3. Mendekat

2056 Kata
Kanaya sudah berjanji akan hadir di seminar Wira hari ini. Tempo hari Wira menelponnya dan mengirimkan undangan seminar. Padahal mereka jelas beda jurusan, tidak banyak yang bisa Kanaya mengerti di seminar ini sebenarnya. Tapi Kanaya memilih datang bersama Cia memenuhi undanganya, karena sungkan saja sudah berjanji. Toh Wira dengan rasa hormat meminta Kanaya datang ke seminarnya. Tak ada salahnya membantu sesama mahasiswa. Kanaya dan Cia memilih bangku di paling belakang. Dia lihat Wira sedang sibuk mempersiapkan beberapa lembar kertas. Mondar mandir berbicara dengan beberapa orang di depan. Cukup lama Kanaya memperhatikanya. Hingga Cia menepuk pundaknya. "Beb beb, ini foto kita kemarin" menyodorkan ponselnya. Menunjukkan foto mereka di acara fansbase BTS. Ternyata foto mereka di unggah pada media sosial fansbase BTS cluster lokal. Bangga sekali Kanaya dan Cia hingga menarik perhatian orang di depan mereka. Tak terkecuali Wira. Akhirnya dia menyadari keberadaan Kanaya dan Cia, karena kehebohan yang mereka ciptakan. Dengan senyum dia berjalan kearah Kanaya. "Uda lama? Koq ngak sapa aku sih?" Nada bicaranya berubah menjadi lemah lembut. Berbeda sekali saat kami bertemu terakhir kali di parkiran. "Aku lihat kamu sedang sibuk, aku takut ganggu" sungguh senyum Kanaya canggung sekali. "Mana mungkin kamu ganggu, aku sendiri yang meminta kamu datang" kalimatnya semakin membuatku tak nyaman sama sekali. Cia pasti berpikir jauh tentang Kanaya dan Wira. "Oh iya kenalin Cia, sahabatku. Cia ini Wira" berusaha mengalihkan pembicaraan. Wira kembali ke posisinya setelah berbasa-basi sedikit dengan Cia. Rupanya Cia menilai Wira cukup asyik juga. "Jadi uda ada nih kandidatnya? Belum juga sebulan jadi jomblo" Cia mencoba menggoda Kanaya. "Hah ngak lucu, ngak usa halu. Kita cuma temen aja" tegas Kanaya pada Cia yang sedari tadi mengedipkan matanya. Tak lama seminarnya mulai. Terdengarj Wira saat menjelaskan proposal tesisnya. Bagus juga ide penelitian yang dia targetkan. Kanaya memang tak paham teorinya, tapi setidaknya dia tahu apa yang akan dilakukan dalam penlitian itu. Wira cukup yakin menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan padanya. Sepertinya seminar ini berjalan dengan mulus. Kanaya memberikan selamat kepada Wira yang tersampaikan dengan sebuket bunga. Ini memang budaya kampus mereka ya, bukan pernyataan apapun. Hanya lambang selamat saja. Kanaya mau berpamitan tapi Wira mengajaknya berfoto bersama sebagai kenang-kenangan katanya. Biasalah tradisi setelah seminar harus foto dulu biar bisa menulis caption One Step Closer. Sebenarnya Kanaya malu karena banyak teman-teman Wira melihat ke arah mereka. Tapi kata Cia uda gapapa bisa diupload di medsos, kali aja ada yang panas. Entah apa yang dipikirkan Cia bisa-bisanya dia berpikir cerdas gitu. Setidaknya Ario harus tau Kanaya uda move on. Kanaya dan Wira berpose beberapa kali untuk diabadikan oleh Cia. Dan berpamitan untuk pulang. *** "Yang tadi siapa bro, bawain bunga segala. Pacar baru?" tanya Hasri sambil membantu Wira merapikan berkas seminar. Hasri sedikit kepo dengan kehadiran Kanaya. Hasri ini sabahat Wira, mereka berteman sejak kecil. Karena lingkungan rumah mereka berdekatan. "Belom bro, tapi doain" sambil tersenyum Wira menjawab kekepoan Hasri. "Oh jadi gebetan baru nih. Lumayan juga bro. Cantik koq" "Eh itu gebetan gue tuh" dengan meletakkan kedua tangannya di pinggan dan berdiri di depan Hasri. Harsi lantas tertawa melihat kelakuan sahabatnya yang sepertinya tak terima dengan pujian yang ia layangkan untuk Kanaya. "Iye iye, ngak bro. Ngak jadi cantik tapi manis" sambil tertawa Hasri menggoda Wira. "Tapi bro, cerita dong ketemu dimana dan sejak kapan deketnya" "Ah kepo luh. Ngak mau cerita gue. Takut kena tikung. Ntar aja kalo uda official gue ceritain sekalian gue pamerin" berbalik menggoda Hasri. "Ala gue doain doi uda punya pacar biar lo patah hati" Mendengar kalimat Hasri, Wira jadi kepikiran. Dia harusnya pastikan dulu Kanaya uda punya pacar apa belum. Dalam hatinya, Wira menyesal tidak stalking dulu sebelum ngundang Kanaya datang seminar. Kalo beneran pacar orang gimana. Saat tiba di rumah, Wira bergegas membuka inxxxxxxm. Dia cari akun sosial media Kanaya. Tak lama untuk Wira menemukan akun Kanaya. Untung saja akunnya tidak di private. Wira cukup kaget melihat begitu banyak foto bernuansa ungu. Ternyata cewek yang menarik perhatianya sekarang adalah fans berat BTS. Yah Wira sedikit mengerti kpop, karena sering melihat adik perempuanya tergila-gila pada kpop. Wira melihat satu per satu foto yang ada di sosial media Kanaya. Wira menarik sudut bibirnya melihat satu foto yang memperlihatkan Kanaya sedang belepotan sambil memegang kue. Ya itu adalah foto ulang tahun Kanaya yang saat itu di supresin Cia dan teman-teman lainnya. Wira terus melihat foto Kanaya, mencari adakah foto laki-laki. Tapi sampai akhir Wira tak menemukam foto laki-laki, kecuali foto laki-laki tampan berkulit putih dan tertulis caption 'My Luv Cookie'. Wira tertawa melihat foto itu, ternyata Kanaya adalah seorang fans BTS garis keras. Wira tak akan menemukan foto laki-laki di media sosial Kanaya. Karena Kanaya bukanlah tipe perempuan yang mengumbar kemesraan di media sosial. Sejak berpacaran dengan Ario pun tak pernah dia upload fotonya bersama Ario kecuali waktu wisuda. Itu pun sudah di hapus waktu putus sebulan lalu. Wira memutuskan mengikuti sosial media Kanaya. Dengan tanpa sungkan dia memposting fotonya bersama Kanaya saat seminar tadi. Tentunya ditandai ke akun Kanaya. Ya Wira sekarang sepertinya ingin menguji Kanaya. Wira sudah siap dengan konsekuensinya, karena maen upload foto orang tanpa ijin. Apalagi jika benar Kanaya sudah punya pacar, mungkin Kanaya akan marah sekali dengan Wira dan bahkan akan urusan sama pacarnya. Wira terus melihat ponselnya. Kenapa ngak ada respon dari Kanaya. Apa dia secuek itu atau mungkin memang ngak peduli sama yang Wira lakukan. Emm, Wira mutuskan untuk menelpon Kanaya setelah matanya panas mantengin ponselnya 3 jam lamanya. "Assalamualaikum Nay" dengan nada sok asik. "Walaikumsalam" suara berat khas pria menjawab salam Wira. Setengah mati wira kaget dan kenapa yang angkat ponsel Kanaya weorang pria. Apa mungkin ini pacarnya. Kepala Wira di penuhi kebingungan sekarang. Tapi untuk memastikan dia memberanikan diri untuk bertanya. "Maaf saya Wira teman kampusnya Kanaya. Saya berbicara dengan siapa? "Oh teman kampus Kanaya. Saya kakak ipar Kanaya" kak jaya ternyata yang mengangkat ponsel Kanaya. "Maaf kak, apa boleh saya bicara dengan Kanaya" merasa lega mendengar bahwa yang mengangkat telpon kakak ipar Kanaya. "Emm Kebetulan Kanaya baru di pindahkan ke ruang rawat jadi belum bisa di telpon. Apa ada yang perlu di sampaikan ke Kanaya? Nanti kakak sampaikan" jelas pria itu. Wira kaget mendengar kata ruang rawat. Buru-buru Wira bertanya. "Ruang rawat. Memangnya Kanaya sakit kak?" "Kanaya ngak sakit, Kanaya keserempet angkot di lampu merah deket kota saat pulang dari kampus. Sepertinya dia pingsan makanya orang yang menolongnya membawanya ke rumah sakit. Saya juga belum mendengar langsung kejadianya dari Kanaya" jelas pria itu dengan nada khawatir. Setengah mati Wira syok mendengar penjelasan kakak ipar Kanaya. Dia khawatir dan merasa bersalah karena hari ini Kanaya tak ada kuliah sebenarnya. Tapi Wira setengah maksa agar Kanaya datang ke seminarnya. "Kak bolehkah saya ketemu Kanaya sekarang?" dengan nada khawatir dia memohon untuk bertemu Kanaya. Perasaannya campur aduk sekali sekarang. "Sekrang uda malam. Jam besuk pasien sepertinya berakhir jam 8 malam. Sepertinya ngak keburu kalo kamu kesini sekarang. Mending besok pagi saja ya kamu jenguknya" ucap pria itu dengan bijaksana. "Yaudah kak, rumah sakitnya dimana ya kak? Besok pagi saya kesana" sedikit tak terima tapi bagaimana lagi. "Rumah sakit Citra Medika, kamar Tulip nomor 3" jelas pria itu dengan detail. "Terima kasih kak. Wassalamualaikum" Wira mengakhiri panggilan itu, tapi dia begitu cemas dengan kondisi Kanaya. Apa dia baik-baik saja. Begitu terus kalimat yang ada di kepala Wira. Wira juga kesulitan tidur hingga dini hari. *** Pagi-pagi sekali Wira berangkat menuju Rs.Citra Medika. Dia tak bisa tidur nyenyak semalam. Wira dengan cepat memacu motornya di jalanan yang masih sepi. Sekitar 15 menit Wira tiba di rumah sakit. Dia segera bergegas menuju resepsionis. Dia menanyakan dimana arah ruang rawat tulip. Tapi jam untuk menjenguk nyatanya masih 45 menit lagi. Memang Wira terlalu pagi untuk menjenguk, bahkan ini masih belum jam 7. Wira memilih menunggu di lorong dekat Paviliun rawat inap. Jika jam besuk telah dibuka biar cepet menuju ruang rawat Kanaya. Sambil memainkan ponselnya dia menunggu. Melihat sosial medianya. Ternyata ada balasan dari Kanaya melalui DM (direct massage). "Kanaya: ya ampun wir kenapa di upload? Nanti pacar kamu marah" Tulisnya yang ternyata lebih mengkhawtirkan status wira. Wira kegirangan melihat balasan dari Kanaya. Wira tak mau membuang-buang waktu. Segera dia membalas DM dari Kanaya. "Wira: aku kan free. Pacar kamu kali yang marah" Wira berpikir pasti Kanaya uda bangun. Semoga dia baik-baik saja. Buktinya dia bisa bales postingannyab. Tapi koq uda ngak bales lagi ya. Segera Wira berjalan mencari kamar tulip nomor 3. Sedikit berputar Wira kebingungan mencari kamar tulip. Dia akhirnya menemukan kamar tulip setelah bertanya pada salah satu perawat yang berpapasan denganya di koridor. Dari luar kamar terdengar suara Kanaya sedang berbicara. "Uda kakak balik aja gapapa. Aku bisa kok disini sendiri. Kakak kan harus kerja juga. Itu 2 krucil juga harus di urus. Disini ada suster koq aman" Wira tersenyum mendengar celotehan Kanaya pagi ini. Dia segera mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Wira masuk dengan langkah pelan, mencoba tak banyak menghasilkan bunyi saat membuka pintu. Kanaya syok melihat laki-laki tinggi dan tampan itu muncul di depannya. Segera dia meminta jilbab pada kakaknya. Dan buru-buru pakai jilbab. "Wah siapa ini?" sapa kakak Icha sembari tersenyum pada Wira. Perempuan itu menangkap sinyal, mungkin dia teman dekat Kanaya buktinya ada buket bunga ditangannya. Kakak Icha memang ngak pernah tau urusan cinta-cintaan adiknya itu. "Saya Wira kak, teman Kanaya di kampus" menjawab dengan penuh kesopanan biar imagenya terlihat bagus. "Wah kebetulan sekali. Kakak boleh titip Kanaya bentar ya. Saya mau ke kantor dan antar anak sebentar. Boleh ya temenin Kanaya bentar" dengan mudahnya wanita menitipkan adiknya. Tanpa ragu Wira mengiyakan permintaan kak Icha yang membuatnya senang. "Kak ingat jangan ngadu mama" triak Kanaya saat kak Icha membuka pintu untuk keluar. Segera icha berlalu meninggalkan Kanaya dan Wira berdua saja. Wira berjalan menuju kursi di samping tempat tidur ala rumah sakit. "Kamu gimana keadaannya? Gapapa atau apa ada yang cedera?" dengan raut wajah datar dan khawatir. Bukan menjawab Kanaya mala balik tanya. "Kamu kok tau aku disini?" tanya Kanaya sambil menatap Wira dengan kebingungan. "Karena kamu telah membuat khawatir hatiku" jawaban setengah jujur setengah bercanda itu sontak membuat Kanaya tertawa lepas. "Lah mala ketawa kamu" sambil duduk di samping tempat tidur Kanaya. "Serius Wir, aku bahkan belum kasih tau Cia kalo aku begini. Masak kamu uda tau" terlihat serius setelah menutup tawanya. Wira menceritakan bagaimana bisa dia tahu kondisi Kanaya semalam. "Oalah jadi kamu tahu dari kak Jaya" jawab Kanaya singkat. "Jadi kamu gimana ceritanya bisa keseremmpet angkot gini" tanya Wira dengan raut wajah seperti minta segera minta dijelasin. "Aku lagi ngelamun kayaknya. Aku ngak sadar ada angkot di belakang aku. Jadi begitu lampu merah aku berenti mendadak di sisi jalan yang harusnya di lalui angkot untuk belok kiri. Yauda deh jadi gini. Tau-tau uda di UGD" dengan santai dia menjelaskan seperti ngak terjadi apa-apa. Tanpa aba-aba Wira tiba-tiba mengelus lembut kepala Kanaya sembari berucap. "Lain kali hati-hati ya. Aku khawatir banget denger kondisi kamu semalam. Sekarang ada yang sakit ngak?" Netra coklat Kanaya membola tak menyangka Wira bisa care seperti ini sama dia. Dengan tebata-bata Kanaya menjawab. "Gapapa koq, aman" "Koq belepotan ngomongnya? Apa mulutnya kena benturan juga" sambil menarik sudut bibirnya dan menatap Kanaya. Kanaya melepaskan tangan Wira yang sejak tadi mengelus kepalanya. Dia merasa tidak nyaman dan sikap Wira uda aneh banget. Kanaya masih tak mau menerima perhatian apapun dari laki-laki. Dia enggan menjalin hubungan atau pacaran lagi sekarang. Mengingat kelakuan Ario yang kemarin membuatnya belum mau dekat dengan laki-laki lagi. "Oh iya, ini aku bawa bunga buat kamu. Cepat sembuh ya" entah dimana dia beli bunga sepagi ini. Bukannya berterima kasih, Kanaya mala mengejek Wira. "Baru kemaren aku yang kasih bunga sekarang uda di bales aja" Wira menyunggingkan sudut bibirnya. "Suka ngak?" Menatap penuh harap pada Kanaya. "Suka koq. Perempuan mana yang tak suka bunga" sambil mencium aroma bunga yang dia pegang. Wira mengingatkan untuk memberikan kabar kepada Cia. Kanaya menghubungi Cia, memberi tahu keadaanya dan sekalian titip absen. Karena hari ini ada kuliah siang. Seperti dugaan Kanaya Cia panik dan khawatir pada sahabatnya itu. Cia memutuskan menjenguk Kanaya setelah pulang kuliah. Dia juga membawa Mika dan Indah. Kanaya senang melihat temannya datang untuk menemaninya. Mereka juga membawa bakso kesukaan Kanaya dan makan bersama di sana. Wira dan Cia selalu datang bergantian menjenguk Kanaya setiap harinya. Hingga Kanaya boleh pulang dari rumah sakit, Wira dan Cia turut menemani dan mengantar ke rumah Kanaya. (Bersambung) Terima kasih telah membaca episode ini.??? Mohon berikan komentar/saran membangun untuk judul ini.??? Follow me? IG Maylafaisha.rl
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN