[HAGIA] . Hal pertama yang kulakukan saat kakiku melangkah memasuki ruang auditorium besar, mengikuti Profesor Yaz Shahin, adalah mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Seorang pegawai laki-laki dengan jas hijau tua memersilakan kami duduk di sofa yang tersedia di deret paling depan. Bagian belakang berupa meja-meja panjang, seperti pada ruang kelas kampus umumnya, disusun bertingkat seperti amphitheater. Wajah-wajah belia penuh semangat dan antusias tinggi mengisi meja-meja panjang itu. Suara mereka berdengung bagai sekelompok lebah membentuk sarang besar di pohon. Dari sekian banyak mahasiswa di sana, aku belum bisa melihat dengan jelas dan pasti, di mana Sophia berada. Tadi pagi, Tommy mengantarnya ke kampus dan langsung melapor padaku begitu mereka tiba. Jadi seharusnya, Sophi

