Part 35

1909 Kata
* * * * * * * * * Part 35 * * * * * * * * *   Orang dengan mata merem aja udah bisa nebak, Vale  j e l a s    j e l a s   bakal nolak Bhisma, atau lebih parah lagi menganggap Bhisma tuh gila. Gak ada angin, gak ada ujan, tiba tiba maksa tuh cewek buat jadi pacarnya. Di kira Vale ini tipikal nerd girl w*****d  y a n g iya iya aja gitu kalo tertindas,  d a n  mau mau aja buat di paksa paksa begitu, ya gak mungkin mau lah. Vale udah pasti akan nolak  d a n  berontak  d a n  mencap bahwa Bhisma sudah kehilangan kewarasannya  k a r e n a  menyatakan perasaannya itu. * * * * * * * * * * * * * * * * * * Past , Present , and Future * * * * * * * * * * * * * * * * * * Jam istirahat kedua baru saja berbunyi, Vale  y a n g beberapa jam sebelumnya tadi  t i d a k  bisa bergerak  k a r e n a  guru  y a n g enggan beranjak dari tempat duduknya sehingga ia  t i d a k  mampu untuk berkutik selain mengikuti jam pelajaran dengan khidmat, kini segera bersiap untuk menginterogasi ke dua sahabatnya  y a n g tadi menjadi oknum pengkhianat bangsa  k a r e n a  meninggalkannya sendirian di perpustakaan, hingga membuatnya terjebak dengan Bhisma. Vale harus menahan sabar untuk bertanya pada mereka sepanjang jam pelajaran tadi, hingga akhirnya jam istirahat ke dua ini muncul juga sehingga ia  t i d a k  akan lagi membuang waktunya lama lama untuk mengetahui jawaban dari mereka. Lala sudah mau beranjak dari tempat duduknya untuk pergi ke kantin, tentu saja untuk makan siang  k a r e n a  perutnya sudah lapar sekali. Ia sudah terba y a n g akan menyantap soto ayam ibu kantin  y a n g gurih  d a n  nikmat  l u a r   b i a s a  , dengan harga  y a n g  t i d a k  terlalu mahal pula. Ah enak sekali untuk mengisi perutnya  y a n g sudah kelaparan sejak jam pelajaran tadi,  d a n  menuntut untuk di isi saking laparnya. Belum lagi bayangan es jeruk maha segar  y a n g akan menggugah selera,  d a n  membasahi kerongkongannya  y a n g sudah kering kerontang menahan haus selama jam pelajaran, sebab Lala  t i d a k  membawa botol minum, atau tepatnya Lala memang  t i d a k  pernah membawa botol minum. “Nanti dulu!” Vale mencegah ke dua sahabatnya itu untuk beranjak dari tempat duduknya,  d a n  menahan mereka untuk kembali duduk di bangku masing masing selama Vale akan mewawancarai mereka. Ia akan mengupas tuntas apa  y a n g sebenarnya terjadi saat tadi, saat ia ditinggal sendirian  d a n  harus menghadapi Bhisma  y a n g bersikap sangat aneh  d a n  membuatnya emosi sekali. Bhisma  y a n g entah se d a n g kerasukan apa sampai bisa bisanya berpikir seperti tadi,  d a n  membuat Vale seketika bergidik ngeri saat mengingatnya lagi. Ia benar benar  t i d a k  sanggup membayangkannya sebab hal tersebut begitu mengerikan. Apa  y a n g membuat Bhisma sampai berpikir bahwa ia akan menerima cowok itu? Bhisma punya pikiran absurd dari mana sih? "Sekarang, jujur, kenapa lo berdua tadi ninggalin gue di perpus sendirian?" tanya Vale to the point, tanpa basa basi atau pembukaan  y a n g  h a n y a   akan mengulur waktu, sebab ia pun sudah ingin ke kantin untuk makan. Perutnya juga tentu saja lapar, mana jam istirahat pertama tadi gak sempet ke kantin gara gara terjebak sama Bhisma. Emang dasar Bhisma biang masalah, kayanya delapan puluh persen permasalahan  y a n g ada di hidup Vale itu di sebabkan oleh Bhisma.  d a n  hal tersebut membuat Vale bisa terserang sakit kepala mendadak, ia bisa bisa darah tinggi di usia muda gara gara Bhisma  y a n g terus trusan mencari masalah dengannya ini. Mungkin Vale harus mulai konsultasi ke dokter, atau memeriksa tensi darahnya setiap minggu. Vale menatap kedua sahabatnya itu dengan gahar. Ya  j e l a s   lah, siapa  y a n g gak marah dimasukin ke situasi kaya tadi, berdua doang sama 'musuh' kita, lagi, kan? Masalahnya lagi, bukan iseng kayak biasa, tapi Bhisma tadi udah gila. Minta Vale jadi pacarnya. Oh salah, memaksa Vale buat jadi pacarnya, Vale udah  j e l a s   nolak malah di suruh mikir. Mikir apanya, di suruh mikir pun ya buat maksa kalo pilihannya harus nerima. Gak ada pilihan lain. Enak aja, Vale mana sudi di paksa  d a n  atur atur kayak gitu, emang Vale udah gak waras sampe mau menyerahkan diri sama makhluk aneh itu.  j e l a s   aja Vale gak mungkin mau meski harus di sekap semalaman di perpustakaan itu juga. Tapi bukan berarti Vale mau di sekap ya! Ini ya perumpamaan aja, ya  j e l a s   jangan sampe terjadi dong. Sekarang, gak akan ada ampun buat mereka berdua. Kalo Vio, okelah, masih dipertimbangin, diakan lemot  d a n  mudah dipengaruhin. Ibarat kata, gampang banget begoin Vio. Di kasih pancingan dikit aja Vio bisa terpengaruh  d a n  lupa sekitar, seolah olah dia  t i d a k  punya teman. Vio emang orangnya gampang banget kedistrek dengan hal hal  y a n g gak penting.  d a n  emang pada dasarnya Vio itu gak cocok sama pekerjaan  y a n g berhubungan dengan rahasia  d a n  mata mata. Bayangin coba kalo Vio jadi intel kepolisian, atau agent mafia. Wah bisa bisa kacau deh dunia perhitaman itu C u m a gara gara Vio  y a n g mulutnya gak bisa di tutup  d a n  bocor, atau gara gara Vio  y a n g terdistraksi dengan musuh. Tapi, Lala? Ya ampun, sahabatnya  y a n g waras itu kok bisa-bisa nya punya pikiran buat ninggalin dia? Lala itu cerdas loh, baik dalam segi akademik atau pun dalam segi strategi perang. Vale sering bangte muji muji Lala sampai mulutnya berbusa  k a r e n a  kekagumannya pada sosok tersebut,  y a n g selalu memiliki pola pikir  l u a r   b i a s a  . Tapi ini bisa bisanya di pengaruhi oleh Bhisma sampai membuatnya meninggalkan Vale begitu saja. Lala bisa dong menangani kecohan Bhisma hingga membuatnya tetap berada di samping Vale, sehingga kejadian tadi itu  t i d a k  akan terjadi, Vale masih kesal mengingatnya. Bayangan Bhisma  y a n g berada tak jauh dari wajahnya, sambil tersenyum, tertawa, menatapnya begitu intens.  d a n  masih banyak lagi. Vale gak mau deh pokoknya. "Jujur! Gue gak terima kebohongan!" tandas Vale, seraya menatap horor pada kedua temannya itu demi mencegah upaya kebohongan publik  y a n g akan mereka lontarkan  h a n y a   untuk membela diri agar  t i d a k  di salahkan terlarut oleh Vale. Jadi Vale akan memper j e l a s  nya di awal agar mereka  t i d a k  perlu memutar otak demi mencari alasan alasan aneh  y a n g  t i d a k  masuk akal sebab hal tersebut  j e l a s   akan perc u m a saja. Meski ia yakin teman temannya  t i d a k  akan mencari alasan juga sih, apalagi Vio sudah pasti akan jujur sejujur jujurnya. Ingat kan ucapan Vale sebelumnya, Vio gak pantes jadi agent atau intel atau segala hal  y a n g sifatnya rahasia  d a n  mengemban tugas sebagai mata mata.  k a r e n a  Vio terlalu jujur  d a n  mudah membocorkan rahasia negara.  y a n g pasti, Vale melakukan interogasi ini  t i d a k  akan berlama lama  k a r e n a  ia akan segera ke kantin untuk makan siang.  k a r e n a  jam makan siang juga suasana kelas sudah mulai sepi lantaran mereka semua se d a n g keluar untuk menghabiskan jam istirahat, pergi ke kantin ataun pun berkumpul di depan kelas buat merhatiin kakak kelas  y a n g ada di gedung seberangnya. Jadi gak akan ada  y a n g merhatiin mereka  d a n  memasang telinganya untuk mereka. Emang Dikira mereka apaan? Berasa ada sesuatu  y a n g penting saja  y a n g tengah di bicarakan, padahal C u m a masalah kayak gini, kalo pun ada  y a n g denger emangnya mereka peduli dengan hal hal semacam ini. Ya tentu aja enggak, jadi Vale  j e l a s   gak perlu khawatir kalau pun ada  y a n g mendengar pembicaraan mereka ini  k a r e n a  memang sifatnya  y a n g  t i d a k  penting. Lagian Vale bukan pemain dramatis sebuah sinetron.  y a n g kerjaannya c u m a nangis doang trus dapet bermilyar-milyar duit gitu? Hhh, bukan Vale banget. Masa C u m a di tinggal di perpustakaan sama Bhisma saja sampe nangis tersedu se d a n  kayak anak umur lima tahun kehilangan mama nya. Tentu saja Vale gak akan kayak gitu, ia C u m a mau memastikan tentang kesolideritasan  y a n g terjalin di antara pertemanan mereka ini.  d a n  ingin memastikan apa  y a n g sebenarnya terjadi, sebab Vale  y a n g seribu persen ini pasti ada campur tangan Bhisma  y a n g bermain dalam hal ini. Geram sekali membayangkan betapa Bhisma sungguh merencanakan hal ini dengan niat sekali, sampai menyingkirkan teman teman Vale terlebih dahulu demi memulai rencananya. Benar benar totalitas dalam membuat Vale naik darah  d a n  emosi  y a n g menggebu gebu. "La?" Vale lama-lama marah beneran nih, kenapa dua orang ini malah diem gak nyautin coba? Seenggaknya ya tinggal ceritain aja, Vale emang marah , tapi Vale bisa lebih marah kalo gak pernah tau kebenaran  y a n g terjadi. Maka dari itu Vale bertanya kepada ke dua temannya ini  y a n g bisa saja jadi korban p**********n   y a n g di sebabkan oleh Bhisma  d a n  antek nya  y a n g C u m a satu itu, siapa lagi kalo bukan Ricky  y a n g pasti masih dendam juga dengan kejadian kemarin  k a r e n a  cowok itu ikut terseret kena hukuman juga, bukan  h a n y a   Bhisma sendirian  y a n g di hukum. Vale keba y a n g sih wajah kesal Ricky  y a n g gak terima buat di hukum itu,  k a r e n a  merasa  h a n y a   membantu Bhisma saja  d a n   t i d a k  banyak terlibat. * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * T o  B e  C o n t i n u e d * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN