XXXIII TAKDIR BURUNG

2102 Kata
Author’s Point of View Mereka berangkat ke Bogola menggunakan pesawat kecil dengan muatan yang lebih sedikit daripada pesawat pada umumnya.  Seperti biasa, satiap sampai pada bumi bagian lain, mereka harus menempelkan ekor pesawat untuk memberikan barcode izin terbang. Biasanya seorang pilot harus memarkinkan pesawatnya di udara terlebih dahulu, tapi karena ini Bogola, mereka selalu satu langkah lebih maju dari bumi bagian lain. Tiap pesawat yang masuk tidak lagi menempelkan barcode. Mereka sudah punya detektor yang dapat memeriksa data penerbangan bahkan sebelum pesawat dekat dengan “gerbang” gelembung itu.             “Halo Mr. Sam dan tim, selamat datang di Bogola. Dalam 10 detik kau sudah bisa memasuki bumi bagian Bogola” Suara itu tiba-tiba muncul di dalam pesawat mereka. Kare telihat biasa saja tetapi tidak untuk Sam dan Sitma. Mereka bingung, apakah ini sebuah teknologi dan sambutan atau pesawat mereka dihack? Dengan menyimpan sebuah pertanyaan mereka melanjutkan perjalanannya masuk ke dalam bumi bagian itu. Setelah beberapa kilo dari gerbang Kare meminta Sam untuk mematikan sambungan radio, sebelum ditembaki pertanyaan, Kare berinisiatif untuk memberikan semua jawaban yang ia punya. “Di sini banyak orang yang suka bermain dengan itu. mereka dapat mendengar percakapan kita bahkan mengirim audio seperti yang terjadi di perbatasan tadi. Tujuannya tidak jelas, ada yang hanya karena punya banyak waktu, ada yang sedang belajar, sampai pada dengan sengaja ingin mengambil keuntungan.” Kare menjelaskan “Wah itu keren” Sam spontan mengatakan itu. “Tergantung tujuannya, bisa saja itu menjadi Tindakan kriminal” Kare menanggapinya dengan sabra kali ini. “Apalagi sekarang kita dalam menjalankan misi rahasia, menurutku ini sedikit beresiko” Lanjut Sitma. Sesampainya di Bogola mereka langsung mendarat di tempat parkir pesawat XIX Company yang ada di sana dan langsung melanjutkan perjalanan darat menuju laboratorium yang pada akhirnya ikut membantu dalam menangani Lapsoina. Selama perjalanan mereka menggunakan mobil autopilot dan pemandu yang hanya berbentuk hologram. Walaupun berbentuk hologram, tapi orang itu tetap nyata hanya mereka tidak ada di tempat yang sebenarnya.             “Sore semuanya,” Sambut orang yang akan menemani mereka selama di dalam mobil.             “Sore,” Mereka mejawab sapaan itu. Sam duduk di depan sejajar dengan wanita hologram itu. Di belakang tentu diisi oleh kedua rekan wanitanya, Kare dan Sitma.             “Siapa namamu?” Tanya Sitma sambil menentukan posisi duduk yang paling nyaman.             “Bliss” Penggunaan pendamping hologram memang sudah lama diterapkan di sini. Mereka memberdayakan orang yang mengalami cacat fisik agar dapat tetap produktif bekerja sebagai tour guide dengan menggunakan teknologi ini. Setidaknya mereka tidak usah bolak-balik dan ikut dalam perjalanan panjang saat menemani tamu. Cukup di rumah dan menyalakan kamera. Sistemnya seperti video call tapi dengan tiga dimensi.Tapi Bliss tidak mengalami cacat fisik dan bukan seorang tour guide, melainkan salah satu analis di laboratorium swasta tempat Lapsoina. Bliss memanfaatkan teknologi ini untuk menghemat waktu dan tenaganya.             “Tunggu dulu, Bliss kau mengingatkanku pada seseorang” Sam merasa tidak asing dengan wajah Bliss.             “hahaha aku memang punya saudara kembar, tapi dia laki laki.” Tebakan Sam ternyata tepat sasaran.             “Namanya Joy, dia seorang teknisi pesawat terbang. Apa kau mengenalnya?” lanjut Bliss.             “Astaga Joy! Tentu aku mengenalnya” Sontak Sam, tentu ia mengingat anak cerdas yang tengil itu. “Joy yang sering menggunakan bandana saat kerja?” Lanjut Sitma “haha benar ia pasti tidak sempat memotong rambutnya.” Bliss membenarkan pertanyaan Sitma. Perbincangan tidak selesai sampai di situ mereka (Sam, Sitma, dan Bliss) selalu mempunyai bahan bahasan sepanjang perjalanan. Sebelumnya, Kare sudah memberi tahu jika semua orang yang akan kita temui sudah mengetahui tentang misi rahasia itu. Sebenarnya Kare mengetahui jika Bliss dan Joy adalah saudara kembar, tapi Kare tetap menutup mulutnya dan membiarkan mereka saling bercakap senatural mungkin. Jika dulu Sam terkesima pada Yugyert dengan kemewahannya, kini Bogola juga membuat Sam terkesima tapi dengan hamburan teknologi yang ia lihat sepanjang jalan. Di Bogola tidak asing untuk melihat hewan peliharaan bahkan hewan liar yang terbuat dari mesin. Misalnya anak perempuan di pinggir itu, ia sedang memberikan minum anjingnya dengan minuman dalam botol yang bertuliskan “Milk for Rodog”. Isinya tentu bukan s**u biasa, melainkan cairan seperti bahan bakar agar robot itu dapat terus “hidup”. Atau bahkan kolam ikan vertikal yang melawan gravitasi. Petualangan kali ini mereka disuguhkan dengan berbagai macam teknologi yang eksotis. Satu hal yang tidak sesuai ekspetasi Sam, pakaian yang ia gunakan ternyata sudah tidak menjadi tren di sini. Mereka menggunakan baju yang cukup santai hingga nyentrik berbeda jauh dari apa yang Sam pikirkan. Sam gagal terlihat sebagai Bogolian. Setelah mereka sampai di Labooratorium itu mereka disambut oleh Bliss yang kali ini dalam bentuk manusia sungguhan. Untuk perbandingan dengan outfit yang digunakan Sam, Bliss yang notabene nya seorang scientist dan Bogolian, hanya menggunakan jaket kulit dan celana jeans pada jam kerjanya, tidak serapih dan klinis Sam dengan pakaiannya itu. Bliss memiliki warna kulit terang, bibir tipis, dan mata yang kecil, sangat mirim dengan Joy tapi versi perempuan.             “Selamat datang di laboratorium kami” Bliss menyambut ketiga tamunya dengan senyum ramah. Sambil memegang tab di salah satu tangannya, Bliss mengantar mereka pada ruangan utama laboratorium atau tempat Lapsoina diteliti.             “Benda itu sangat menakjubkan, kekuatan magnetiknya, tekanannya, semuanya sangat liar. Tim kami sedikit kesulitan untuk menaklukannya” Bliss bercerita sepanjang jalan. Mereka hanya mendengarkan dan terus berjalan.             “Lalu bagaimana dengan hasilnya?” Sitma bertanya pada Bliss.             “Terakhir, sekitar lima belas menit sebelum kalian sampai, prosesnya sudah mencapai 80%” Bliss menjawab pertanyaan itu             “Berarti saat kita sampai Laboratorium itu, prosesnya akan selesai?” Sam menganggap proses yang dimaksud Bliss merupakan proses yang tergolong cepat, karena Bliss membawa analogi (15 menit yang lalu). Sam mengatakan itu tepat saat mereka sampai di Laboratorium.             “Tidak, kemungkinan tercepatnya besok pagi. Juga kalian harus tetap meninggalkan beberapa sample di sini untuk penelitian yang lebih lanjut dan matang” Bliss menjawab ini sambil melihat screen yang menunjukkan presentasi kesiapan objek. Di balik bilik kaca tebal ini, Laposoina terlihat sangat indah mengambang diantara dua buah piringan bulat hitam. Setelah melakukan pengecekan di Laboratorium, mereka meninggalkan tempat itu dan pulang ke camp. Kali ini dalam perjalannya mereka tidak ditemani siapapun alias dengan mandiri menuliskan alamat tujuan agar segera diantar oleh mobil dengan teknologi autopilot itu.             “Baiklah mari kita pulang..” Sam berdesus sembari mengetik alamat yang mereka tuju. Sam melakukan itu karena screen control pada mobil ini memang terletak di bagian depan penumpang.             “Berhenti” Kare mengucapkan itu sambil memalingkan wajahnya keluar jendela mobil. Sam yang baru menulis setengah dari alamat menghentikan jarinya.             “Apa ada masalah?” Sitma bertanya pada Kare,             “Ubah tujuan kita. Aku harus ke tempat perbelanjaan. Aku lupa membawa… pakaian dalamku” Kare menjelaskan dengan malu malu. Sebenarnya dengan keberanian Kare untuk meminta hal itu dan berkata jujur tentang dirinya, ini berarti Kare sudah membuka diri untuk kedua temannya itu.             “Tempat perbelanjaan? Kau serius? Yes!” Sam mengatakannya dengan bola mata yang semakin membesar, seperti tidak yakin. Tapi dia sangat senang karena Sam memiliki hobi untuk melihat barang barang unik yang di jual di tempat perbelanjaan. Mereka akhirnya pergi ke tempat perbelanjaan. Bukan tempat perbelanjaan kecil, tapi mereka ke pusat perbelanjaan. Semua itu karena Sam yang memaksa, Sam berdalih bahwa tempat itu akan membuat semua orang takjub, juga banyak barang unik alias itu tujuan Sam sesungguhnya. Mereka turun dari mobil memandingi pusat perbelanjaan yang super besar dan megah itu. Yang ada di pikiran Sitma dan Kare adalah pasti akan banyak tenaga dan waktu yang terkuras bahkan untuk sekedar masuk ke dalamnya, ya, mereka sudah lelah sebelum masuk ke tempat itu.  Sedangkan Sam? Ia tidak berhenti takjub akan semua visual yang disuguhka Bogola. Sam berjalan paling depan diantara dua perempuan yang ikut bersamanya. Saat sampai di dalam pusat perbelanjaan, benar saja, lebih banyak hal yang mengagumkan. Di pintu masuk ada beberapa toko yang menawarkan penyewaan kendaraan yang dapat digunakan di dalam pusat perbelanjaan seperti hoverboard, segway, escooter, uniwheel, hingga roket ransel yang bisa membawa penggunanya terbang beberapa meter. Tanpa basa basi Kare mengambil sembarang salah satu kendaraan itu karena tempat ini memang sangat luas. Karena Kare memutuskan untuk menyewa kendaraan itu, Sam dan Sitma merasa harus menggunakan kendaraan pembantu juga untuk menyamakan kecepatan mereka dengan Kare. Sistem pembayarannya juga secara elektornik. Mereka akan memberikan barcode yang nantinya akan menunjukkan total tagihan tergantung durasi yang mereka habiskan untuk menggunakan kendaraan ini. Setelah menyelesaikan administrasi awal, mereka berbaris untum memulai langkah yang sama. Jika diurutkan dari kiri ke kanan, orang pertama yang akan terlihat adalah Sam dengan escooternya, dilanjut dengan Sitma dengan kendaraan yang sama seperti Sam. Mereka memilih alat itu setelah melakukan konsultasi pada orang yang menyewakan alat ini mengenai alat mana yang paling mudah digunakan untuk pemula. Sedangkan Kare menggunakan uniwheel, ia asal menunjuknya. Berbeda dengan escooter yang penggunaannya sama dengan skuter biasa namun kaki tidak perlu lagi mendorong karena sudah dibantu tenaga listrik. Sedangkan uniwheel… satu roda besar ditengah untuk dikendarai.. rasanya pasti akan seperti atraksi sirkus.  Benar saja, saat mereka memulai perjalanannya, belum sampai satu meter (mesin baru dinyalakan) Kare sudah terlihat kehilangan keseimbangannya. Hal itu terjadi sampai 20 meter pertama. Untungnya Kare memang memiliki keseimbangan yang baik sehingga pada akhirnya ia bisa menikmati mengendarai kendaraan pilihannya itu, meskipun dengan kecepatan minimum. Mereka memutari pusat perbelanjaan itu dan mencari toko yang menjual pakaian dalam, karna itu tujuan awal mereka ke sini.             “Kalian tidak usah mengikutiku, aku bisa membelinya sendiri” Ucap Kare pada kedua rekannya itu. Tapi mereka tidak mendengarkannya dan tetap mengikuti Kare ke salah satu toko menjual perlengkapan wanita. Sementara Kare sibuk memilih pakaian dalam yang akan ia beli, Sam dan Sitma bermain seolah mereka sedang mengikuti ajang beauty pigeon mereka berdua bolak balik ruang ganti untuk memperlihatkan baju pilihan mereka (mereka mengenakannya), berjalan ke depan dan ke belakang seolah berada di atas catwalk. Ajang itu akhirnya selesai Kare sudah membayar barang beliannya di kasir. Setelah selesai pada tujuan utama, sekarang posisinya di ganti. Kare yang mengikuti mereka berdua menjelajahi semua toko di pusat perbelanjaan itu. Tidak hanya melihat-lihat, tangan mereka juga tidak malu dan sungkan untuk menyentuh barang-barang yang mereka lihat dan membuat suatu candaan dengan barang itu. Perjalanan di luar rencana ini justru membuat Sam, Sitma, dan khususnya Kare terlihat bahagia. Selain tawa, senyum mereka bahkan tidak lepas sampai mereka sudah di dalam mobil untuk kembali ke camp. Mereka memandangi satu sama lain dengan senyum yang sudah tak beralasan itu. Sadar akan senyum abadi yang mereka lakukan, Kare langsung mengembalikan bentuk bibirnya yang lurus, melepas semua hipnotis kebahagiaan yang ia rasakan beberapa jam kebelakang. Malam ini mereka tidur dengan nyenyak. Bukan hanya karena kelelahan mengelilingi pusat perbelanjaan kemarin, tapi tawa yang membawa bahagia membuat mereka lebih tenang. Keesokan harinya, merupakan hari terakhir mereka di Bogola. Aura positif terpancar dari tubuh ketiga orang itu. Pagi ini mereka akan kembali ke laboratorium untuk membawa Lapsoina kembali. Semoga saja prosesnya sudah mencapai 100%. Seperti kemarin, mereka akan di temani hologram Bliss hingga sampai ke laboratorium.             “Selamat pagi, sepertinya kalian terlihat nyaman tinggal di sini” Sambut Bliss yang menyadari kebahagiaan mereka bertiga.             “Pagi Bliss, haha apakah itu terlihat?” Sitma menjawabnya. Bliss hanya menjawabnya dengan senyuman. Mereka melakukan beberapa percakapan sepanjang jalan sampai mobil itu berhenti di area parkir laboratorium.             “Hai, lagi” Bliss menyapa tamunya untuk kedua kali.             “Bliss? Bagaimana warna kulitmu berubah dalam satu hari? Apa ada panati di sekitar sini?” Ucap Sam membalas sapaan Bliss             “Ah tidak, aku sedang mencoba teknologi baru yang sedang kami kembangkan. Benda ini seperti sebuah chip yang bisa menempel di mana saja. Chip ini dapat merubah citra warna kulit tubuhmu. Tidak hanya membuatnya lebih gelap atau lebih terang tapi benda ini memiliki lebih dari 200 warna yang bisa dipilih dan akan dikembangkan dengan menambah motif. Jadi kau tidak perlu berjemur atau mengurung diri agar menjadi lebih gelap atau terang. Jika sudah dikembangkan kearah motif, kau tidak perlu melakukan tattoo lagi. Mau melihatnya?” Bliss menjelaskan dan diakhiri dengan menawarkan sebuah demo.             “Ya tolong warna hijau” Sam menjawabnya dengan serius. Bliss yang menempelkan alat itu di pergelangannya mencari palette warna hijau dan memilih salah satu warna di dalamnya. Benar saja! Setelah memencetnya seketika tubuh Bliss menjadi hijau.             “Sekarang kau seperti katak” Sam mengacungkan kedua jempolnya, memuji teknologi yang baru saja dijelaskan oleh Bliss.             “Cukup, Bliss apakah prosesnya sudah selesai?” Kare menghentikan pembahasan menarik ini dan langsung ke inti poin mengapa mereka ada di situ sekarang. Proses Lapsoina sudah selesai beberapa jam sebelum mereka sampai. Bliss juga sudah menyiapkan semuanya. Karena urusan mereka di Bogola sudah selesai, mereka meninggalkan bumi bagian itu dan kembali ke Disep. Padahal Sam dan Sitma terlihat sangat menyukai tempat ini.      
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN