* * * * * * * * * Part 23 * * * * * * * * *
Rupanya langkah Vale terhenti saat sebuah tangan besar menahannya. d a n , ya ampun, Vale kembali menahan napasnya. Lepasin gue, cowok b**o. Kalo lo gak mau gue mati jantungan! Vale meracau dalam hati lagi k a r e n a tindakan cowok tersebut y a n g sukses membuatnya senam detak jantung, duh ya ampun, beneran habis ini Vale harus buru buru ke dokter buat periksakan kondisinya y a n g gak karuan C u m a gara gara si cowok y a n g ia belum tahu namanya. Hey si Tuan tak bernama, tolong jangan bikin anak gadis ini penyakitan di usia muda C u m a k a r e n a tingkah cowok tersebut y a n g sukses membuat Vale shock terus menerus. Lengkap banget emang cobaan idup Vale, Bhisma y a n g membuatnya darah tinggi, kini muncul satu lagi cowok y a n g membuat kerja jantungnya menjadi tak beraturan saking Vale deg degan terus begini.
"Nama gue, Gani Oey," cowok itu melepaskan tangan kirinya y a n g tadi sempat menahan Vale, d a n mengulurkan tangan kanannya sebagai gantinya. Pertanda bahwa cowok tersebut, siapa tadi namanya, ah benar! Gani maksudnya. Jadi Gani ini mau berkenalan d a n barusan menyebutkan nama lengkapnya , wah padahal tadinya Vale C u m a mau tau nama panggilannya saja. Kalo gini kan Vale jadi lebih gampang untuk stalking cowok tersebut k a r e n a sudah dapat nama lengkapnya. Ini sih bakal jadi perkara gampang banget, y a n g C u m a tahu nama panggilan saja bisa di gali sampai ke akar akarnya, apa lagi nama lengkap begini. Cewek kan kalo udah penasaran, penelitian y a n g di lakukan kawanan intel saja bisa kalah saing dengan kemampuan penyelidikan cewek itu.
"Sori. Kalo nama lo siapa?" tanya cowok tersebut balik pada Vale, saat ia sudah memperkenalkan dirinya d a n kini ingin mengetahui nama Vale. Duh, sopan banget ya, mau nanya aja pake bilang sori dulu. Iya Gani iya, di maafin kok. Siapa juga y a n g gak maafin cowok ganteng d a n sopan begini. Vale ya j e l a s bakal gampang banget maafinnya. Ya maaf kalo Vale terkesan gak adil, soalnya Vale juga bukan penegak negara y a n g harus adil seadil adilnya, meski nyatanya penegak hukum di negara pun banyak kasus tentang ke t i d a k adilan sih, yah Vale juga gak peduli peduli amat sama hal itu, yaudalah biarin aja. Negara kan bukan urusannya, itu sudah banyak y a n g mengurus.
"Valena. Tapi, panggil aja Vale." Kata Vale seraya memperkenalkan dirinya pada cowok tersebut, pada Gani maksudnya. Duh akhirnya bisa kenalan juga, akhirnya harapan Vale tadi kesampean juga. Padahal pas pamitan tadi, Vale sudah pasrah kalo gak bakal kenalan sama cowok ini d a n akan memilih cara berikutnya, y a n g akan mencari tahu saja dari teman temannya y a n g ada di kelas ini tentang si anak baru y a n g ada di kelas mereka itu. Ternyata rejeki emang gak ke mana, buktinya saat ini Vale malah di perkenalkan dengan sendirinya, lengkap dengan cowok tersebut y a n g juga akan mengenal Vale k a r e n a tadi dia bertanya tentang namanya.
Keba y a n g gak sih, cowok itu kan siswa baru, d a n Vale pasti bakal memorable banget buatnya k a r e n a merupakan orang pertama y a n g dia kenal di sekolah ini, d a n berkenalan dengan formal seperti ini juga. Duh Vale jadi semakin blushing saat mengingat hal tersebut, betapa vale akan menjadi sejarah terkait hari hari Gani y a n g berikutnya akan di lalui di sekolah ini. Meski memang berikutnya Gani akan berkenalan dengan banyak orang, tapi Vale adalah orang pertama gitu loh. Biasanya kan y a n g serba serbi pertama itu bakal susah di lupakan. Semacam cinta pertama contohnya, meski Vale lupa sih cinta pertamanya siapa. Tapi pertanyaannya, memang Vale punya cinta pertama? Eh maksudnya, memang Vale pernah jatuh cinta? Duh, kayaknya enggak sih. Sejauh ini emang kayak gak pernag keliatan kalo Vale pernah jatuh cinta.
"Oke, thank you ya, Vale." Sahut cowok tersebut lagi, y a n g lagi lagi sopan banget kan dengan bilang thank you. Duh Vale lemah banget sama cowok cowok y a n g sopan santun begini, rasanya lebih menggemaskan aja gitu di banding y a n g petakilan kayak Bhisma. Ya Bhisma versi kalem juga Vale gak bakal suka sih. Duh ia sudah gila kayamya kalo suka sama Bhisma. d a n hal tersebut akan Vale pastikan bahwa gak mungkin banget d a n gak akan pernah terjadi. Benar benar bisa hancur dunia persilatan dengan kabar tersebut.
Vale melotot saat menangkap gerakan y a n g di lakukan cowok tersebut, maksudnya gerakan mata d a n bibir y a n g tersenyum pelan. Vale melihat tatapan jahil y a n g di temukannya di dalam ke dua mata jernih cowok itu, mata y a n g sukses menghipnotis Vale beberapa kali seharian ini d a n serasa menjerumuskan Vale pada lembah dunia fana y a n g biasa membuat orang terperosok di dalamnya. Vale t i d a k mau terjerumus di sana juga, gak mau dalem dalem maksudnya. Cowok itu rupanya mendekatkan wajahnya ke dekat telinga Vale, seolah ingin membisikan sesuatu, hal tersebut j e l a s membuat detak jantung Vale semakin jedag jedug. Tapi y a n g di lakukan Vale j e l a s h a n y a mematung bagaikan maneqen y a n g ada di mall mall, alias mati kutu d a n t i d a k berkutik. Bhisma akan tertawa jika melihat Vale seperti ini.
"Lain kali, ijinin gue buat liat rona merah di pipi lo kayak tadi ya?" bisik Gani saat wajahnya berada di dekat telinga Vale, mengatakan hal tersebut seolah mengonfirmasi bahwa dirinya melihat segala tindakan memalukan Vale tadi, d a n rupanya cowok tersebut menikmatinya. s****n! Vale benar benar tertangkap basah d a n hal tersebut j e l a s malu banget! Malu banget! Vale kini benar benar akan mengubur dirinya sendiri saking malunya tertangkap basah oleh Gani seperti ini, jika sebelumnya Vale gak pernah ngerasa malu banget, maka saat ini Vale sungguh sungguh merasa malu bukan main k a r e n a tertangkap basah blushing seperti tadi, Vale bahkan sampai menutup pipinya secara refleks saat mendengar ucapan Gani di telingan tadi y a n g mengatakan bahwa ia ingin melihat rona merah di pipi Vale.
Gani, cowok itu y a n g barusan menggoda Vale d a n sukses menimbulkan rona merah di pipi Vale, kemudian menarik kembali tubuhnya dari dekat Vale d a n berdiri seperti biasa seolah t i d a k habis mengatakan apa apa. Lalu cowok tersebut pun tersenyum normal seperti biasanya, menatap pada Vale y a n g masih mematung di tempatnya.
"Sampai ketemu lagi, Vale." Kata Gani seraya berjalan memasuki kelasnya untuk berpamitan dengan Vale d a n menyudahi aksi menggoda Vale itu, cowok tersebut kini benar benar sudah memasuki kelasnya d a n Vale sudah memastikan hal tersebut. Agar Vale bisa bebas bersikap berikutnya tanpa takut malu atau merasakan apa pun itu namanya k a r e n a tertangkap basah lagi oleh Gani.
Kondisi Vale terkini, rasanya Jantung Vale mau copot! Gak, itu terlalu biasa, ini rasanya jantung Vale mau merosot ke lambung, ke perut, ya ampun serem. Tapi kayanya memang nyaris begitu saking Vale shock, malu, segalanya bercampur menjadi satu d a n membuat Vale semakin malu saja. Vale bener bener gak pernah semalu ini seumur hidupnya, d a n kini akhirnya ia merasakan rasa malu y a n g sampai membuatnya tak mampu berkutik dari posisinya k a r e n a masih shock. Beruntung Vale segera menyadarinya bahwa dirinya masih belum berlalu dari sana, d a n buru buru Vale pun berbalik untuk bergerak pergi dari sana. Tak lagi berjalan santai, Vale segera berlari dari tempat tersebut agar segera sampai di kelasnya.
Huaaa. Sekarang mau di taro mana muka Vale? Gak tau. Kayaknya Vale udah gak punya muka buat nunjukin batang hidung nya lagi di depan Gani. Eh tapi, ya gak papa sih. Tadi Gani malah menggo d a n ya kok, dia malah suka liat rona merah di pipi Vale y a n g tan d a n ya Gani menikmati, y a n g artinya Gani juga menyukai Vale. Ya gak sih? Gitu gak sih teorinya? Vale belum pernah saling menggoda satu sama lain solanya, gak ngerti dengan bahasa lempar kode tangkap kode begini, Vale kan taunya C u m a balas balasan dendam sama Bhisma, bukan main kode kodean y a n g harus di pecahkan begini.
Memecahkan sikap Gani tadi d a n mengartikannya ke dalam bahasa y a n g bisa d a n mudah di mengerti Vale.
* * * * * * * * * * * * * * * * * * Past , Present , and Future * * * * * * * * * * * * * * * * * *
Bhisma berdecak keras saat mendengar sebuah perintah y a n g sangat di bencinya, saat ia melihat seorang anak baru tengah memperkenalkan diri di depan kelas, lalu Madam Nina asal menunjuk bangkunya y a n g kosong untuk di jadikan tempat duduk si anak baru tersebut. Padahal Bhisma sudah bersikeras mengatakan bahwa di bangku tersebut adalah tempat duduk Ricky. Tapi Madam Nina mana peduli, y a n g guru itu lihat bangku tersebut kosong, jadi ia menyuruh si anak baru tersebut menempati bangku di sebelah Bhisma tanpa peduli itu ada y a n g menempati atau t i d a k . Duh, padahal kan masih banyak bangku kosong y a n g lain, kenapa sih Madam Nina malah ngotot pengen nyuruh anak baru duduk di sini. Mana ngeyel juga, udah di kasih tau kalo tuh bangku ada orangnya, y a n g kemungkinan hari ini lagi gak masuk, atau telat, atau apalah. Wajar dong namanya juga siswa gitu kan ada aja halangannya. Tapi Madam Nina emang gak pengertian sama sekali d a n gak mau dengerin pendapat orang lain.
Bhisma gak suka anak baru. Anak baru y a n g wajar d a n gak Bhisma kenal aja, ia gak suka k a r e n a akan merepotkan untuk menjawabi pertanyaan sok kenal khas anak baru y a n g C u m a di isi haha hihi. Apa lagi ini, saat Bhisma menangkap sosok anak baru di depan kelas, y a n g memperkenalkan dirinya dengan lantang. Nama lengkanya, juga asal sekolahnya, d a n Bhisma j e l a s mengenal wajahnya y a n g memang t i d a k banyak perubahan. Bhisma gak mungkin lupa dengan sosok itu, d a n ia j e l a s semakin t i d a k menyukainya sebab memiliki banyak kenangan d a n tragedy y a n g t i d a k menyenangkan bersama cowok itu. Jadi, bukan tanpa alasan Bhisma menolak keras usul Madam Nina y a n g dengan ide entah dari mana menyuruh cowok itu untuk duduk di sebelah Bhisma, menempati bangku milik Ricky y a n g saat ini entah se d a n g berada di mana. Bhisma juga gak sempet nanua Ricky sih tadi kenapa ia belum datang padahal bel sudah mau berbunyi, Bhisma pikir emang gak masuk aja kali, d a n ia malas juga mengonfirmasinya, di biarkan saja lah nanti juga datang sendiri.
Cowok itu pun berjalan ke arah bangku di sebelahnya, sementara Bhisma semakin mendengus dengan keras d a n sinis. Ia t i d a k menoleh sama sekali saat si anak baru itu sudah duduk di sebelahnya. Di biarkannya saja cowok itu duduk tanpa ia sapa sama sekali, k a r e n a ia juga malas berurusan dengan cowok tersebut. Justru jika di beri pilihan, ia enggan untuk bertemu lagi dengannya. Sosok y a n g berasal dari masa lalunya y a n g j e l a s t i d a k baik baik saja, d a n Bhisma benci mengingatnya lagi, terlebih saat melihat a d a n ya sosok y a n g dulu terlibat masa lalu tersebut bersamanya. Bhisma sudah berlari sejauh ini, mengapa masih ada saja y a n g mengikutnya. Apakah Bhisma t i d a k pantas untuk keluar dari lingkaran tersebut? Setelah sekian waktu berlalu, ternyata dirinya t i d a k bisa lari ke mana mana.
"Sebuah kebetulan y a n g hebat kita bisa satu sekolah, satu kelas, d a n satu bangku lagi kayak gini." ucap seseorang ini dengan santai, dengan suara pelan agar tak terdengar oleh Madam Nina. Ucapan j e l a s tertuju untuk siapa, ya siapa lagi kalo bukan Bhisma y a n g memang duduk di sebelah cowok itu, d a n j e l a s h a n y a Bhisma y a n g bisa mendengar ucapan cowok itu y a n g memang di tujukan pa d a n ya. Cowok itu berbicara tanpa menoleh sama sekali pada Bhisma, pan d a n gannya lurus ke depan, seolah tengah memperhatikan Madam Nina y a n g se d a n g men j e l a s kan pelajaran. Padahal ia se d a n g memprovokasi Bhisma dengan ucapannya y a n g memang memancing Bhisma untuk merasa tersindir. Pmebawaannya y a n g santai d a n tenang membuat siapa pun seolah percaya, bahwa cowok itu memiliki sifat y a n g sangat baik. Padahal Bhisma tau pasti, bahwa dia itu manipulatif. Bhisma t i d a k akan pernah melupakan hal itu sampai kapan pun.
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * T o B e C o n t i n u e d * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *