Lama Angel berpikir. Ia mengingat kembali hari-hari selama dua tahun ini. Aditya yang selalu muram juga dirinya yang tidak pernah ada d8 rumah. Saat itu hanya Nila yang menemani dan menghibur Aditya.
"Apa kamu tahu nama lain dari cinta, Salwa? itu adalah pengorbanan. Aku sangat mencintai mas Aditya sehingga rela di madu. Lagi pula laki-laki mana yang tahan, dengan istri yang suka keluyuran ke mana-mana. Aku tidak bisa melayani mas Aditya di ranjang. Jadi wajar kalau dia menikah lagi," jawab Angel.
Tidak ada yang perlu di sesali. Ini adalah keputusan yang ia ambil. Walau rasa sedih dan marah bercampur menjadi satu, ada rasa yang jauh lebih penting yaitu cinta.
"Kamu ini kok kayak jadi bucin. Memangnya apa yang kamu harapkan dari rumah tangga seperti ini?" Salwa mulai emosi. Kenapa temannya yang biasanya cerdas jadi lola kayak gini.
"Aku tidak ada ambisi apapun Salwa. Aku hanya ingin berada di sisi mas Aditya saat aku sakit. Lagi pula tidak ada yang bisa menjamin aku sembuh. Aku wanita yang tidak berguna. Siapa yang mau sama wanita yang tidak bisa melayani suami, juga tidak bisa memberi keturunan. Aku hanya wanita gagal," lirin Angel.
Air mata kembali menetes. Senyum kesedihan dan pasrah terukir di bibirnya yang indah. Penyakit yang ia derita sudah menghancurkan segalanya. Rumah tangga yang harmonis dan impian masa depan nya.
Salwa benar-benar tidak setuju dengan pemikiran Angel. Lalu apa gunanya menjadi suami istri jika salah satu harus menanggung semua derita nya sendirian.
"Menurut ku, seharusnya kamu jujur dari dulu. Namanya suami istri kan saling mendukung suka dan duka. Andai saja Aditya sakit, apa kamu juga akan meninggalkannya?" tanya Salwa. Mencoba untuk membujuk Angel agar jujur.
Jawabannya jelas tidak. Angel akan menemani Aditya sampai ia sembuh jika hal itu terjadi pada suaminya. Namun ia tidak bisa membiarkan Aditya bersedih saat dirinya meninggal.
"Sudahlah Salwa. Aku baik-baik saja kok. Semua ini adalah pilihan ku. Baik Nila maupun Mas Aditya tidak bersalah. Asal aku bisa bertemu dengan Mas Aditya sampai ajal menjemput, aku rela kok."
Baik Nila maupun Aditya, hanyalah lakon yang dikendalikan oleh Angel. Jika mau menyalahkan maka salahkan dirinya yang memulai semuanya.
Salwa merasa tidak percaya jika sahabatnya keras kepala seperti ini. Andai saja saat itu ia tidak mendukung keputusan Angel, mungkin saja hal ini tidak terjadi padanya.
Angel terkekeh melihat wajah Salwa yang ditekuk. Dia menepuk bahu Salwa agar temannya itu tenang.
"Dari pada kamu protes terus, ayuk bantu aku mendata pesanan barang ini."
Angel memaksakan senyum agar Salwa tidak lagi marah- marah. Salwa pun tidak sanggup marah setelah melihat betapa kuat keputusan Angel untuk menjaga rahasianya.
"Ya sudah, sini aku bantu."
Nasib memang memainkan garisnya dengan sangat luar biasa. Siapapun akan mengira Angel sangat beruntung. Ia sukses dengan usahanya. Hanya saja tidak ada yang tahu jika ia memiliki kesehatan yang buruk. Bahkan uang yang ia dapatkan sama sekali tidak bisa membuatnya bahagia.
"Seharusnya kamu memberi tugas ini ke karyawan mu," ucap Salwa. Dia menulis dengan teliti pesanan dari Singapura.
"Mereka mengerti bahasa Inggris sedikit- sedikit, Makanya aku ngak bisa nyuruh mereka mendata pesanan," jawab Angel.
"Oh begitu. Tapi jangan sampai kamu kelelahan. Ingat, kamu masih dalam tahap penyembuhan. Jangan sampai kondisi badan mu drop gara - gara bekerja."
Saat ini, hanya bekerja yang bisa ia lakukan untuk mengusir kesedihannya. Dia bisa melupakan masalah tentang kesehatan dan rumah tangganya saat bekerja. Dengan ini ia juga bisa membiayai terapi di Singapura yang tidak murah sama sekali. Walau Aditya juga mentranfer sejumlah uang yang sangat besar, tapi Angel tidak menghabiskannya untuk terapi.
***
Di sisi lain, Nila nampak tidak fokus saat bekerja. Dia melamun ketika teringat kondisi rumah tangga Andini. Anaknya, Gibran menjadi korban dari rumah tangga yang bercabang.
"Seandainya suami Andini benar-benar membuang Andini, apa yang terjadi pada mereka?" batin Nila. Tidak sebenarnya bukan itu yang menjadi beban di hati Nila. Ia justru takut nasib Andini akan ia alami. Jika suatu saat Aditya bosan dengannya dan memilih Angel yang sangat cantik, maka ia bisa dibuang pria itu. Saat ini yang menyebabkan Aditya membenci Angel, karena wanita itu sering keluyuran. Jika suatu saat nanti Angel menjadi istri yang baik, maka ceritanya akan berbeda.
"Tidak, aku ngak boleh berpikir jelek. Mas Aditya bukan laki- laki seperti itu."
Dengan berpikiran positif, Nila melanjutkan tugasnya. Dia membersihkan halaman lalu mengepel rumah. Nila sendiri juga membuat dirinya sibuk agar tidak berpikir buruk pada Aditya.
Sore hari, saatnya Aditya pulang. Dia tidak sabar bertemu dengan Nila dan memakan masakannya. Dia dengan semangat melangkah ke meja makan, tapi yang ia lihat adalah masakan yang sudah lama tidak ia lihat.
"Pepes kluwek?" guman Aditya.
Dia tahu jika yang bisa memasak masakan ini adalah Angel. Jadi ia menoleh ke dapur dan menemukan Angel memasak tumis kangkung resep sendiri yang sangat ia sukai.
"Angel? kenapa kamu memasak, mana Nila?" tanya Aditya. Ada getaran di hatinya saat melihat Angel yang memasak. Hal itu mengingatkannya pada masa lalu ketika ia sedang cinta- cintanya pada Angel.
"Dia menyetrika pakaian. Aku memang sengaja ingin memasakkan makanan yang mas suka," jawab Angel.
Aditya melihat Angel yang berkeringat karena memasak. Bukannya istrinya terlihat jelek, justru semakin cantik. Aditya pun melunak. Ia tidak lagi menatap Angel dengan bengis seperti biasa.
"Ya sudah, ayo kita makan, " ajak Aditya. Dia seolah lupa jika ada Nila yang juga istrinya. Pria itu membiarkan Angel melayaninya. Tanpa terasa senyum pun mengembang di bibir Aditya.
"Bagaimana rasanya Mas?" tanya Angel.
"Enak. Jarang yang bisa masak makanan ini. " Aditya jelas memakan dengan lahap makanan yang nampaknya aneh di mata semua orang.
"Kalau begitu nambah lagi ya?"
"Iya."
Keduanya bertatapan, jantung Aditya mendadak berdebar saat ia melihat Angel. Rasa yang ditelan kemarahan seakan mulai muncul. Apalagi Angel tersenyum manis padanya, Aditya seperti melayang karena kecantikan Angel.
"Kamu juga makan, jangan liatin aku terus," ucap Aditya.
Angel terkikik, ia justru semakin cantik saat terkikik. "Lihat mas makan aja, aku sudah kenyang kok," jawab Angel.
Aditya pun luluh, tanpa terasa ia menjadi b*******h melihat Angel yang sangat cantik dan seksi ketika tertawa. Aditya sama sekali tidak menyadari wajah muram dari Nila kala menyaksikan mereka berdua. Hatinya panas dan tidak menyukai Aditya baik pada Angel.