Bab 2. Rencana Rangga

1785 Kata
Tak terasa sudah lima bulan berlalu sejak Kirana mengetahui identitas pasangan onlinenya, saat itu dia tidak jadi bertemu di Jepara dengan alasan urusan mendadak yang lebih penting. Namun, Rangga masih setia menghubunginya. Setiap ada kesempatan, pria itu akan bertanya kapan mereka bisa bertemu, tetapi Kirana selalu punya alasan untuk menundanya. Hari ini, Kirana sangat lelah karena mendapatkan perlakuan buruk lagi di kantornya. "Ah, dia keterlaluan dan suka sekali menyiksa!" Dia setengah menjerit di atas tempat tidurnya. Entahlah, dia kadang bingung sendiri, saat bersama Rangga di kantor dia begitu kesal, apalagi membayangkan kalau pria itu ternyata pacar onlinenya yang sangat perhatian, tetapi dia tidak bisa berbuat banyak, terlebih lagi untuk jujur tentang dirinya. Sekarang dia hanya belum siap untuk kehilangan. Mungkin kata kehilangan lebih tepat digunakan karena dia sudah terlanjur nyaman. Di tengah rasa kalutnya, suara notifikasi pesan tiba-tiba berbunyi. Tanpa melihat, Kirana sudah langsung tahu jika yang mengirim pesan pasti adalah pria yang sejak tadi selalu menari-nari dalam pikirannya. Dewa Perang: Apa kamu sudah sampe di rumah? Dewa Perang: Hubungi aku saat kamu sudah tiba di rumah. Miss you. Dewi Matahari Terbit: Maaf baru membalas pesanmu. Ini aku baru banget sampe di rumah. Dewa Perang: Ya, aku paham kamu memang sok sibuk. Btw, kamu tahu nggak? Hari ini aku lagi-lagi ngerjain pekerja d***u itu. "Menyebalkan! Lagi-lagi dia memanggilku d***u. Apa kamu tidak tahu jika pekerja d***u yang sering kamu hina itu adalah aku?" Kirana berceloteh sendiri di depan ponselnya dengan raut wajah masam. Dewi Matahari Terbit: Jangan terlalu sering meledek dan menghina orang. Apa kamu nggak pernah denger jika doa orang teraniaya bisa menembus langit? Kirana membalas dengan bahasa yang halus, walau sebenarnya sangat bertentangan dengan hatinya yang ingin memukul Rangga. Dewa Perang: Aku tuh nggak suka orang yang memanfaatkan koneksi untuk bisa mendapatkan pekerjaan. Apa kamu lupa? Satu pesan kembali masuk ke ponsel milik Kirana, membuat wanita itu semakin kesal. "Selalu saja alasan koneksi!" Dewi Matahari Terbit: Tidak semua yang melalui koneksi itu buruk, apa kamu tidak mempertimbangkan sisi lain dari karyawanmu ini? Dewa Perang: Daripada bicara tentang orang lain, bagaimana kalau kita membahas pertemuan kita saja? Aku pernah mengatakan padamu kalau aku menyanggupi semua syarat dan menerima apa pun kondisimu. Raut wajah Kirana semakin kesal. Lagi dan lagi, pria itu membahas soal pertemuan mereka. Hal yang selalu Kirana hindari, terlebih saat dia tahu jika pria itu adalah Rangga. Dengan rasa malas, wanita itu pun menanggapinya. Dewi Matahari Terbit: Gimana kalau pacar onlinemu ini tidak seperti yang kamu bayangkan? Apa masih mau memegang teguh ucapanmu? Kirana mengembuskan napasnya dengan keras. Dia merasa takut akan kehilangan rasa nyaman pasangan onlinenya itu, apalagi setelah Rangga tahu kalau dirinya adalah orang yang dia benci. Dewa Perang: Tenang saja, Sayang! Kamu memilikiku dan aku punya banyak uang untuk mengubah penampilanmu. Kirana semakin ternganga saat membaca balasan dari Rangga. Tentu saja dia tidak berpikir jika pria itu akan mengatakan hal demikian. Dewi Matahari Terbit: Apa kamu yakin uang bisa mengatasi segalanya?" Dewa Perang: Tentu saja, bukankah orang mengatakan lebih baik menangis di dalam mobil mewah daripada di dalam kendaraan umum? Jadi, kira-kira kapan kamu punya waktu? Biar aku saja yang menyesuaikannya. Kirana pun hanya tersenyum kesal membacanya. Tidak ada yang salah dari kalimat Rangga karena dirinya pernah menangis di dalam angkot karena bingung mau bayar tagihan utang orang tuanya. Dewi Matahari Terbit: Aku masih harus menyelesaikan beberapa tugas dari klienku. Mana deadline-nya juga mepet. Lagi pula kota kita juga lumayan jauh. Dewa Perang: Tenang saja, jaman sekarang semua serba mudah! Aku bisa dengan cepat menjangkau tempatmu, selagi kamu masih tinggal di bumi dan mau memberikan alamatmu padaku." Kirana hanya membaca pesan masuk itu. Sejujurnya dia malas untuk menanggapinya lagi. *** Sementara itu, di dalam kamar, Rangga kembali teringat tentang perkataan nenek dan kakeknya 10 bulan lalu yang memintanya untuk menemui wanita yang kemungkinan akan dijadikan calon istrinya. Waktu itu, jelas dia menolaknya dengan tegas karena tidak ingin menikah karena perjodohan. "Rangga, kamu itu sudah dewasa, sudah saatnya memikirkan hal yang jauh lebih serius daripada hanya bermain-main. Pokoknya Kakek ingin kamu segera menikah!" Ucapan dari Hartono Adiacipta — kakek Rangga itu pun membuat Rangga terkejut. "Kakek, usiaku baru 29 tahun, sekarang ini masih hal yang wajar untuk sendiri." Rangga berkata dengan suara yang terdengar tenang, walau hatinya mulai membantah. Dia mengerti arah pembicaraan mereka, pasti soal perjodohan yang sudah diatur oleh sang kakek. "Kau dengar dulu! Kakek hanya ingin mengenalkan saja, dia anak yang baik. Kakek sudah memantaunya sejak lama, anak ini memiliki hati yang lembut dan bisa membawa keceriaan di rumahmu nantinya, dia juga seorang perempuan ya—" "Berhenti, Kek! Sudah ada orang yang kusukai, hanya dia yang akan menikah denganku nanti, bukan wanita yang akan Kakek kenalkan." Rangga akhirnya tidak tahan lagi untuk bicara asal. Dia hanya berharap adanya keajaiban dari aplikasi yang baru dia unduh karena paksaan Ryan. "Kau dengar dulu Kakekmu bicara!" Suara Zuriah — nenek Rangga terdengar sangat lembut membuat pria itu seketika menahan rasa kesalnya. "Begini saja, jika kau memang memiliki orang yang kau sukai, bawa dia ke rumah ini, perkenalkan pada kami!" Kakeknya berkata dengan suara yang penuh wibawa. "Aku akan membawanya segera setelah dia siap." Ucapan Rangga terdengar ragu membuat kakeknya tersenyum simpul mengejeknya. "Kenapa Kakek seperti itu? Tidak percaya kalau aku punya pacar?" Rangga berkata seperti anak kecil. "Kau pikir Kakekmu ini mudah ditipu? Begini saja, bawa calon istrimu itu saat hari jadi Megah Perkasa Group tahun depan." Rangga memperlihatkan wajah tidak suka. Hartono memang sangat paham dengan Rangga, dia paling benci saat ditantang, seolah dirinya tidak kompeten. "Baiklah, Tuan Hartono Adiacipta, aku akan membawanya bertemu kalian, tapi aku mengajukan satu syarat." Rangga memulai teknik negosiasinya. "Katakan saja!" "Tidak masalah jika wanita berasal dari kalangan mana saja, termasuk jika keluarganya orang yang kekurangan," ucap Rangga dengan tegas membuat kakek dan neneknya yang duduk berseberangan saling lempar pandang mencoba mengartikan syarat cucu mereka. "Kenapa? Apa aku harus membawa pasangan yang memiliki latar belakang sama? Keluarga mapan yang punya istana dan kekuasaan?" Perkataan Rangga seolah mengintimidasi keduanya. Tiba-tiba saja, neneknya tertawa keras. "Baiklah, kalau begitu kau bawa saja dulu, kita lihat apa dia pantas untukmu. Bukan begitu, Kek?" Neneknya berkata sambil tersenyum. "Kau berpikir terlalu jauh. Jika sekarang kau belum mendapatkannya, cari saja dulu dengan santai asal kau jangan melakukan pernikahan kontrak seperti drama seri yang sering ditonton adikmu sampai tidak tidur berhari-hari," ucap neneknya lagi membuat Rangga mengerenyitkan keningnya. "Kalian tenang saja, aku pastikan, aku akan membawa wanita itu ke hadapan kalian." Rangga mengatakan itu dengan penuh keyakinan, walau pria itu belum tahu apa nantinya dia akan berhasil atau malah harus menyerah dan menuruti perjodohan itu karena tak berhasil menemukan seorang wanita. Di saat pikiran Rangga masih terbuai dengan kejadian beberapa bulan lalu, suara ketukan pintu terdengar keras dari luar membuat pria itu tersadar dari lamunannya. "Hei Rangga! Apa kau ada di dalam? Apa kau sudah selesai bersemedi?" Suara nyaring milik Yumi — adiknya yang manja itu seolah memenuhi ruang kamarnya dan dengan kesal, Rangga membuka pintu kamar. "Aku membawakanmu berita besar!" Yumi berkata dengan nada berapi-api. Rangga masih diam. Hanya melihat sang adik dengan heran. "Kakek dan nenek akan segera memperkenalkanmu dengan wanita itu. Wanita yang akan dijodohkan denganmu!" "Apa kau yakin?" Rangga mulai bertanya. Yumi kembali mengangguk cepat. "Lalu, apa kau melihat wanita itu? Maksudku wanita yang akan dijodohkan denganku itu." "Kalau itu ... aku belum pernah melihatnya, tapi yang kutahu ada keluarganya yang bekerja di tempatmu atas rekomendasi nenek." Saat mendengar perkataan dari Yumi, Rangga langsung mengerenyitkan keningnya dan melihat Yumi dengan tatapan tajam. "Kau jangan main-main dengan informasimu ini! Kalau salah nanti bisa jadi masalah untuk kita." "Aku tidak main-main, ini berdasarkan desas-desus rumor dan gosip panas yang beredar di keluarga kita. Sepertinya hanya kau saja yang tidak tahu, padahal nasibmu tinggal dua bulan lagi." Yumi membuat angka dua pada jarinya persis di depan wajah Rangga dan itu sukses membuatnya kesal. "Haiz kau ini! Keluar dari kamarku sekarang!" Rangga terlihat kesal. "Aku akan mencari tahu informasi lebih lanjut jika kau menginginkannya." Yumi tersenyum dengan penuh makna sebelum keluar dari kamar. "Apa bayarannya?" Rangga paham dengan transaksi yang dimaksud oleh Yumi. "Jadilah investor di drama pendek yang akan buat. Di drama itu, aku juga akan memainkan sebuah peran." Tatapan mata Yumi penuh harap. "Keuntunganku apa?" Rangga sebenarnya menolak. "Payah! Kau cari informasi sendiri saja. Bicara denganmu benar-benar membuat tekanan darahku menjadi naik!" Yumi pun berjalan cepat keluar dari kamar Rangga. "Yumi berhenti!" Yumi seketika menghentikan langkah kakinya. Memutar tubuhnya, lalu tersenyum melihat Rangga. "Aku tahu kau cukup bijak, Kak." "Cari tahu siapa orang yang mau dijodohkan denganku, siapa wanita jelek dan tidak kompeten itu dan jika kau punya informasi keluarganya, berikan juga padaku! Satu minggu paling lama, kalau lebih dari itu aku tidak akan menjadi investor proyek drama pendek gilamu itu!" Rangga berkata tanpa ada tawar-menawar lagi. "Baik! Jangan lupa investasimu tanpa batas." Yumi lalu beranjak pergi dengan langkah yang terlihat riang. "Dasar anak kecil!" Rangga kemudian menutup pintu kamarnya dengan keras. Pria itu melihat kembali ponselnya, memutar otaknya dengan keras agar bisa bertemu dengan pacar onlinenya itu — seseorang yang semestinya dia kenal di kehidupan nyata. Ya, mau bagaimanapun, Rangga harus bisa memenuhi janjinya pada sang kakek, membawa wanita itu pada saat perayaan ulang tahun perusahaannya dan waktunya sudah tidak banyak lagi. Dewa Perang: Sayang, dalam waktu dekat aku akan memberimu kejutan. Selamat malam dan mimpi yang indah. Setelah mengirim pesan, Rangga kemudian menelpon seseorang yang memaksanya untuk mendownload dan menggunakan aplikasi itu. Dia adalah Ryan Joseph — saudara sepupunya yang juga pemilik dari aplikasi yang dia gunakan. "Tidak salah? Kau menghubungiku … apa langit akan runtuh?" Suara di seberang langsung terdengar nyaring. "Kau di mana? Kenapa berisik sekali!" Rangga berkata kesal karena pria yang diajaknya bicara itu pasti sedang berada di bar. "Di tempat biasa. Ada perlu apa kau menghubungiku? Apa kau sudah menemukan wanita yang kau sukai dari aplikasi sampahku?" Suara seperti mengejek memang sering terjadi, keduanya memiliki "Love-hate relationship" layaknya film tom and jerry yang bisa akur dan baku hantam dalam waktu yang nyaris bersamaan. "Kau harus bertanggungjawab akan hal itu!" Rangga akhirnya berkata dengan nada kesal. "Oh, aku tahu! Jadi, kau menghubungiku karena kau tidak bisa bertemu dengannya?" Pertanyaan itu seperti bisa menebak isi hati Rangga dan jelas Rangga merasa terhina, apalagi setelah mengatakannya, Ryan terdengar menertawai seolah meledeknya. "Akhirnya, ada juga hal yang membuatmu menyerah dan minta bantuanku setelah sekian lama. Namun, sayang sekali Rangga Adiacipta, aplikasi kami memiliki privasi pengguna dan kau tidak boleh sembarangan mendapatkannya." Suara itu terdengar serius dan membuat Rangga makin kesal. "Aku tidak memintanya, aku hanya ingin melihatnya saja! Bedakan kata-katanya!" "Baiklah, aku akan mencari tahu orangnya, apa nama penggunanya?" "Dewi Matahari Terbit. Beritahu padaku semua tentangnya. Aku akan menambah nilai investasi untuk pengembangan aplikasimu." Rangga pun langsung mematikan sambungan telepon tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN