2. Dia Lagi

1709 Kata
Dua minggu berlalu, dengan status baru sebagai mahasiswa baru sekaligus jomblo baru. Sungguh ini adalah ironi yang selalu di tertawakan Cia. Ya, harus terima dengan hati yang ikhlas. Insyaallah, Allah tidak akan mengambil sesuatu darimu kecuali menggantinya dengan yang lebih baik. Sungguh kalimat itu yang menguatkan Kanaya hingga saat ini dan tak menolek lagi kebelakang. Nay memilih fokus pada kuliahnya dan mengerjakan tugas kuliah yang masyaallah banyak sekali. Untung saja tugasnya banyak, setidaknya dia bisa sibuk. Dia mengunjungi perpustakaan kampus setiap hari. Sekedar membaca dan mencari buku referensi tugasnya. Memang benar sekali menyibukkan diri bisa membuat seseorang melupakan sejenak rasa patah hati yang baru dialami. Perpus begitu sepi pagi ini, entah pada kemana yang lain. Kanaya hanya melihat beberapa orang di perpustakaan. Dia terus berjalan menyusuri lorong menuju ke tempat kesukaannya di perpus ini. Tapi dia tengok ada seseorang duduk di sana. Kanaya menghelas nafas, sedikit kecewa karna telah ditempati orang lain. Dia memilih duduk tak jauh dari tempat itu. Kanaya nyalakan laptop dan mulai mengerjakan tugas. Membuat jurnal mingguan dengan ketentuan 1000 kata. Ya Allah, sungguh beruntung sekali bisa merangkai kata sebanyak itu. Butuh semangat yang membara untuk menyelesaikanya. Untung saja Kanaya memiliki kecerdasan yang baik. Alhamdulillah selesai juga tugasnya. Dia mulai merapikan peralatan tempurnya dan buku yang masih berserakan. Kemudian ponsel Kanaya berdering. Terlihat sekilas ada panggilan dari Cia. "Kamu dimana beb?" tanyanya setelah mengucap salam. "Di perpus" "Astagfirullah, kamu ngak mau lulus besok beb. Uda santai aja jangan belajar mulu. Aku tau kamu seteres uda ngak punya pacar tapi ngak pacaran ama buku juga kali beb" Cia emang ngak setengah-setengah kalo ngejek Kanaya. Dia terbadabes deh jika menghina teman yang galau. Tapi Kanaya tak pernah tersinggung dengan apapun ucapnya. Kanaya tahu Cia begitu peduli. Hinaanya tadi adalah rasa pedulinya untuknya. "Kamu mending ke kosku sekarang deh. Aku masak ramyeon nih. Aku beli banyak tau" lanjutnya menjelaskan maksud menelpon Kanaya. Kanaya putuskan segera bergegas ke kos Cia. Laper juga sih, abis nugas kehilangan energi banyak sekali. Haha... lumayan lah ada tawaran makan gratis dari Cia. Kanaya buru-buru menuju loker barang dan membuka loker. "Kenapa ini susah banget ya dibuka. Perasaan tadi gapapa pas di kunci" gumamnya sendiri. Tiba-tiba sesesorang datang dan melihat ke loker yang sedang berusaha dia buka. "Mbak maaf ini loker saya" Mata Kanaya membole mendengar kalimat itu. Segera ia lihat nomor kunci yang dipegang sejak tadi. Oh Tuhan salah loker. Kanaya memang cerdas dan pintar. Tapi dia juga manusia ceroboh dan panikan. Entah sudah seberapa sering dia melalukan kecerobohan. Dari hal kecil seperti ngak ngecek nomor loker. Sampai kartu parkir yang sering ilang kalo ke mall. "Maaf maaf mas, saya yang salah. Ngak lihat nomor kuncinya" Netra coklat Kanaya menatap ke arah laki-laki yang barusan menegurnya. Dia juga menundukkan kepalanya memohon maaf atas kebodohannya. Bukanya menjawab permintaan maaf dari Kanaya laki-laki itu mala berkata. "Eh mbak yang kemarin ya?" "Hah kemarin? emang pernah ketemu dimana mas?" sambil kebingungan mengingat siapa laki-laki ini. "Mbak mahasiswa pasca kan. Saya yang kemarin bantuin pas mbaknya hampir jatuh di tangga" Demi apa, Kanaya bertemu kembali dengan laki-laki yang membuatnya malu dua minggun lalu. Sejenak Kanaya mematung tak percaya ini kali kedua dia melalukan kebodohan dihadapan laki-laki asing yang sama. "Oalah, masnya. Iya iya ingat mas" sambil tersenyum canggung untuk menutupi rasa malunya. Dia langsung pergi begitu usai sedikit berbasa basi. *** Hari ini, Kanaya dan Cia memutuskan untuk menggila bersama. Ini janji mereka ketika tempo hari Kanaya mengunjungi kos Cia. Dia berjanji pada Cia untuk menyeimbangkan kesibukan dengan hal-hal yang membuat Kanaya senang. Tidak melampiaskan patah hati hanya pada belajar. Cia memberi tahu bahwa ada banyak pohon roseberry di sepanjang jalan dekat kampus. Netra coklat membola melihat banyak sekali roseberry. Langsung saja Kanaya dan Cia memetik roseberry yang matang. Mereka memang tak punya malu sekarang. Bahkan beberapa kali mahasiswa lain melihat ke arah mereka. Prinsi Kanaya dan Cia, roseberry ini sah di ambil dan mereka tidak mencuri. Jadi hanya butuh tahan malu saja sedikit. Ha ha... Maklum saja, tempat wisata petik buah yang ada di Batu hanya menyediakan buah apel, jeruk dan stroberi. Roseberry belum ada. Ha..ha.. Agenda selanjutnya, Kanaya berbelanja atribut BTS di mall dekat kampusnya. Mereka membeli 1 set baju Army dan sebuah light stick model terbaru. Kanaya dan Cia sengaja membelinya untuk dipakai hari sabtu besok di acara fanbase BTS. Walaupun mereka mahasiswa S2 tapi umur mereka baru 22 tahun. Mereka masih senang sekali menjadi seorang fans. Kanaya juga berkuliner bersama Cia, memakan bakso malang favorit mereka. Sungguh bakso ini tak ada obat. Takkan di temukan lagi bakso senikmat ini di kota lain. Haha... Padahal ini hanya bakso pinggir jalan dekat kampus, yang bahkan ngak ada tempat duduknya. Mereka harus rela makan sambil duduk di emperan trotoar atau berdiri. Kanaya dan Cia seharian menghabiskan waktu hanya untuk bersenang-senang dan menggila. Hari ini sebenarnya ada jadwal kuliah. Tapi entahlah informasi dari Haris katanya dosennya sedang pergi ke Jepang. Mereka hanya mendapat tugas membuat paper. Ya, ngerjakan tugasnya besok saja. Hari ini cukup bersenang-senang saja. Mereka putuskan mengakhiri kegilaan hari ini. Kanaya memutuskan untuk berpisah dengan Cia. Cia mengantar Kanaya kembali ke kampus untuk mengembil Vario milik sepupunya yang sejak pagi ditinggalkan di parkiran kampus. Memang Kanaya bertukar tunggangan dengan sepupunya hari ini. Karena beat biru milikmya harus ganti oli dan service. Kanaya tak paham tentang permesinan, makanya minta bantuan suami sepupunya Kak Jaya untuk membawa beatnya ke bengkel. Kanaya sampai di parkiran paling ujung, menghampiri Vario yang terhimpit di tengah. Entah siapa yang sebarang parkir di jalan-jalan yang seharusnya kosong. Kanaya terkadang kesal pada orang yang merepotkan orang lain begini. Dia harus memindahkan satu persatu sepeda motor agar bisa lewat dengan lega. Dia kesulitan memindahkan sepeda motor yang banyak ini sendirian. Dia berusaha meminta bantuan pada satpam, tapi sepertinya satpam tak mendengar teriakannya. Kanaya berusaha menggeser motor gede yang besar sekali. Tapi nyatanya dia tak mampu. Dia meyerah dan terduduk di lantai parkiran. Entah berapa lama lagi dia bisa melewati waktu sulit ini. Dengan penuh harap menanti ada seseorang yang bisa membantunya. Dia mengambil botol air minum di saku kiri tasnya. Meminum air karena kelelahan. Tiba-tiba seseorang berjalan ke arahnya, samar-samar Kanaya melihatnya. Kanaya berdiri memastikan, karena dia berjalan dari arah barat yang terpendar sinar matahari. Tak begitu jelas memang. Sampai akhirnya Kanaya bisa melihat seorang laki-laki berdiri di dekatnya. Dia bersyukur akhirnya ada yang bisa kumintai tolong. Tapi kalo dilihat-lihat sepertinya familiar sekali laki-laki ini. Dan Kanaya ingat siapa dia. "Loh mbak lagi" rupaya dia mengenali Kanaya. Demi apa, dia lagi. Laki-laki asing yang dua kali menyaksikan kebodohannya dan harus melihatnya seperti ini pula. Tapi tapi tapi, kesampingkan saja itu semua. Kanaya amat sangat butuh bantuan sekarang. Dia ingin cepat pulang sebelum petang. Tanpa basi basi dia mencoba meminta bantuanya. "Mas maaf banget, boleh ngak bantuin pindahin motor ini" sambil menunjuk ke motor itu. "Boleh boleh" dengan cepat di mengeluarkan kunci sepeda motor dan menindahkannya. Kanaya terdiam mematung, ternyata itu miliknya. Dia mengumpat dalam hati. "Jxxxxk, jxxxxk, jxxxxxk" "Maaf mbak motorku ini menghalangi ya. Tadi aku keburu mau bimbingan soalnya. Kulihat parkiran sedang penuh. Makanya ku parkir sembarangan di sini" jelasnya sambil menunjukkan ekspresi merasa bersalah. Kanaya mencoba memahami kondisinya tadi, pasti buru-buru sekali. Mengingat kalo janjian sama dosen itu kayak mendengar panggilan adzan. Harus disegerakan, soalnya telat dikit ilang dosennya. Kanaya memilih mengampuninya dan melontarkan senyum kepadanya tanpa membalas kalimatnya. Segera duq hampiri motirnya dan mengambil posisi untuk mengendarainya. "Boleh kenalan ngak? Namaku Wira" dengan percaya diri mengulurkan tangganya. "Uda 3 kali ketemu masa belum saling kenal" lanjutnya karena Kanaya hanya terdiam bingung ngak tau harus apa. Dalam pikirannya, kok bisa hal ini terjadi. Tapi ya bagaimana, Kanaya tak mungkin menolak. Toh dia telah menolongnya "Aku Kanaya, panggil aja Nay" Lalu kita berjabat tangan. Mereka juga bertukar nomor ponsel. Katanya Kanaya harus datang ke seminarnya minggu depan. Itu-itung nambah audiance katanya. Akan lebih mudah mengirim undangan untuk seminar jika dia mempunyai nomor Kanaya. Dan mungkin itu hanya alasan saja untuk modus. Haha Sepanjang jalan Kanaya memikirkan Wira. Kebetulan yang entah amat sangat luar biasa mempertemukan mereka 3 kali berturut di berbagai keadaan tak terduga. Kata orang kalo uda 3 kali ngak sengaja ketemu itu bukan kebetulan tapi takdir. Apa iya dia takdir Kanaya? Dan suara klakson membuyarkan semua hayalannya yang sepertinya terlalu jauh. Kondisi jalanan memang sudah macet banget, karena ini jam pulang kantor dan mulai gelap. *** Kanaya tiba tepat sebelum adzan maghrib berkumandang. Dia buru-buru mandi untuk sholat. Mengaji sejenak agar tidak lupa pada Al Quran pedoman hidupnya. Kanaya memang bisa di bilang muslimah yang taat dalam ibadah. Selain ibadah wajib dia juga sering melaksanakan ibadah sunnah. "Nay..." terdengar suara sepupunya memanggil. "Iya kak" sambil keluar dari kamar. "Itu tadi ada paket buat kamu" sambil menunjuk pada kardus besar di pojok ruangan. "Makasi kak" sambil berjalan menuju kardus. "Aku merasa tidak sedang memesan atau berbelanja apapun di toko online, kenapa aku dapat paket" gumamnya sendiri sambil menggeret paket itu ke dalam kamar. Kanaya cek paket itu, dan tertulis nama Ario Nanda Kusuma. Mau apalagi dia? Raut wajah Kanaya berubah lesu. Segera dia buka paket itu dan isinya boneka paus yang amat besar. Ario memang paham Kanaya begitu tergila-gila pada hewan terbesar di bumi itu. Tapi kadar sukanya pada paus berkurang sekarang. Salah sendiri mau-maunya di beli sama pengkhianat seperti Ario. Tergantung sebuah surat di bagian mulut paus itu. Tertulis permohonan maaf dari Ario. Dia juga meminta agar Kanaya tidak memblokir nomornya. "Not that easy, Ario" gumamnya sendiri sambil terus membaca surat daei Ario. Ario menuliskan banyak sekali permintaan maaf dan ingin kembali bersama. Kanaya tak bisa mengabulkan semua itu, kecuali memaafkan dan meninggalkannya. Dia tak mampu jika harus merima permintaannya untuk kembali pada Ario. Kanaya sudah tak menangis lagi mendengar nama Arii. Mungkin dia mulai menerima perpisahan pahit ini. Dia tak menyangka akhir kisahnya dengan Ario akan seperti ini. Tragis dan menyakitkan, kata yang cocok untuk akhir hubunganya dengan Ario. Kanaya memutuskan memelihara paus itu. Anggap aja itu tebusan dari Ario atas sakit yang dia buat. Lumayan paus itu cukup empuk untuk sekedar bersandar sambil menyaksikan streaming konser BTS. Terima kasih banyak Ario, pernah ada dalam hidup Kanaya. Memberikan banyak kenangan indah dan mengajarkan banyak hal. Mungkin takdir tak ingin kita bersama. Selamat tinggal. (Bersambung) Terima kasih telah membaca episode ini.??? Mohon berikan komentar/saran membangun untuk judul ini.??? Follow me? IG @maylafaisha.rl
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN