Part 2 - Ketiga?

936 Kata
Eunjin memasukkan kue-kue yang dibuatnya ke dalam kotak sambil bersenandung. Bomin keluar dari kamarnya. Ia berniat mencari makanan untuk mengisi kembali energinya. Sesuai perkiraan Eunjin. Begitu suasana hati Bomi membaik, wanita itu kembali menjadi perut karet yang memakan apapun yang Eunjin buat.  "Kau yang membuat ini Eunjin-ah? Enak sekali!" puji Bomin. Eunjin tersenyum, "Syukurlah bila kau suka. Oh iya Bomin-ah, bisakah kau mengantarkan kue-kue ini ke apartemen sebelah? Aku membuat banyak sekali kue dan ingin membaginya pada mereka." "Kalau kau punya hobi memasak begini kenapa kau tak buka restoran saja? Kau akan rugi kalau terlalu sering membagikan makanan begini." protes Bomin. "Ayolahh... Hm? Kak Junho sedang bekerja dan tak ada lagi yang bisa mengantarkan kue-kue ini karena aku harus ke rumah sakit. Ada operasi yang harus kutangani. Kau juga bisa menggunakan ini untuk akrab dengan tetangga baru." bujuk Eunjin. Bomin menghela nafas, berpura-pura enggan. Melihat ekspresi bahagia yang tertulis jelas di wajahnya, Eunjin tertawa kecil. "Akan kulakukan, tapi setelah aku pulang dari minimarket. Ada yang harus kubeli lebih dulu." ucap Bomin. Eunjin mengangguk. Bomin melangkah ke kamarnya untuk mengambil jaket. "Berhati-hatilah saat kau keluar." Bomin mengenakan jaketnya, "Tenanglah, aku bisa menjaga diriku sendiri. Kau tak usah khawatir. Aku pergi dulu."  *** Bomin bersenandung riang. Menggumamkan lagu yang ia putar di ponselnya. Senang karena punya alasan lain untuk bertamu ke apartement Byungjin. Dirinya tentu saja akan memanfaatkan kesempatan ini baik-baik. Ia bahkan sengaja ke minimarket dulu untuk membeli cemilan lain yang mungkin disukai anak-anak Byungjin. Sesuai saran Yookwon, ia akan mulai pendekatannya dengan Byunggyu dan Taeoh dulu sebelum mendekati ayah mereka. Tiba-tiba seorang pria menyambar bahunya. Pria itu terlihat terburu-buru. Ia meminta maaf dan kembali melangkah meninggalkan Bomin. Bomin merasa aneh. Lagu yang ia putar di headset bluetoothnya mulai putus-putus. Ia meraba sakunya dan benar saja, ponsel yang awalnya ada di sana kini menghilang. Pria tadi mencuri ponselnya! Bomin segera berbalik arah dan berlari mengejar pria yang menabraknya tadi. "Hei! Kembalikan ponselku!" Sadar dirinya ketahuan, pria itu mempercepat larinya. Bomin berlari sekuat tenaga. Mencoba menangkapnya. Ia sudah membayar cicilan ponsel itu selama 7 bulan dan sebentar lagi lunas. Mana rela ia membiarkan ponselnya itu dicuri begitu saja? "Hei! Berhenti kau s****n!" Pria yang mencuri ponsel Bomin terus berlari sambil sesekali menoleh ke belakang. Pencuri itu mempercepat larinya karena takut Bomin menangkapnya. Bomin sudah tak tahan lagi. Ia hanya ayam lemah yang kerjanya berbaring di tempat tidur setiap hari. Ia berhenti mengejar karena kehabisan nafas. Pencuri yang awalnya mengira dirinya berhasil pun memperlambat larinya. Ia tidak menyadari sebuah tangan tiba-tiba muncul dari samping  Mencengkram kerah jaketnya dan menariknya jatuh ke trotoar. Pencuri itu mendongak untuk melihat siapa yang menjatuhkannya. Sebuah pukulan mengenai rahangnya dan membuatnya mengaduh kesakitan. Kerahnya kembali di tarik sehingga ia terpaksa berdiri. "Kembalikan benda yang kau curi!" Pencuri itu hanya bisa pasrah mengembalikan ponsel Bomi yang sudah retak karena ikut terjatuh bersamanya tadi. Byungjin mengernyit melihat kondisi ponsel itu dan menyeret pencuri yang ia tangkap ke arah Bomin. Byunggyu dan Taeoh mengikuti seperti anak ayam di belakangnya. "Kau tak apa Bomin-ssi?" tanya Byungjin. Ia menyerahkan ponsel yang ia pegang pada pemiliknya, "Ini ponselmu." Bomin mengangguk dan menerima ponselnya. Agak miris melihat kondisinya. "Kak Byunggyu, apa boleh kulakukan sekarang? Kau bilang aku boleh melakukan itu kan?" tanya Taeoh dengan nada riang. "Tentu saja boleh. Lakukan sekeras-kerasnya seperti yang kuajarkan saat di dojo." ucap Byunggyu sambil menatap licik pencuri yang ditahan oleh ayahnya. Taeoh tersenyum riang dan Buaggghhh... Taeoh menendang tepat ke 'masa depan' pencuri itu dengan sekeras-kerasnya. Byungjin tercengang dan tanpa sadar melepaskan cengkramannya, membuat pencuri itu jatuh berlutut sambil memegangi 'masa depannya'. Byungjin menegur, "Oh Byunggyu! Kim Taeoh!" "Kak Byunggyu, aku menang!" jerit Taeoh girang tanpa memperhatikan teguran Byungjin. Byunggyu bertepuk tangan, "Adikku memang pandai!" Byungjin hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan kedua bocah itu. Karena kasihan pada pencuri yang terus dipukuli oleh Byunggyu dan Taeoh itu, Byunggyu segera menghentikan anak-anaknya. "Bomin-ssi, mungkin ini akan merepotkan tapi kita harus membawa pencuri ini ke petugas keamanan terdekat. Bisa tunjukkan jalannya?" tanya Byungjin. Bomin mengangguk. Dirinya yang masih terkejut hanya menunjukkan jalan pada mereka tanpa berkata apapun.   *** Bomin merapikan rambutnya. Di tangannya telah ada kue buatan Eunjin. Kemarin ia tidak sempat  berterimakasih pada Byungjin dan anak-anaknya karena terlalu terkejut. Jadi hari ini ia akan menyampaikan rasa terimakasihnya sekaligus mencari cara untuk mendekati Byungjin. Bomin menekan bel. Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Bomin tersenyum manis saat mengetahui Byunggyu yang membuka pintu. "Ada apa, Kak?" tanya Byunggyu ketus. "Ini untukmu. Kak Eunjin membuat banyak jadi kami bagikan juga padamu." ucap Bomin Baekhyun menerima kue yang diberikan oleh Bomin. Tak ada anak yang tidak menyukai makanan manis. Bomin rasa Byunggyu juga begitu. Eunjin adalah pembuat kue terbaik, Byunggyu akan menyukai kue buatannya. "Masuklah." ajak Byunggyu. "Boleh?" Bomin mengernyit bingung. "Kata ayahku aku harus bersikap sopan pada tamu. Tak mau masuk? Ya sudah." Byunggyu berniat menutup pintu, namun Bomin menahan pintu dengan ujung sepatunya. "Aku masuk! Aku akan masuk." Begitu ia masuk ke dalam, Ia melongo melihat penataan apartemen yang dulu miliknya itu berubah 100%. Jadi lebih mewah dan nyaman. Bomin menghampiri Taeoh yang sedang mewarnai di ruang tamu. Taeoh terlihat asik sehingga tak menyadari kehadiran Bomin. "Kak Bomin mau minum apa? Jus atau kopi?" tanya Byunggyu. "Jus." jawab Bomin. Byunggyu melangkah ke dapur, "Baiklah. Air putih." Ujung bibir Bomin bergerak-gerak sendiri. Untuk apa bertanya kalau ujung-ujungnya ia hanya diberi air putih? Bomin hanya bisa mengelus d**a mencoba bersabar. Setidaknya ia sudah mengerti sedikit isi kepala bocah itu. Sesuai dengan rencananya dulu. Pertama-tama ia akan mulai mendekati Byunggyu dan Taeoh. "Dimana ayahmu?" tanya Bomin. "Ayah pergi bekerja." jawab Byunggyu. "Ibumu?" Byunggyu terdiam. Tak menjawab. "Ibunya Kak Byunggyu ada di Paris. Ibuku di Beijing." ucap Taeoh polos. Bomin mengernyitkan keningnya. Apa istri Byungjin ada dua? Yang satunya di Paris, satunya di China? Jadi kalau Bomin tetap menjalankan rencananya dan menikah dengan Byungjin, ia akan jadi istri ketiga? Wow! *** Makassar, 17 Februari 2016
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN