Kayla geram dengan apa yang dilakukan Felix. Dosen itu benar-benar tidak bermoral memperlakukan mahasiswanya sehina ini. Dengan kekesalan yang memuncak, dia pun menggerakkan kakinya dan langsung menendang s**********n dosen m***m itu dengan lututnya. Dan benar saja, Felix langsung mengaduh kesakitan. Dia memegangi senjatanya yang mungkin terasa ngilu. Sementara Kayla mempergunakan kesempatan itu untuk kabur.
"Awas kamu Mikayla, akan saya buat kamu bertanggung jawab karena sudah menendang aset masa depan saya!"
Kayla tak mendengarkan gertakan sang dosen. Dia langsung keluar dari ruangan dosen itu.
"Kok bisa sih ada dosen yang kayak dia gitu? gak habis pikir gue!"
"Kalau begini sih mending Pak Bahri aja yang jadi dosen gue. Daripada dia si dosen m***m itu." Kayla masih saja mengoceh. Dia bahkan tidak memperdulikan kalau dia ditatap aneh oleh teman-teman kampusnya. Dia pun melangkah menuju parkiran untuk mengambil motornya.
Meskipun anak orang kaya, tetapi Kayla lebih suka kemana-mana naik motor. Karena dia paling tidak suka terjebak macet. Sedangkan dengan naik motor dia akan lebih mudah melewati jalan-jalan sempit yang tak bisa dilewati oleh mobil.
Karena masih kesal Kayla bahkan tidak memperhatikan orang yang ada di sebelah motornya. Dia terlalu fokus mencari kunci motor dari dalam tasnya.
"Ehem!"
Kayla tak memperdulikan deheman itu. Dia masih mencari kunci motornya yang entah kenapa tidak kunjung ketemu. Mungkin terselip dilipatan bukunya.
"Ah ketemu juga," kata Kayla lega. Setelah itu barulah dia menoleh ke samping. Dan betapa terkejutnya dia saat menemukan seorang laki-laki muda tersenyum kepadanya.
"Hai..."
"Oh my god!" Kayla membekap mulutnya karena tak percaya. Dia juga langsung menghambur ke pelukan laki-laki itu. Laki-laki itu pun balas memeluk Kayla. Dia mendaratkan satu kecupannya di puncak kepala Kayla.
"Kangen..." lirih Kayla. Air matanya tanpa sengaja mengalir begitu saja.
"Aku juga kangen kamu," balas laki-laki itu yang tak lain adalah Abizar. Dia mengusap punggung Kayla lembut. Sementara dia terus menciumi puncak kepala kekasihnya itu.
Abizar mengurai pelukan mereka. Dihapusnya air mata yang membasahi pipi kekasih cantiknya itu. "Maaf ya aku udah buat kamu nangis kayak gini."
Kayla menggeleng pelan. Dia menangis bukan karena Abizar. Tetapi lebih karena menyesal tidak mampu menjaga dirinya dengan baik. Sehingga dia bisa kehilangan keperawanan oleh sang dosen m***m.
Abizar membawa Kayla pergi dari sana. Dia membonceng Kayla dengan menggunakan motor Kayla. Dia meraih tangan Kayla dan melingkarkan di perutnya. Sementara Kayla sendiri menyenderkan dagunya di bahu Abizar. Mereka saling senyum dan bertatapan penuh cinta. Mereka pun memutuskan untuk pergi ke tempat yang sering mereka kunjungi selama pacaran.
"Kamu mau pesan apa?" tanya Abizar saat mereka telah sampai di rumah makan. Mereka memilih tempat duduk paling ujung dekat kolam ikan.
"Kayak biasa aja," jawab Kayla. Abizar pun mengangguk. Dia mengacak rambut Kayla gemas. Setelah itu dia memanggil pelayan dan menyampaikan pesanan mereka.
"Gimana kuliahnya?"
"Ya gitu lah. Kamu sendiri?" tanya balik Kayla. Dia tak begitu berniat membahas kuliahnya. Apalagi skripsinya yang akan mengingatkannya kepada dosen m***m itu.
"Not bad lah. Bulan depan aku udah bisa sidang. Doain aja ya."
"Enak kamu. Aku boro-boro sidang. Riset aja belum."
"Sabar aja. Semua ada prosesnya kok. Yang penting kamu harus tetap usaha," kata Abizar membesarkan hati Kayla.
"Pesanannya Mas, Mbak. " pelayan tadi datang membawakan pesanan untuk mereka berdua. Mereka pun mengucapkan terima kasih yang diangguki sang pelayan.
"Emangnya dosen kamu sibuk banget ya? Tadi aku liat muka kamu kayak kesal gitu pas ke parkiran?"
Abizar mengaduk minumannya dengan sedotan seraya menatap wajah Kayla.
"Ya gitu. Beberapa kali bimbingan masih stuck di bab yang sama," keluh Kayla. Dia sengaja tidak menceritakan tentang dosen m***m itu kepada Abizar.
"Kamu sabar aja. Aku yakin nanti pasti lulus tepat waktu kok. Asalkan kamu terus semangat aja ngerjainnya."
"Iya, makasih ya, Sayang," sahut Kayla yang diangguki Abizar. Mereka pun melanjutkan makan sambil berbincang-bincang seputar keseharian mereka. Hingga akhirnya mereka ingin pulang.
"Kita ke rumah kamu dulu aja ya. Biar aku sekalian nganter kamu. Kamu 'kan gak bawa apa-apa tadi," usul Kayla.
"Ga usah. Biar aku anter kamu sampai rumah aja. Nanti aku gampang kok pulangnya," sahut Abizar. Dia naik ke atas motor Kayla menunggu Kayla juga ikutan naik.
"Tapi 'kan ribet. Mending ke rumah kamu dulu. Baru aku pulang."
"Aku cuma mau mastiin kamu sampai rumah dengan selamat, Sayang. Nanti aku pulang gampang kok. Udah ya kamu gak usah mikirin itu." Akhirnya Kayla pun hanya bisa mengangguk mengiyakan. Dia duduk di boncengan Abizar. Lalu mereka pun melesat ke rumah Kayla.
Perjalanan pulang tak begitu terasa karena mereka sambil mengobrol. Kayla bahkan tak rela saat akhirnya mereka telah sampai di depan rumahnya.
"Beneran ya kamu gak bisa lama-lama di sini?" tanya Kayla saat mereka sudah sama-sama turun dari motor.
"Iya, Sayang, aku cuma beberapa hari aja di sini. Besok kita jalan lagi ya. Soalnya lusa aku harus udah balik lagi," kata Abizar. Dia mengusap rambut Kayla lalu mencium keningnya.
Sebenarnya Kayla ingin lebih lama bersama Abizar. Dia ingin mencari kesempatan untuk berbicara kepada Abizar. Tapi sepertinya dia tidak bisa melakukan itu. Dia tidak mau merusak hari mereka besok. Mungkin lain kali dia akan jujur.
"Aku udah mesan ojek online tadi. Mungkin bentar lagi datang." Abizar memperlihatkan ponselnya yang menunjukkan aplikasi gojek. Dan benar saja tak lama kemudian ada abang ojol datang ke rumah Kayla.
"Aku pulang dulu ya. Love you."
"Love you too," balas Kayla. Dia melambaikan tangannya ke arah Abizar. Setelah itu dia pun masuk ke dalam rumahnya.
Kebersamaan Kayla dan Abizar sejenak dapat membuatnya lupa dengan dosen m***m itu. Tapi tetap saja mau tidak mau dia harus berurusan dengan dosen itu lagi sampai skripsinya selesai.
Memikirkan hal itu membuat Kayla kesal.
***
Keesokan harinya Kayla kembali bertemu Abizar. Bahkan Abizar langsung menjemputnya ke rumah dengan menggunakan mobil. Setelah itu pun mereka jalan-jalan, nonton, makan dan melakukan hal yang mereka sering lakukan saat pacaran.
Hingga waktu satu hari tak terasa sudah hampir habis. Hari telah menjelang sore saat mereka baru saja keluar dari salah satu kedai es cream kesukaan Kayla.
"Kamu jaga diri baik-baik ya di sini. Besok aku bakal balik lagi menyelesaikan kuliah aku. Kamu harus percaya kalau aku akan selalu mencintai kamu. Cuma kamu satu-satunya perempuan yang aku sayang dan cintai."
Abizar meraih pergelangan tangan Kayla lalu menggenggamnya. Dia menatap mata kekasihnya itu. Rasanya dia enggan berpisah kembali. Tapi mau bagaimana, dia harus menyelesaikan kuliahnya yang tinggal sebentar lagi.
"Iya aku percaya. Aku juga cinta sama kamu," balas Kayla. Abizar yang mendengarnya pun tersenyum. Dia mendekatkan wajahnya lalu mengecup kening Kayla. Setelahnya barulah bibirnya dia daratkan di atas bibir Kayla.
Kayla membalas ciuman Abizar yang begitu lembut dan penuh cinta. Tidak seperti ciuman dosennya itu yang sarat akan gairah. Kayla pun menggelengkan kepalanya karena teringat itu lagi.
Hal itu diartikan lain oleh Abizar. Dia langsung melepaskan tautan bibirnya dari Kayla. Lalu ditatapnya wajah Kayla dengan pandangan menyesal.
"Maaf," sesal Abizar.
Kayla meraih tangan Abizar dan menggeleng pelan. "Aku gak marah karena kamu cium. Aku cuma gak mau pisah sama kamu, aku cuma cinta sama kamu," ujar Kayla. Dia menghambur memeluk Abizar dan meluapkan tangisnya. Tangis kesedihan atas apa yang dia alami belakangan ini. Dia sebenarnya membutuhkan tempat untuk berbagi. Tapi dia bingung sekaligus takut akan dijauhi.
"Aku juga cinta kamu Kayla. Aku akan perjuangin cinta kita." Abizar membalas pelukan Kayla dengan tak kalah eratnya.
***
Kayla memasuki rumah dengan senyum menghiasi bibirnya. Kebersamaan mereka memang terbilang hanya sebentar tapi mampu membuatnya bahagia. Abizar selalu bisa menyenangkannya. Tidak seperti dosen itu yang hanya membuat Kayla kesal dan marah. Ah lagi-lagi kenapa Kayla memikirkan dosen itu.
"Ciye yang habis pacaran," ledek Aqila saat melihat kakaknya itu.
"Apaan sih, siapa yang pacaran."
"Alah ngaku aja lagi kak. Lagian kak Abizar baik kok. Ayah sama Bunda juga pasti ngerestuin."
"Sok tau kamu," sahut Kayla. Dia mengacak rambut adiknya itu lantas berlalu ke kamarnya.
Kayla mendudukkan dirinya di atas kasur. Dia bingung harus seperti apa. Dia bertanya-tanya apa reaksi Abizar jika tahu dirinya sudah tidak perawan lagi. Abizar pastinya tidak akan menyangka. Atau mungkin malah mengira Kayla selingkuh selama dia pergi. Padahal kenyataannya Kayla terjebak bersama dosen itu lantaran mereka sama-sama mabuk.
Kayla menggelengkan kepala saat kilas kejadian itu teringat di memorinya. Di mana dia pasrah saat digagahi laki-laki yang merupakan dosennya itu.
"Kenapa ini harus terjadi coba?" rutuk Kayla. Ini sudah minggu kedua dari kejadian itu. Dan Kayla masih menunggu beberapa waktu lagi untuk memastikan kalau dia tidak mengandung anak laki-laki yang sialnya adalah dosennya itu. Dia tidak bisa membayangkan kalau dia hamil. Pastinya orang tuanya akan sangat kecewa sekali.
Obat pencegah kehamilan itu juga masih ada dan dia sembunyikan di tempat yang aman. Dia tidak ingin orang rumahnya sampai menemukan obat itu. Apalagi mengingat Aqila sering masuk ke kamarnya. Nanti yang ada malah ketahuan semuanya.
"Please jangan hamil," doa Kayla.
"Siapa yang hamil, Sayang?"