* * * * * * * * * Part 24 * * * * * * * * *
"Seneng ketemu sama lo lagi, Bhisma Karisma." Ucapnya lagi saat Bhisma tak menanggapi ucapannya d a n memilih h a n y a diam, k a r e n a enggan untuk meladeni ucapannya y a n g memang sarat akan memancing emosi dirinya. Tapi cowok tersebut seolah tak menyerah d a n masih berusaha untuk berbicara dengan Bhisma, dengan nada y a n g sangat terdengar menyindir d a n penuh penekanan, y a n g sangat bisa di tangkap oleh Bhisma y a n g memang menyadari seberapa besar kebencian cowok tersebut terhadapnya. Bagaimana mungkin Bhisma bisa lupa? Mungkin seumur hidup Bhisma t i d a k akan mampu melupakan hal tersebut. Sebab hal itu seolah sudah terpatri di kepalanya d a n t i d a k akan bisa terhapus begitu saja.
Bhisma akhirnya meman d a n g dengan masam cowok disebelahnya ini. Ia mendengus pelan saat harus menemukan wajah itu dalam radius sedekat ini, seolah takdir terlalu kebetulan, menempatkan sosok itu malah duduk di sebelahnya alih alih di bangku lain y a n g tentu saja banyak y a n g masih kosong. Bhisma j e l a s tak menyukai hal ini, jika cowok tersebut membencinya setengah mati, memangnya Bhisma t i d a k ? Ya j e l a s ! Bhisma juga t i d a k menyukainya. Mungkin sama besarnya seperti rasa benci cowok itu terhadapnya, d a n melihat lagi cowok itu adalah hal terakhir y a n g ingin ia lihat di dunia ini. y a n g j e l a s gak sekarang, Bhisma masih ingin hidupnya damai, tentram, d a n sentosa. Tapi mendapati kedatangannya y a n g tiba tiba d a n tanpa a d a n ya tanda tanda terlebih dahulu, membuat Bhisma meyakini bahwa kehidupan damainya di tempat baru ini sudah berakhir. Entah harus bagaimana Bhisma menghadapi hari hari ke depannya, y a n g ia yakini t i d a k akan sama lagi seperti hari hari sebelumnya, saat cowok ini t i d a k pernah ada lagi di kehidupannya hingga mendadak datang seperti ini. Seolah ingin menuntaskan dendam lamanya.
Bagaimana bisa salah satu 'musuh' nya dulu sekarang ada disini? Bhisma masih membatin dalam hati, tak mengerti mengapa bisa bisanya sosok itu ada di sekolahnya ini, y a n g Bhisma pikir sudah menjadi tempat teramannya untuk pergi jauh jauh dari kehidupan nya dahulu y a n g sangat pelik. Bhisma sudah berada di tempat baru, d a n menginginkan suasana baru y a n g lebih fresh, t i d a k terus terikat dalam nuansa kelam y a n g mencekam, y a n g mana terdapat sosok itu juga di dalamnya. Seolah tragedy y a n g pernah menjerat mereka di dalamnya itu t i d a k cukup suram untuk di lupakan, tapi cowok tersebut malah ingin terus Bhisma mengingatnya sampai kapan pun juga. Sebuah tragedy y a n g sangat menyesakkan untuk Bhisma, bahkan Bhisma saja tak sanggup mengingatnya tanpa rasa sakit. Seolah setiap detiknya saat Bhisma kembali mengingatnya lagi, rasa sesak segera menghantamnya dengan telak d a n tak terelakkan. Bhisma juga terpukul atas kejadian itu, sangat terpukul, bahkan masih terus terpukul hingga detik ini d a n entah kapan bisa terobati. Mungkin t i d a k akan pernah mampu terobati.
Semenjak pertama kali cowok y a n g sekarang diketahui bernama Gani ini masuk kedalam kelas kekuasaannya, rasa t i d a k senang, rasa muak kembali muncul didalam hatinya setelah beberapa lama perasaan itu perlahan-lahan lenyap, tapi kali ini, dengan maruk perasaan itu muncul kembali. Bhisma tak sanggup untuk merasakannya saat ini, tanpa persiapan sama sekali. Ia masih membenci mengapa Madam Nina harus menempatkan Gani di sebelahnya, y a n g membuatnya t i d a k bisa untuk bereaksi baik baik saja. Bhisma t i d a k pernah baik baik saja jika berhubungan dengan segala masa lalunya, termasuk dengan kedatangan Gani y a n g memang berasal dari masa lalunya y a n g berisi kenangan menyesakkan y a n g masih bisa ia rasakan hingga detik ini, juga kenangan menyesakkan bagi Gani y a n g menyalahkan Bhisma sebagai penyebab dari segala kekacauan y a n g terjadi dulu.
Bhisma j e l a s sangat menyadari, betapa Gani masih terus menyalahkannya d a n tiada henti untuk terus menyalahkannya. Di mata Gani, memang seuruh kesalahan ada pada Bhisma, d a n perasaan tersebut masih belum lenyap hingga saat ini. Meski Bhisma berusaha keras men j e l a s kan d a n memberitahu bahwa dirinya juga tersiksa dengan tragedy itu, Gani j e l a s t i d a k peduli d a n lebih memilih untuk terus menyalahkan dirinya tanpa ampun. Bhisma y a n g merasa lelah untuk berurusan dengan Gani y a n g h a n y a mampu membuat lukanya bisa terbuka lebar lagi, j e l a s memilih untuk mengalah d a n meninggalkan semuanya. Tapi Gani kini malah menyusulnya seolah ingin menariknya lagi dalam kubangan luka y a n g belum seutuhnya terobati.
Seluruh 'kebenciannya' telah kembali. d a n mungkin, cowok itu se d a n g 'bereaksi' untuk 'membalaskan dendamnya' y a n g dulu padaku. Batin Bhisma. Yeah, bagaimanapun, seseorang y a n g mengalami masa lalu seperti itu t i d a k akan dengan cepat melupakannya. Bahkan Bhisma sendiri juga t i d a k akan mudah melupakannya . ralat , seumur hidup mungkin Bhisma t i d a k akan pernah melupakannya saking hal tersebut sudah sangat menempel dalam memorinya. Mana mungkin Bhisma melupakannya? Kejadian itu justru y a n g membentuk karakternya hingga menjadi sosok Bhisma y a n g ada hari ini. Bhisma y a n g memilih untuk pergi d a n berusaha menyembuhkan lukanya sendirian, meski ia sendiri seolah tetap membiarkan luka itu menganga, d a n t i d a k mengizinkan siapa pun untuk berusaha mengobatinya. Bagaimana bisa luka tersebut akan sembuh jika Bhisma sendiri t i d a k memiliki itikad untuk beranjak dari masa lalu y a n g terus menjeratnya seolah tiada ampun, dari masa lalu y a n g membuatnya terus merasa terpukul atas kejadian kejadian menyesakkan itu.
Masa lalu yang, errr, mengerikan. d a n Bhisma, cowok ini t i d a k akan menyangka kalau 'musuh' nya ini akan membuntuti nya sampai kesini. d a n , oh God, kenangan itu sudah lama berlalu. Masih belum cukupkah pertemuan terakhir mereka dulu?
Bhisma pikir segalanya sudah berakhir saat itu, t i d a k akan ada lagi kelanjutan dari tragedy buruk y a n g menimpanya dulu. Ia pikir Gani sudah sepakat agar mereka menjalani kehidupan masing masing dengan damai tanpa di hantui perasaan bersalah d a n saling menyalahkan lagi. Rupanya hal tersebut memang belum berakhir, sekeras apa pun Bhisma berlari. Ternyata Gani masih ingin terus mengingatkannya bahwa Bhisma t i d a k akan pernah bisa lepas dari jerat kenangan buruk y a n g akan terus membelenggunya sampai kapan pun. Gani seolah akan terus menjadi alarm pengingat untuk Bhisma y a n g tengah menata kehidupannya lagi paska kejadian buruk itu. Sebab Gani sendiri t i d a k mampu beranjak dari sana, d a n akan terus selalu mengingat d a n menyalahkan Bhisma sampai kapan pun.
"Hari ini, hari pertama d a n hari terakhir lo nempatin tempat ini!" kata Bhisma y a n g enggan untuk merespon ucapan Gani, d a n memilih untuk mengingatkan Gani perihal tempat duduknya y a n g merupakan milik Ricky, sahabatnya y a n g seharusnya menempati bangku tersebut d a n kini entah berada di mana. Entah t i d a k masuk sekolah atau pun telat. Ricky nih pinter pinter tapi suka telat sih, tapi ya gak mengurangi nilainya juga k a r e n a nilai y a n g lain gak bagus bagus amat. Makanya guru mau galak juga bingung kan, k a r e n a Ricky terkenal pinternya di kalangan guru. C u m a Pak Tono aja tuh y a n g gak bisa melihat kecerdasakan Ricky d a n kemarin tetep tega menghukumnya. Ya soalnya Pak Tono guru BK, gak terlalu merhatiin nilai akademis para siswa termasuk tentang akademis Ricky y a n g cukup baik.
Kembali pada kejadian saat ini. Saat mendengar Bhisma membalas ucapannya, eh t i d a k juga sih, Bhisma justru berbicara pa d a n ya tapi malah membahas hal lain y a n g t i d a k ada hubungannya dengan pembahasan Gani tadi. Gani pun balas menatap Bhisma dengan dingin, tapi santai. Ia seolah mampu untuk mengontrol emosinya untuk menghadapi sosok b******k y a n g pernah menghancurkan kebahagiaannya dulu. Gani t i d a k akan pernah melupakannya sedikit pun, tentang kesalahan kesalahan Bhisma y a n g sampai merenggut satu nyawa paling berharga di hidup Gani. Bhisma selamanya akan terus bersalah di mata Gani, t i d a k peduli dengan apa pun y a n g akan di j e l a s kannya d a n di jadikannya alasan.
"Oh ya?" Gani balas berbicara dengan nada santai d a n t i d a k terprovokasi dengan Bhisma y a n g suaranya lebih terdengar emosi. Gani memang pandai mengatur emosinya dengan baik, t i d a k seperti Bhisma y a n g mudah terpancing, buktinya saat tadi Gani memancing Bhisma, cowok itu sudah melahap umpannya meski malah mengalihkan pembicaraan. Tapi dari nada suaranya sudah terdengar bukan betapa Bhisma emosi dengan kehadirannya, d a n Gani bisa menangkap dengan j e l a s suara tersebut. Bhisma memang dari dulu t i d a k pernah pandai mengatur emosinya, atau lebih tepatnya Bhisma selalu mengedepankan emosi terlebih dahulu, hal tersebut lah y a n g menjadi salah satu di antara banyak hal y a n g membuat Gani muak dengan Bhisma.
"Ya! k a r e n a ini tempat sohib gue. Besok, gue harap lo udah angkat kaki dari sini." Bhisma masih terus membahas perihal tempat duduk y a n g di tempati oleh Gani itu, sebab Bhisma y a n g memang t i d a k sudi jika Gani duduk di sana d a n mencemari udaranya saja. Bhisma j e l a s t i d a k terima jika kawasan teritorialnya di ganggu gugat, apa lagi sampai tempat duduk di sebelahnya y a n g seharusnya di isi oleh sohibnya itu, malah di isi oleh musuh bebuyutannya dari masa lalu. j e l a s Bhisma enggan untuk menerima sampai kapan pun juga. Gani t i d a k boleh duduk di sebelahnya lebih lama lagi, kalo bisa selesai pelajaran Madam Nina, Bhisma akan segera mengusir Gani pergi dari bangkunya itu. Bhisma benar benar t i d a k mau berada lebih lama lagi di dekat Gani, padahal ini tempat duduk teraman sepanjang masih, tapi malah di rusak oleh kehadiran Gani.
“Bisa diatur." sahut Gani lagi dengan tenang, t i d a k merasa terpancing dengan suara Bhisma y a n g lebih mudah emosi d a n terpancing k a r e n a ucapannya itu. Dalam hati Gani tertawa puas, baru begini saja Bhisma sudah emosi, bagaimana jika ia melancarkan aksi balas dendamnya y a n g sudah di susun dengan rapi untuk ia layangkan pada Bhisma. Pasti Bhisma akan kejang kejang menghadapinya. Namun Gani tetap bersikap tenang saja, seolah dirinya t i d a k akan melakukan apa apa agar Bhisma t i d a k curiga. Di biarkannya saja Bhisma berpikir sesuka hatinya d a n sibuk mengantisipasi hal hal y a n g sesungguhnya t i d a k akan terjadi. Rencana Gani kali ini tak akan mudah di tebak, d a n ia akan memastikan bahwa Bhisma mendapatkan balasan y a n g setimpal atas apa y a n g pernah ia lakukan dulu. Gani akan sangat memastikan hal itu bagaimana pun caranya. Tunggu saja! Bhisma pasti t i d a k mampu mengelak lagi d a n h a n y a pasrah menerimanya, ia akan sangat menderita seperti hal nya penderitaan y a n g Gani rasakan dulu. Mata harus di bayar dengan mata! Begitu lah y a n g akan Gani terapkan pada Bhisma. Tinggal di tunggu saja untuk tanggal mainnya.
Bhisma t i d a k tahu apa y a n g akan di lakukan Gani dengan kembalinya cowok itu di hari ini, y a n g pasti t i d a k mungkin Gani secara kebetulan berada di sini jika bukan untuk mengejar Bhisma. Ia j e l a s sadar hal apa saja y a n g bisa membuatnya terlibat dengan Gani, d a n betapa j e l a s terlihat di mata Gani bahwa cowok itu membawa dendam lama y a n g tak akan pernah surut atau pun padam. Seolah mereka hidup untuk masa lalu d a n tdak boleh beranjak ke masa kini, Gani ingin membuat Bhisma terus merasa berdosa d a n tak boleh Bhisma merasakan kebahagiaan atau ketenangan sedikit saja. Bhisma sampai t i d a k paham, apa t i d a k ada hal y a n g bisa di lakukan Gani, baik hal hal y a n g di sukai cowok itu, atau pun cita citanya. Ia paham, kejadian waktu dulu sangat memukul mereka. Bhisma atau pun Gani pasti sangat terpukul, k a r e n a kejadian tersebut memang sangat meninggalkan luka y a n g mendalam bagi keduanya. Namun, meski begitu, saat mereka se d a n g berada di titik terendah, bukan berarti dunia harus hancur. Masih banyak hal y a n g harus mereka selesaikan, masih sangat banyak hal y a n g harus mereka gapai. Roda kehidupan terus berjalan, sang waktu y a n g terkenal kejam d a n enggan berhenti sedetik saja meski saat itu Bhisma merasa dunianya se d a n g runtuh, pun akan terus berputar tanpa menunggu Bhisma atau pun Gani merasa sudah siap untuk melewati putaran waktu itu.
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * T o B e C o n t i n u e d * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *