semua orang selalu menjuluki ku si tukang TOA karena aku sua berteriak tapi kali ini malah Yasta yang berteriak. Aku berdiri di depan cermin dan tersenyum setelah mencepol rambutku, aku pun menuju kamar mandi yang di sebelah kiri dari tempat tidurku dan mandi. Larena aku ingin tidur nyenyak malam ini. Senyenyak gurauan Kenant untukku. TBC. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN