Part 3 - This is Crazy

1211 Kata
Lampu tiba-tiba padam... Eunjin yang tadinya sudah tertidur lelap jadi terbangun karenanya. Gadis itu benar-benar tak menyukai kegelapan. Ia menggapai-gapai ke arah meja riasnya dan mengambil ponsel untuk dijadikan senter. Ia melangkah dengan linglung keluar kamar. Lalu berjalan ke arah kamar Junho. "Kak Junho! Bisa buka pintunya? Aku takut." teriak Eunjin. Tak ada jawaban dari dalam. Eunjin berdecak pelan dan mencoba membuka pintu itu. Dan berhasil. Ia berjalan menuju ranjang Junho dan ikut tidur di sebelah pria itu sambil memeluknya. Tunggu! Sejak kapan Junho punya rambut yang panjang? Eunjin yang terkejut langsung mengambil ponselnya dan menyorot cahaya ke arah wajah 'Junho'. Matanya membelalak mengetahui itu memang bukan Junho, melainkan wanita yang tersenyum mengerikan. Eunjin langsung melonjak turun dan berteriak. "Kyaaaaa!" Tiba-tiba lampu kembali menyala. Eunjin masih memejamkan matanya rapat-rapat saat mendengar suara beberapa orang yang bernyanyi. "Selamat ulang tahun! Selamat ulang tahun! Selamat ulang tahun Eunjin! Semoga panjang umur!" Eunjin membuka matanya. Ia terkejut melihat Junso, Yookwon, Hyungseob dan Bomin. Junso membawa kue ulang tahun. Ah iya, hari ini ulang tahunnya. Eunjin terkekeh pelan. Jadi hantu yang ia lihat tadi Bomin? "Lihat dia ketakutan bukan? Aku memang berbakat dalam berakting." ucap Bomin bangga. "Kau bukannya berbakat dalam berakting, tapi kau berbakat jadi hantu." cibir Yookwon. "Kau memuji atau menghina?" ucap Bomin tak terima. "Eunjin-ah, abaikan saja mereka. Sekarang tiup lilinnya." ucap Hyungseob. Eunjin terkekeh lalu membuat harapan dan meniup lilinnya. Mereka bertepuk tangan. Bomin yang paling heboh tentunya. "Baiklah karena acara tiup lilin sudah selesai, bisakah kami pergi?" tanya Bomin. Eunjin mengernyitkan keningnya. "Kau mau kemana?" "Tidak usah khawatir. Aku akan menginap di apartement kedua pria ini. Lagipula ini hadiahku untukmu. Satu hari bebas dari gangguan Park Bomin Silahkan menikmati hadiahnya!" ucap Bomin riang sambil menyeret Hyungseob dan Yookwon keluar kamar. "Apa tak apa Bomin menginap bersama mereka? Walau bagaimanapun Bomin seorang wanita." ucap Eunjin khawatir. "Tak ada yang menganggapnya wanita di antara dua pria itu. Kau tenang saja. Sekarang ini bukalah. Ini hadiahku untukmu." ucap Junho. Ia meletakkan kue yang ia pegang ke atas meja yang ada di samping ranjangnya. Lalu bangkit mencari hal yang telah ia persiapkan sejak lama dari dalam lemarinya. Menemukan apa yang ia cari, ia menyodorkan sebuah kotak berwarna merah pada Eunjin. Eunjin menerimanya sambil tersenyum. Saat membukanya, mata Eunjin membelalak. Apa ini serius? Di dalam kotak itu ada sebuah cincin berlian dan sebuah kertas yang bertuliskan 'Will U Marry Me?'. Junho meraih tangannya, "Maaf bila aku tak seromantis pria dalam drama kesukaanmu. Aku tak ingin seperti Kangchi yang melamar Yeowoul saat sedang sekarat dalam pelukannya. Aku juga tak ingin seperti Minjoon yang melamar Songyi saat waktunya sudah hampir habis di bumi. Tapi aku akan membuatmu bahagia dengan jalanku sendiri. Jadi Jung Eunjin, maukah kau menikah denganku?" Eunjin menangis terharu. Tak menyangka Junso akan semanis ini. Ia tertawa pelan. "Ini salahku karena menyukai drama yang tragis." ucapnya bergetar. "Ya, aku mau Park Junho." Junho tersenyum dan memakaikan cincin yang ada dalam kotak itu ke jari manis Eunjin. Berkat cincin yang ia beli dengan menggunakan uang sewa apartemen Bomin, lamarannya berhasil di terima. Ia akan berterimakasih pada gadis itu nanti. Kini keduanya saling menatap lekat satu sama lain. Lalu entah siapa yang memulai duluan, bibir mereka saling bertemu. Menikmati manisnya bibir masing-masing. *** Bomin menghela nafas, ini baru jam 06.30 dan ia benar-benar bosan. Atau ia tarik kembali saja hadiahnya? Sangat tak menyenangkan bila kau tak memiliki sesuatu atau seseorang untuk dikerjai. Ia ingin mengetuk kamar Yookwon dan Hyunseob. Tapi gerakannya terhenti karena mendengar suara-suara aneh dari dalam kamar itu. "Ahh~ kenapa ini sulit sekali?" itu suara Yookwon. Bomin menempelkan telinganya ke arah pintu. Apa yang dua orang itu lakukan? "Oh ayolah, badanmu terlalu besar." itu suara Hyungseob. "Sudah hentikan saja, aku tak mau lagi." ucap Yookwon. "Tinggal sedikit lagi, ayo keluarkan keberanianmu. Masukkan cepat!" perintah Hyungseob. "Ini terlalu sempit, keluarkan saja!" Bomin membelalak dan cepat-cepat masuk ke dalam kamar itu tanpa mengetuknya. Bersemangat untuk menangkap basah hal yang seru. Namun semangatnya berubah menjadi datar ketika melihat apa yang kedua pria itu lakukan. "Kenapa kau memakai kostum bodoh ketat begitu?" tanya Bomi. Ia merasa heran mengapa Hyungseob memakai kostum Rock Lee. Tahu kan? Sahabat Naruto yang selalu pake pakaian hijau ketat itu? "Sepupuku juga berulang tahun hari ini. Aku ingin memberinya kejutan. Dan ia mengidolakan Rock Lee. Hyungseob hyung sudah membantuku tapi ini sepertinya terlalu sempit untukku." keluh Yookwon sedih. Bomin memijat pelan dahinya. Memang benar tak ada yang normal di sini. "Aku keluar dulu sebentar. Aku akan kembali nanti." Bomin berjalan keluar dari apartemen Yookwon. Ia terkejut melihat Byungjin dan anak-anaknya yang juga keluar dari apartement mereka. "Selamat pagi Bomin-ssi." sapa Byungjin. "Pagi Byungjin-ssi. Kalian kompak sekali. Mau kemana?" tanya Bomin berbasa-basi. Ayah dan anak itu memang mengenakan kaos putih dan training hitam yang sama. Oh demi apapun, Byungjin sangat tampan bila memakai pakaian seperti itu dibanding memakai kemeja yang biasa ia kenakan. Ia terlihat lebih muda dari umurnya. "Kami ingin ke sekolah Byunggyu. Di sekolahnya sedang ada festival olahraga. Dan murid wajib datang bersama orang tua." ucap Byungjin. Bomin mengangguk mengerti. Ia tersenyum dan mengelus kepala Byunggyu. "Baiklah semoga kau menang Byunggyu-ya." "Kak, kau sedang tak sibuk bukan? Bagaimana kalau kau ikut bersama kami?" ajak Byunggyu. Bomin dan juga bahkan Byungjin menatap Byunggyu tak percaya. Sejak kapan anak itu bisa bersikap baik pada Bomin? Menyadari pandangan aneh mereka, Byunggyu mendengus, "Hanya mengajak saja. Lagipula kalau kau ikut aku yakin aku nanti bisa menang lomba makan kalau melihat perut karetmu itu." Bomin tersenyum kecut. Tetap saja ujung-ujungnya bikin sakit hati. Lagipula ia memang sudah tahu sejak awal kalau anak-anak Byungjin sulit untuk didekati. "Baiklah, tunggu aku ganti baju dulu." *** Benar saja. Mereka hampir memenangkan semua lomba. Ternyata Byunggyu dan Bomin bisa kompak dalam hal kompetisi. Bahkan Byungjin dan Taeoh tidak perlu turun langsung sedikitpun. "Ahh, lelahnya." keluh Bomin. "Kak Byunggyu, hadiahnya." pinta Taeoh sambil menengadahkan tangannya. Byunggyu memberikan semua hadiah yang ia dapatkan untuk Taeoh. Membuat adik kecilnya itu kegirangan. "Eh siapa gadis yang sedang bicara dengan ayahmu itu?" tanya Bomin sambil menatap Byungjin yang kini sibuk bercengkrama dengan seorang wanita. "Itu Guru Shin. Ahh karena ini aku malas mengajak Ayah ke sekolahku." gerutu Byunggyu. "Kau tak menyukainya? Padahal ia cantik." komentar Bomin setengah hati. "Dia bermuka dua." celetuk Taeoh. "Apa?" "Kak Byunggyu bilang begitu. Kak Bomin, bermuka dua itu apa? Apa maksudnya Guru Shin punya dua wajah?" ucap Taeoh heran. Bomin melotot pada Byunggyu yang menyadari hal yang tidak-tidak pada adiknya. menyadari kesalahannya, bocah itu menggaruk lehernya canggung. "Kau harus berhati-hati bila berbicara di depan adikmu, anak muda." omel Bomin. Sementara dirinya sibuk mengomeli Byunggyu, mereka dihampiri oleh seorang anak yang seumuran dengan Byunggyu. Sepertinya anak itu teman sekelas Byunggyu. Karena wajah Byunggyu langsung bersinar cerah melihatnya. "Wooseok-ah!" sapa Byunggyu. Wooseok tak membalas sapaan Byunggyu. Anak itu malah asik memandangi wajah Bomin. "Cantik." "Eh?" Wooseok meraih ujung pakaian Bomin, "Kakak cantik. Jadilah pacarku!" "Ha?!" Bomin bisa merasakan tatapan tajam dari Byunggyu dan orang lain yang mendengar ucapan Wooseok. Oh Tuhan! Ini bukan salahnya. Ia bahkan tak pernah dilirik oleh pemuda seumurannya namun sekarang malah ada anak berusia sepuluh tahun yang memintanya menjadi kekasihnya? Ini benar-benar gila! **** Makassar, 20 Februari 2016
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN