Saling Mengamati

974 Kata
Sama seperti hari biasanya, Luna sedang menunggu angkutan umum di depan rumahnya. Namun hari itu angkutan umum selalu penuh sesak, Luna sudah mulai gelisah kalau ia akan kesiangan sampai di sekolah. Namun dari kejauhan tampak Juna dengan motor Vespanya. Kemudian Luna melambaikan Tangan pada Juna. Tak lama kemudian Juna berhenti dan menyapa Luna. “Pagi ... Boss.” Seperti biasanya Juna selalu memanggil Luna dengan sebutan boss. “ Mantap...pucuk di cinta ulam tiba, hahaha.... peribahasa yang pas buat kamu pagi ini.” Sembari Luna membonceng motor Vespa Juna. “Berangkaaaattt...!” Juna mengendarai motornya dengan semangat. Sesampainya di Sekolah, Luna langsung berjalan menuju kelasnya, karena bel masuk pun sudah terdengar. Sedangkan Juna bertemu Rakha di tempat parkir sekolah. Tak lama kemudian mereka berlari menuju kelas. Sesampainya di kelas Rakha menanyakan persoalan kemarin pada Juna. “Bro...kemarin kamu bilang habis rapat redaksi?” “iya, kenapa?” Juna menjawab pertanyaan Rakha sembari tersengal-sengal setelah berlari menuju kelas. “Terus yang dimaksud boss, itu siapa?” Rasa penasaran Rakha masih menyelimuti pikirannya. “Oh, itu si Luna, dia jadi pimpinan redaksinya, jadi kita sepakat panggil dia boss, kenapa? Kamu tertarik untuk gabung?” Juna bertanya balik pada Rakha. “Memang syaratnya apa saja?” Rakha berniat mengikuti kegiatan tersebut. “Mengisi formulir saja, atau nanti kita ketemu si boss dulu, buat minta formulirnya, setuju?” Juna menawarkan kepada Rakha untuk mengikuti kegiatan tersebut. “Hmmm...oke deh, siap.” Sambil tersenyum Rakha sangat antusias. Tak lama kemudian jam pertama pelajaran dimulai. Setelah mengikuti pelajaran, Rakha langsung memahami materi yang diberikan guru di kelas. Sama hal nya dengan Luna yang selalu fokus saat guru menjelaskan. Setelah jam pelajaran selesai, dan akan berganti jam pelajaran berikutnya, Luna membuat jadwal untuk liputan redaksi sekolah, dan memeriksa beberapa formulir pendaftaran anggota baru. Satu jam berlalu begitu cepat. Jam pelajaran kedua pun telah selesai. Ketika bel berbunyi tanda istirahat, Luna yang masih penasaran dengan Rakha, selalu mengamati setiap gerak-gerik Rakha. Mulai dari cara Rakha berjalan, cara berbicaranya, sampai segala aksesoris seperti jam tangan, tas, hingga gaya rambutnya pun Luna amati. Luna bergumam dalam hatinya sambil membayangkan Rakha. “Seperti apa prestasinya? Ganteng sih iya, tapi...bukan tipe yang aku idamkan.” Tak lama kemudian seperti biasa, Vina menepuk pundak Luna “hellooo... Jangan kebanyakan melamun!” Luna pun kaget dibuatnya. “Eh...kaget tahu Vin.” “Ya lagian kamu aku perhatikan mulai kebanyakan melamun, kenapa sih? Aneh tahu.” Vina pun merasa ada yang aneh dengan sikap Luna. “Ah ...biasa, takut ketemu saingan yang berat.” Luna menjelaskan pada Vina. “Saingan ...atau...ketemu cowok ganteng yaaaa...hahahaha.” Seperti biasa Vina meledek Luna dengan senang hati. “Huuuu... Kalau iya kenapa?” Luna seolah menantang ucapan Vina. “Ciyeeee...ciyeeee...Luna ketemu orang ganteng, hahaha...eh siapa sih?” Vina semakin meledek Luna dan penasaran dengan ucapan Luna , karena Luna belum pernah membahas tentang cowok ganteng kecuali atlet sepak bola sekelas CR7 yang memang Luna kagumi. Kemudian Luna hanya membalas senyum dan tertawa. Rakha penasaran dengan kegiatan redaksi sekolah, ia berniat mengikuti kegiatan itu. Seperti biasanya Rakha dan teman-teman sekelasnya selalu duduk di depan kelas, sambil menunggu bel masuk berbunyi. Tak sengaja Rakha melihat si gadis manis itu. Rakha pun bingung dengan sikapnya, baru kali ini ia mengamati seorang gadis yang baru ia kenal. Si gadis manis dengan senyuman manisnya membuat Rakha selalu mengamati tingkah lakunya, hal apa saja yang ia lakukan di sekolah, sampai Rakha berniat membuntutinya saat ia pulang sekolah, hanya untuk mengetahui dimana rumah gadis manis itu. Saat pulang sekolah, seperti biasa Rakha menunggu si gadis manis itu di tempat parkir sekolah. Tak lama kemudian ia muncul bersama teman-temannya. Rakha mengamatinya, entah apa yang Rakha rasakan dalam hatinya, rasanya Rakha ingin mengenal gadis itu lebih jauh. Luna yang merasa lelah dengan kegiatan hari itu langsung memutuskan untuk pulang ke rumah. Seperti biasa ia pulang dengan kendaraan umum sampai depan rumahnya. Sesampainya di depan gerbang rumah, Luna merasa ada yang mengikutinya, namun setelah Luna melihat sekelilingnya ternyata tidak ada siapa pun. Mungkin hanya perasaan Luna saja karena ia sedang lelah saat itu. Kemudian Luna masuk ke dalam rumahnya. Waktu seolah cepat berlalu, siang pun telah berganti malam. Ketika dingin menyelimuti kelamnya malam, walau bulan tak menampakkan senyumnya, namun bintang akan selalu menemani bersama dinginnya malam. Setelah selesai mengerjakan PR-nya, Luna membuka jendela kamarnya, seketika angin berembus menyibak setiap helai rambut Luna. Kesunyian merasuki setiap relung hatinya. Suara jangkrik memecah kesunyian malam itu, Luna memandangi berjuta bintang di angkasa, sungguh sangat indah dan menyejukkan mata. “Entah kapan aku kan temukan bintang hati terindahku, bintang akan selalu menemani bulan, walau bulan tak tampak malam itu.” Luna bergumam dalam hatinya dan berbicara pada dirinya sendiri. “Entah kapan aku kan bertemu cinta sejatiku, entah bagaimana rasanya jatuh cinta , entah pada siapa hati ini akan berlabuh.” Sambil tersenyum Luna menutup kembali jendela kamarnya. Di sisi lain Rakha sedang duduk sendiri di teras rumahnya. Semilir angin menyelimuti dinginnya malam itu. Ia pun menatap berjuta bintang yang terlihat sangat indah di angkasa. Entah kebetulan atau tidak, tetapi apa yang dirasakan Luna dan Rakha adalah sama, yaitu perasaan rindu. Merindukan kehadiran seseorang yang mampu menghangatkan perasaan mereka. Rakha merindukan senyuman si gadis manis itu. ”Tunjuk satu bintang diantara berjuta bintang di angkasa, dan apakah kamu tahu diantara mereka ada aku yang akan selalu menemani rembulanku, semoga kau merasakan hal yang sama dengan kerinduan yang aku rasakan, semoga suatu saat nanti kau akan mengetahuinya.” Rakha berucap dalam hatinya sembari melihat gemerlap bintang di angkasa dan berharap suatu hari nanti si gadis manis akan mengetahui bahwa Rakha mengaguminya dan selalu merindukannya. Entah mengapa kali ini Rakha begitu yakin dan mengagumi seseorang. Bahkan ia belum mengenal dekat dengan si gadis manis. Malam semakin dingin dan terasa sunyi, akhirnya Rakha memutuskan untuk memasuki rumahnya dan beristirahat dengan harapan esok akan bertemu dengan si gadis manis yang menjadi penyemangatnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN