[SOPHIA] . Semua mata tertuju padaku, dan aku membeku. Tidak tau pastinya untuk berapa lama keheningan menguasai seluruh lapisan dalam ruang auditorium ini. Sampai pada akhirnya Profesor Yaz Shahin dan Profesor Fariha Kaya berdiri, menghadap ke arahku dan bertepuk tangan. Lalu satu per satu, mahasiswa peserta seminar ikut bertepuk tangan. Kehangatan menjalar, riuh rendah suara mulai terdengar, mendengung bagai kumpulan lebah madu mengelilingi sarang mereka. Aku tidak merasa bangga menjadi pusat perhatian semacam ini, justru sebaliknya, malu, kalut, sekaligus cemas. Tidak pernah kuharapkan terjadi karena aku bukan perempuan yang penyuka romantisme berlebihan. Ah, tidak. Ini bukan romantisme, ini pamer! Hagia, lelaki itu masih berdiri di atas panggung. Aku bisa melihatnya tersenyum leba

