[SOPHIA] . Secepat kilat Demir memutar balik kemudi. Mual menyerangku ketika tubuhku terhuyung akibat mobil berputar arah dalam kecepatan tinggi lalu melaju kencang. Pun demikian, aku membalik tubuhku menghadap belakang untuk melihat Hagia. Aku masih bisa melihat punggungnya, terbungkus mantel panjang berwarna gelap. Ingin kuteriakkan namanya, agar Hagia menoleh sebelum menghilang sepenuhnya di tikungan jalan. Namun suaraku tertahan, hanya sampai di tenggorokan. Air mata kembali membanjiri pipiku. Aku sudah tidak peduli lagi seperti apa rupaku saat ini. Sesal menghimpit penuh rongga dàdaku. Sampai detik terakhir tadi, aku masih terus merajuk marah karena hal-hal remeh yang kugaungkan pada Hagia. Hal-hal remeh. Berulang kali Hagia mengingatkan padaku bahwa kami menghadapi masalah yan

