BAB 1
**********
CERITA INI HANYALAH FIKTIF BELAKA
JIKA ADA KESAMAAN DALAM BENTUK APAPUN, ITU SEMUA HANYALAH KETIDAK SENGAJAAN
**********
Adalah hal yang menyakitkan, saat kita telah menikah, namun masih merasa sepi.
Pasangan hidup yang harusnya bisa menjadi teman dalam segala hal, namun seperti orang asing.
Hanya karena tak mampu menerima kekurangan diri kita.
Itulah yang dirasakan Emilia. Wanita dengan paras cantik, bertubuh tinggi langsing, namun berda*da rata.
Sudah hampir setahun Emilia menikah dengan Robby, lelaki yang dijodohkan oleh orang tuanya. Robby yang sama sekali tak pernah menyentuhnya.
"Ck, kamu telanjang bulatpun tak akan mampu membangkitkan gairahku, Em!" ketus Robby saat Emilia menyambutnya pulang dari kantor. Saat itu Emilia mengenakan lingerie seksi dengan potongan d**a rendah. Menampilkan d**a nya yang kecil tanpa belahan.
Setengah mati Emilia membangun rasa percaya dirinya mengenakan kostum kurang bahan itu. Berharap Robby menyentuhnya kali ini. Sekali saja. Sekali ini saja.
Air mata Emilia tak sanggup lagi terbendung, menggigit bibir bawahnya mencoba menahan sesak yang menyeruak dalam d**a.
"Sebegitu hinanya kah diri ini dihadapan suamiku sendiri? , " ratap Emilia dalam hati.
Bergegas dia mengenakan Blezer untuk menutupi tubuhnya. Lalu dengan cepat menetralkan rasa sakit di hatinya.
"Mas, mau makan dulu? Aku tadi sudah masak tumis brokoli udang kesukaan Mas." ucap Emilia berusaha seriang mungkin.
"Tidak perlu! Aku sudah makan di luar!" ketus Robby lagi lalu masuk kamar.
*******
"Papa... Mama....." isak Emilia dalam tidurnya.
Mimpi itu terulang kembali setiap malam. Rasa rindu Emilia terhadap Papa dan Mama nya yang telah meninggal. Kecelakaan mobil telah merenggut nyawa keduanya setahun lalu. Mamanya langsung tewas saat kecelakaan terjadi. Sedangkan Papanya sempat koma beberapa hari di Rumah Sakit. Saat itulah Papa berwasiat agar Emilia menikah dengan Robby, anak sahabat baiknya.
Papa berharap Robby bisa menjaga Emilia, saat sudah tak ada lagi yang Emilia punya di dunia ini. Emilia adalah anak tunggal sekaligus pewaris tunggal perusahaan perhotelan yang sudah menganak cabang hingga ke luar negeri.
"Kamu mimpi buruk lagi? " ucap Robby pelan membangunkan Emilia.
"Minumlah" sambung Robby seraya memberikan segelas air putih dari atas nakas.
Emilia segera meraih gelas itu dan mereguk isinya hingga tandas.
"Aku rindu Papa, Aku rindu Mama" ucap Emilia lirih. Demi apapun, suaranya terdengar sungguh pilu. Bahkan Robby pun ikut terenyuh.
"Besok kutemani berkunjung ke makam Papa Mama. Sekarang, kembalilah tidur!" Robby mengusap kepala Emilia menenangkan.
"Peluk aku, malam ini. Malam ini saja." lirih Emilia menatap Robby penuh harap.
*********
"Yaa, aku segera kesana" ucap Robby di telepon saat sarapan pagi.
"Em, sepertinya aku tidak bisa menemanimu ke makam Papa Mama kali ini. Ada masalah di kantor. Aku pergi" ucap Robby buru-buru pergi bahkan belum sempat Emilia menjawab.
Selalu, selalu seperti ini. Setiap apa yang direncanakan akan kandas di tengah jalan.
Entah masalah pekerjaan, meeting dadakan, dan apapun itu, selalu saja ada alasan Robby untuk mengagalkan rencana mereka.
Bergegas Emilia menyelesaikan sarapannya. Membereskan meja dan mencuci peralatan makan. Setelah itu dia meraih gawainya dan menghubungi nomor Rea, sahabat terbaiknya sejak masa SMA.
"APAAN, PAGI PAGI UDAH TELPON WOOYY!! GANGGU ORANG TIDUR AJA!!!" langsung terdengar suara pekak dari seberang sana.
"Santai dong buk, jangan ngegas! lagian anak perawan jam segini belum bangun si? pantesan berat jodoh loe!!" sambar Emilia.
"MENDING BERAT JODOH DARIPADA DIJODOHIN SAMA BERUANG KUTUB!"
"Tapi beruang kutubnya tampan, boo'" sahut Emilia tak mau kalah.
"PERCUMA TAMPAN, TAPI DINGIN KAYAK ES. ES KUTUB, KUTUB UTARA PULAK"
"Apaan sih, udah ngelanturnya!Setengah jam lagi gue jemput, temenin ke makam Mama Papa!"
"SETENGAH JAM JIDAT LOE BISULAN! KASI WAKTU BUAT GUE MANDI AMA DANDAN SYANTIK DULU LAH! "
"Jan banyak cincong deh, Re! Gue OTW!" klik! Emilia menutup telepon.
Begitulah mereka, dua sahabat lama yang masih klik sampai sekarang. Blak-blakan dan apa adanya.
********
"Bapak negara kemana lagi kali ini? " tanya Rea tanpa basa basi sesaat setelah masuk ke dalam mobil Emilia.
"Biasalah, ngurus kerjaan"
"Kerjaa terooosss, sampe lupa bini cantiknya jamuran, kagak pernah di jamah" seloroh Rea.
"Iya cantik, tapi teposssss" tukas Emilia satire. Menyindir diri sendiri.
"Makanya suruhlah si beruang kutub rajin-rajin ngejamah bagian yang tepos! nanti juga gede !" sahut Rea nge-gas.
"Ngawurrrrrr!!!!!"
"BENERAN!!!!!"
"Teori darimane??"
" Ga percaya loe??? makanya dicoba!"
"Ngawurrr!!!!!!"
"Tar malem di coba Em! Remes remes dong bang Robby, ouh ouhhh! hahahahaaa" Rea tergelak hingga pekak di telinga.
Dah lah
***********
"Laper gue! Cari makan kuy! ucap Rea sesaat setelah dari pemakaman.
"Sama, gue juga laper. Mau makan apa?" sahut Emilia.
"Apa ajalah. Jalan aja dulu tar kalo ketemu resto kita makan di situ."
"Okay ciin"
Setelah berjalan beberapa kilometer, Emilia menepikan mobilnya masuk ke pelataran sebuah restoran spesialis menu ayam. Dari depan terlihat banner menu segala olahan ayam. Ayam goreng, penyet, bakar, rica, ayam bumbu taliwang, woku dan masih banyak lagi.
Resto bernuansa lesehan dengan konsep saung-saung ini terbilang cukup ramai. Apalagi mereka datang disaat jam makan siang. Emilia dan Rea masuk ke dalam, mencari saung yang masih kosong.
Tak sengaja mata Emilia menangkap sosok lelaki yang tak asing baginya, sedang duduk di salah satu saung, dengan seorang wanita.
"Robby! itu Robby" pekik Emilia dalam hati.
Ya, tak salah lagi lelaki itu memang Robby, suaminya. Emilia berdiri memating, menatap suaminya sedang bersama perempuan lain. Perempuan cantik dengan tubuh seksi padat berisi.Entah mengapa mata Emilia langsung menuju ke bagian d**a perempuan itu. Besar! lirihnya dalam hati.
Aduhai mesra, mesra sekali, Robby memperlakukan perempuan itu. Sesekali mereka saling suap, lalu bertukar senyum. Ada yang nyeri di dalam sana, di relung hati Emilia. Robby yang sedingin es kutub saat bersamanya, bisa semesra itu kepada perempuan lain.
Siapa perempuan itu? Ada hubungan apa dia dengan suaminya? Apakah mereka selingkuh? Pertanyaan pertanyaan itu seketika berputar di kepalanya.
"Woyy! ngapain sih loe? Malah bengong dimari!! " tegur Rea mengagetkan Emilia.
"Eh, gakpapa kok, gue gakpapa! Udah dapet saungnya? masih ada yang kosong gak? " gagap Emilia, seraya menngandeng lengan Rea agar segera berlalu dari tempat itu.
Emilia tak ingin sahabatnya itu tau ada Robby di sini yang sedang bersama perempuan lain.
"Noh, disono masih ada saung kosong! kuy buruan, sebelum di tempatin orang!" ucap Rea sambil berjalan
********
" Pesen apa?, ayam woku enak deh keknya Em, Eh atau ayam taliwang enak ini" gumam Rea sambil melihat lihat menu.
Sedang Emilia yang diajak bicara justru terdiam melamun. Pikirannya mengawang pada Robby dan perempuan tadi.
"Woy!!!! EMILIA NADA HUNTORO!!! pesen apa????" teriak Rea.
" Astagah Rea! Bisa gak sih loe gak tereak- tereak sekali aja!!! Loe mau gue jantungan?" kesal Emilia.
"Lagian Loe ngapain si??? Bengong mulu dari tadi! Abis dari makam terus Loe kesambet setan kuburan??? Dih ngeri kalilah, jangan ganggu kita mbah, jangan gangguuuuuu!!!!" seloroh Rea dengan ekspresi ketakutan yang dibuat-buat.
"Apaan sih loe! ngelantur mulu kerjaan loe!!"
"Yaudah makanya buruan , mau makan apa? Loe musti cepetan makan, biar gak kesurupan! " teriak Rea sambil menyodori Emilia sebuah buku menu.
"Eloe tuh yang kesurupan! Tereak tereak mulu kayak setan!!! "
Pelayan yang sedang menunggu mereka terlihat bingung, jadi siapa yang kesurupan?????
*********
"Lama banget ya ga dateng dateng makanannya? Keburu laper padahal!" sungut Rea tak sabaran.
"Sabar kali Re! namanya juga jam makan siang, pesanan pasti membludak. Liat aja nih rame banget restonya". tukas Emilia menenangkan .
"Gue ke tolet dulu deh" pamit Rea.
"Mau ditemenin gak? Berani emang? Kan tadi abis dari makam? Takutnya ada setan kuburan yang nempel di belakang loe!" ucap Emilia jahil.
"Sialan Loe! Dah lah, loe tunggu di sini, ntar kalo ditinggal malah di embat orang saungnya! " Rea bergegas.
*******
"Em....." ucap Rea sesaat sekembalinya dari toilet.
"Paan?" Sahut Emilia acuh tak acuh sambil menikmati sedapnya ayam taliwang racikan resto ini.
"Em...."
"PAAN SIH????" Emilia nge-gas.
"Lah nge-gassss!!! kesambet beneran loe????"
"Ya eloe ngapain si ?!? daritadi Am Em Am Em, gak jelassss"
"Heheee, oke makan dulu mbah, jangan marah mbah, jangan ganggu kita" Rea cengengesan.
" Gila loe!!" pungkas Emilia.
********
"Mau langsung pulang?" tanya Emilia pada Rea saat mereka sudah selesai makan.
"Iya deh, capek gue. Yok pulang" sahut Rea.
Emilia berjalan pelan saat melewati saung tempat Robby duduk bersama perempuan lain tadi. Kosong. Rupanya Robby sudah meninggalkan saung itu.
"Em,..." ucap Rea.
"Paan lagi?"
"Udah kenyang masih nge-gas aja sih Em!"
"Ya eloe, ngeselin mulu, Re!"
"Em...."
"Tuh kan???? Lagi????"
"Dengerin gue dulu makanya, dodollll!!!"
"Apa?"
"Tadiii.... gueee... ngeliat Robby di saung itu!
Sama....perempuan lain!"
Astagah!!! Rea tau!!!!
********
TO BE CONTINUED
MASIH PEMULA MOHON KRITIK DAN SARANNYA YAAAA
SELAMAT MEMBACA,