XXXIV THE REAL ENEMY

1513 Kata
Author’s Point of View Tiga sekawan itu akhirnya mendarat dengan selamat di Disep. Saat mereka landing, Sam melihat banyak orang yang sudah menunggu mereka di bawah. Sam berpikir bahwa ini merupakan hal yang langka terjadi di camp ini, biasanya tidak peduli siapapun yang datang, mereka tidak pernah melakukan penyambutan seperti ini karena kesibukan yang sangat padat.             “Baru kali ini aku merasa seperti dianggap keluarga di tempat kerja, aku sangat menyayangi kalian” Sam berbicara pelan sambil terus melihat gerombolan orang yang sudah menunggu. Kedua temannya itu tidak memberi tanggapan apapun. Kare tetap fokus denga apa yang ia baca melalui tab dan Sitma sibuk membereskan barang-barangnya sebelun pesawat benar-benar mendarat. Semakin dekat dengan pendaratan, emosi Sam semakin bergejolak, hati lembutnya itu sangat tersentuh dangan perhatian yang diberikan oleh rekan-rekan kerjanya, hingga matanya berair dangan bibir yang tidak berhenti tersenyum sambil mengendarai pesawat itu. Saat pesawat mereka berhenti, Sam langsung bersiap, ia tidak mau mereka menunggu lebih lama.             “Hei, ayo cepat bersiap mereka sudah menunggu kita turun,” Sam mengajak kedua temannya agar bergegas.             “Sam, tapi mereka tidak menunggu kita..” Sitma menjelaskan dengan perlahan.             “Lalu siapa? Sekarang hanya ada satu pesawat yang mendarat, dan di dalam pesawat ini hanya ada kita” Sam terus mengelak             “Sitma biarkan pria ini bersenang-senang dengan pikirannya.” dengan spontan dan santai Kare meminta Sitma untuk berhenti berargumen dengan Sam.             “Apa kalian tidak pernah belajar untuk saling menghargai?” Sam menjadikan suatu pertanyaan untuk menjadi kalimat terakhirnya dan ia meninggalkan kedua temannya itu. Dari atas Sam melambaikan tangannya, menyapa beberapa orang di bawah. Sam menuruni tangga memeluk dan menjabat satu persatu tangan rekannya itu.             “Maaf kan Sitma dan Kare ya mungkin mereka lelah jadi tidak cepat ke bawah” Sam mencoba untuk memberi alasan agar mereka tidak marah, -sebenarnya mereka  bingung denga napa yang dimaksud Sam. Setelah beberapa menit Sam berbicara, belum ada respon yang ia anggap memuaskan. Sebagian besar orang yang tadi dia anggap “menunggunya” hanya mengangguk atau tidak memperdulikannya dan hanya memainkan tab mereka. Sam masih mengira bahwa mereka menunggu Sitma dan Kare datang agar acara penyambutan ini menjadi lengkap. Di menit selanjutnya Sitma dan Kare turun dari pesawat, bersamaan dengan bagasi yang di buka.             “Sitma! Kare! Cepat mereka sudah menung…gu…” Kalimat Sam tiba tiba memelan dan terhenti. Di depan matanya ia melihat semua rekan yang ia kira sudah “menunggu dan menyambutnya” berjalan mengarah bagasi pesawat, satu persatu mengambil boks di dalam bagasi itu. Ternyata yang mereka tunggu adalah barang titipan mereka dari Bogola. Sam yang sedikit malu akhirnya mengikuti langkah Sitma dan Kare masuk ke dalam camp. Seperti biasa, setiap bepergian dan kembali ke camp, dilakukan pengecekan oleh divisi keamanan. Hal yang paling mereka jaga adalah mereka takut jika ada tools atau alat yang sifatnya memata-matai. Sambil dilakukannya rangkaian pemeriksaan, Sam mencoba untuk mengutarakan rasa kesal dan malunya. “Kenapa kalian tidak mengatakannya dari awal? Lalu bagaimana barang-barang itu bisa masuk ke dalam bagasi pesawat” Tanya pria itu saat mereka bergiliran berdiri dan merentangkan tangannya untuk pemeriksaan. “Aku sudah mencobanya tapi kau langsung turun, untuk barang, mereka memang sudah menitipkan itu semua pada keluarga mereka yang di Bogola. Barang itu dimasukkan malam setelah kita dari tempat perbelanjaan itu, kau sudah tidur saat itu jadi aku dan Kare yang membukakan bagasinya.” Kare menjawab pertanyaan yang terlambat dari Sam. “Bahkan saat sampai kami juga yang harus membuka bagasi karena pilot yang langsung menuruni pesawat” Kare menambahkan, jelas sindirannya di tujukan pada Sam. Setelah mendengar sindiran dari Kare, Sam menutup mulutnya rapat. Ia mengakui kalau dirinya yang salah. Mereka berjalan menuju laboratorium Lapsoina yang ada di camp itu untuk memberi hasil penelitian dan percobaan Lapsoina yang dilakukan di Bogola. Lapsoina berikut data hasil penelitan itu disimpan dalam koper transparan yang menggunakan polikarbonat berlapis kaca, dengan seperti itu koper tersebut dapat menahan 3 kali Freedom Arms model 09 (senjata api terkuat saat ini) hingga laser. Secara detail komposisi pada pembuatan koper itu adalah menggunakan polikarbonat yang dihimpit oleh kaca, tidak hanya itu, mereka juga menggunakan ONR atau Bahan ablatif, yang dapat menyerap energi laser dan menggunakannya untuk berubah menjadi gas, dapat memberikan lapisan pelindung di sekitar koper. Serangan laser akan mengenai material ablatif dan menguapkannya, tanpa menimbulkan kerusakan serius pada target di bawahnya. Selain itu untuk memastikan panas bergerak sangat lambat pada koper ini (Lapsoina sangat sensitive terhadap suhu dan tekanan), digunakan sebuah metode yang disebut penundaan transportasi termal. Meniru dari tempat kardus di sekitar cangkir kopi yang melindungi tangan dari cairan panas, lapisan bahan isolasi dan celah udara di sekitar koper dapat mencegah energi laser mencapai bagian vital dan menyebabkan kerusakan nyata. Lapisan reflektif, bahan ablatif, dan penundaan transportasi termal semuanya memperlambat efek berbahaya laser. Laser sudah bekerja cukup lambat  Pendekatan ONR yang lebih berteknologi rendah melibatkan pengaburan dan degradasi atmosfer. Banyak laser sangat terpengaruh oleh asap dan debu, seperti lampu depan yang dibuat tidak berguna oleh kabut. Dimungkinkan untuk menonaktifkan senjata laser hanya dengan melontarkan bom asap melawan angin.  Juga untuk menghindari penyusutan dan pengembangan polikarbon yang dapat dipengaruhi oleh perubahan suhu atau konflik antara koefisien ekspansi termal volumetrik dari kedua bahan ini akan menyebabkan lapisan panel kaca laminasi terpisah dari waktu ke waktu karena paparan sinar matahari dan perubahan musim. Maka digunakan perekat khusus yang memiliki elastisitas tinggi. Mereka sampai di laboratorium, setelah sampai mereka dikejutkan dengan kehadiran Mr. Ekuador di ruangan itu. Hari ini seharusnya ia sudah kembali ke Auroert lalu apa yang membuatnya masih di sini?                 “Hai Ekuador” Sitma menyapa Mr. Ekuador yang sedang terduduk dan memerhatikan salah satu sample Lapsoina di laboratorium itu. Mr. Ekuador hanya membalas sapaan Sitma dengan senyuman. Hari ini sebenarnya ada yang lebih mencurigakan dibanding kehadiran Mr. Anaro yang tidak sesuai dengan jam kerjanya, namun keadaannya yang terlihat sedikit cemas. Sepertinya akhir-akhir ini ia terlihat tidak bersemangat seperti biasanya.                 “Mr. Ekuador apa ada masalah yang sedang kau pikirkan?” Sam bertanya pada pria parubaya di depannya.                 “Sebenarnya ada yang ingin ku bicarakan padamu Sam” Benar, pasti Mr. Ekuador punya alasan untuk kehadirannya di situ.                 “Katakan saja, aku akan mendengarkannya” Sam menjawab sambil meraih kursi untuk dirinya duduk.                 “Aku tidak bisa mengatakannya di sini, boleh kita keluar sebentar?” Mr. Ekuador mengajak Sam untuk keluar, mencari tempat paling sepi pada jam itu. Mr. Ekuador memilih ruangannya untuk itu. Mereka masuk kedalam ruangan serba putih dengan rak buku yang hampir menutupi keseluruhan tembok. Ini salah satu motivasi mengapa Sam sangat menyukai membaca, ia mengikuti role modelnya atau Mr. Ekuador. Ada suatu hal yang mengganjal bagi Mr. Ekuador, hal itu berhubungan denga napa yang Zlo dan Anaro sembunyikan, Mr. Ekuador merasa semua itu ada hubungannya dengan Sam. Sebuah sesi tanya jawabpun di mulai.                 “Sam aku mendapat beberapa laporan aneh tentangmu” Mr. Ekuador mengawali sesi itu. Saat Mr. Ekuador mengatakan itu, Sam sama sekali tidak mengerti denga napa yang dimaksud oleh pria tua itu.  Dibanding mengelak diawal, Sam lebih memilih untuk mendengarkanya sampai selesai dan terus memperhatikan lawan bicaranya.                 “Salah satunya mengenai benda aneh yang dilaporkan oleh divisi keamanan.” Mendengar kata aneh dan keamanan Sam akhirnya membuka mulutnya.                 “Mr. Ekuador, aku tidak pernah membawa benda aneh atau bahkan yang membahayakan ke dalam camp ini” Ia hanya membela dirinya dan mengatakan kebenaran.                 “Mereka bilang kau menyebut benda itu dengan sebutan cryptex awalnya saat mendapat laporan itu aku tidak memperdulikannya karena pertama, aku sangat percaya padamu. Kedua aku kira itu hanya sebuah mainan yang kau bawa. Tapi setelah ku telusuri, benda itu hanya ada di peradaban terdahulu, dan berfungsi untuk menyimpan sebuah pesan rahasia.”                 “Apa yang kau sembunyikan dariku Sam?” Lanjut Mr. Ekuador dari penghantar yang cukup panjang. Sam cukup terkejut dengan keingintahuan Mr. Ekuador. Tadinya Sam tidak memberi tahu mengenai hal ini karena ia rasa ini adalah masalah prbadinya yang berkaitan denga anjinya, ia sama sekali tidak berniat menyembunyikan ini karena suatu hal penting.                 “Mr. Ekuador, aku tidak berusaha menyembunyikan sesuatu. Benda itu aku temukan saat akan menjemput anjingku, Hobit. Aku tidak tahu siapa yang mengirimkan bend aitu yang ku tahu mereka telah menculik Hobit dariku. Ya memang bend aitu merupakan benda yang tidak akan kita temukan di masa ini dan ya aku juga bingung dengan semua itu. Aku tidak memberi tahu siapapun karena ku rasa ini tanggung jawabku” Sam berbalik mengeluhkan tentang apa yang ia hadapi. Mr. Ekuador mendengarkannya dan terseret dalam kebungan atas apa yang terjadi. Mr. Ekuador bisa saja bertanya langsung pada Anaro, tapi hal itu berarti ia harus melepaskan Anaro dari penjara terlebih dahulu dan jika ia melakukan itu, sama saja dengan ia kembali bersama Anaro.                 “Apa isi pesan dari benda itu Sam? Apa kau sudah membukanya?” Mr. Ekuador melanjutkan pertanyaannta.                 “Tentu, benda itu berisi pesan dengan sandi yang harus dipecahkan melalui dua cipher. Tapi setelah menemukan pesan sesungguhnya aku tambah bingung dan tidak mengerti apa maksud dari semua itu.”                 “Pesan tertulisnya adalah TIMETRAVELLER00” Sam melengkapi sekaligus menjawab pertanyaan utama yang dilemparkan Mr. Ekuador. Mereka berdua akhirnya memikirkan hal itu bersama.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN