Bagai seekor burung yang terbang tinggi lalu dalam sekejap mata ia terhempas jatuh ke dasar bumi, sakit. Itulah yang dirasa hati ini. Di saat ada secercah harapan untuk merajut asa bersamanya, dan di saat itu pula semua angan beterbangan bak tertiup angin kencang. Aku menganggukkan kepala tanpa kata, apalah daya aku tak bisa memaksanya untuk tetap bersama, jika cinta ingin pergi maka lepaskanlah jangan pernah menahannya. "Kamu setuju 'kan, Mir, kalau kita berpisah?" tanya Mas Heri. Lidah ini kelu tak sanggup menjawabnya, hanya bisa diam sambil menahan buliran bening yang mungkin akan mengalir deras. "Apa ini semua karena perempuan tadi?" tanyaku dengan tenggorokan tercekat. "Bukan, Mir. Aku ... aku cuma pengen kita bahagia aja, selama kita bersama aku ga pernah rasakan itu dan aku j

