Perawan Tua

1433 Kata
Virsi sedang menikmati sarapan paginya saat mommy Vanya kembali melontarkan pertanyaan yang membuat nafsu makannya lenyap tak bersisa! “Kenapa chat Mommy semalam tidak dibalas?” tanya mommy Vanya tanpa basa basi. Memang, semalam Virsi tiba di rumah cukup larut, menjelang tengah malam, tidak heran kalau sang mommy sudah terlelap membuat Virsi bisa menghindar dari pertanyaan yang membuatnya kesal, tapi sayangnya pagi ini Virsi tidak bisa lagi menghindar! Gadis itu memutar bola matanya dengan gemas, kesal karena sarapan paginya terganggu dengan pertanyaan yang membuat harinya langsung suram! “Mom, tolong jangan mendesakku lagi dengan yang namanya perjodohan! Aku tidak ingin diperkenalkan dengan anak dari teman Mommy! Aku tidak ingin diperkenalkan dengan siapapun!” tegas Virsi. “Memangnya kenapa? Apa kamu sudah punya calon sendiri? Sepertinya tidak, karena dalam beberapa tahun terakhir kamu tidak terlihat berkencan dengan siapapun!” “Mom…” “Mommy hanya ingin melihat kamu menikah! Bukan hal yang aneh kan mengingat hanya kamu satu-satunya putri Mommy dan Daddy?” ucap mommy Vanya sendu, tidak memberi waktu bagi Virsi untuk mendebat. Virsi mendesah pasrah. Jika mommy Vanya sudah terlihat sendu seperti ini, Virsi pun tidak tega mendebatnya lagi. Tidak ingin membuat sang mommy sedih. Virsi melirik ke arah sang daddy, daddy Regan, berharap mendapat pertolongan. Dan keinginannya terkabul karena daddy Regan langsung menyela, “Sudahlah, Honey. Virsi sudah dewasa, biarkan dia memilih sendiri pria yang ingin dinikahinya. Kita tidak perlu ikut campur!” “Masalahnya adalah putri kita ini terlalu mandiri hingga enggan berdekatan dengan makhluk yang bernama pria!” sungut mommy Vanya, kembali bersikap menyebalkan. Hilang sudah raut sendu yang diperlihatkannya tadi. “Astaga, Mom! Aku tidak seperti itu! Aku juga ingin menikah, tapi tolong beri aku waktu! Masalahnya adalah aku belum menemukan pria yang ingin aku nikahi!” “Sampai kapan Mommy dan Daddy harus menunggu? Usia kamu sudah 32 tahun! Kamu tidak ingin disebut sebagai perawan tua kan?” “Mom!” sentak Virsi, kesal jika sang mommy sudah mengungkit mengenai usianya! Bukankah bagi seorang gadis usia adalah urusan yang sensitive? Begitu juga untuk Virsi! Ditambah lagi dengan kalimat ‘perawan tua’ membuat Virsi sakit hati! Virsi membanting sendok makannya dengan kesal dan pergi meninggalkan rumah, lebih baik sarapan diluar! Dirinya tidak peduli kalau sikapnya sudah masuk ke dalam kategori kurang ajar. Selama ini Virsi selalu menahan diri jika mommy Vanya mengungkit mengenai masalah perjodohan dan pernikahan, tapi sekarang Virsi sudah tidak tahan lagi! Setiap malam Virsi berdoa agar Tuhan mempertemukannya dengan pria yang tepat dan bisa diajak berkomitmen, tapi bukan salah Virsi jika doanya belum terkabul kan? Padahal Virsi sudah berdoa kepada Tuhan, pihak yang tepat, karena bukankah katanya jodoh di tangan Tuhan? Tapi sayang, Tuhan belum menjawab doanya! “Virsi!” panggil mommy Vanya, namun Virsi enggan menoleh. Dirinya perlu ketenangan! “Honey!” tegur daddy Regan, ikut kesal melihat sikap sang istri yang terlihat begitu mendesak putri tunggal mereka. Dan kesal karena suasana di meja makan menjadi tidak enak seperti ini. Padahal hari masih pagi, kenapa sudah memulai pertengkaran? Serius, daddy Regan tidak habis pikir dengan sikap istrinya. “Kenapa putri kamu begitu keras kepala?” “Tidak seharusnya kamu mendesak Virsi seperti itu!” “Tapi…” “Aku tidak ingin kamu mendesak Virsi lagi seperti tadi. Apa kamu mau putri kita cepat menikah tapi tidak hidup bahagia?” sela daddy Regan. “Tentu saja tidak! Aku ingin melihat putriku bahagia!” “Kalau begitu kamu harus bersabar, pernikahan bukanlah sebuah perlombaan, jadi jangan pertaruhkan masa depan dan kebahagiaannya dengan pria yang tidak diinginkan,” nasehat daddy Regan membuat mommy Vanya bungkam, menyadari keegoisannya. “Sorry. Mungkin karena aku iri melihat temanku yang sudah menggendong cucu. Mereka selalu membicarakan mengenai cucu mereka, sedangkan aku? Calon menantu saja belum ada!” keluh mommy Vanya membuat daddy Regan sedikit melunak, sadar kalau sang istri hanya merasa kesepian karena tidak ada cucu yang bisa diajak bermain. “Aku paham, tapi setiap orang memiliki jalan hidupnya masing-masing, termasuk putri kita. Kamu bersabar saja, okay?” bujuk daddy Regan. “Hmm… okay.” Dan setelah itu mereka melanjutkan sarapan dalam diam. Jauh di dalam lubuk hati, mommy Vanya merasa sedikit bersalah akan sikap dan ucapannya pada Virsi, tapi di sisi lain, dirinya juga masih ingin berusaha membujuk sang putri agar setuju untuk dijodohkan dengan putra dari teman baiknya! Kediaman keluarga Parker… Rex menyantap sarapan sambil fokus menatap tab di tangan kirinya. Mengurus pekerjaan. Namun konsentrasi Rex terpecah saat mendengar pertanyaan mommy Kirei. “Jadi kapan kamu ada waktu luang?” “Waktu luang? Untuk apa, Mom?” “Mommy ingin memperkenalkan kamu dengan putri dari teman baik Mommy!” Rex tersedak saat mendengar jawaban mommy Kirei, tidak menyangka kalau sang mommy akan membahas hal itu sepagi ini. Astaga! “Mom! Bukankah semalam Mommy setuju untuk memberiku waktu selama 6 bulan?” tanya Rex, mengingatkan mommy Kirei akan pembicaraan semalam. “Memang, tapi apa kamu yakin bisa menemukan gadis yang layak kamu nikahi dalam jangka waktu 6 bulan?” tanya mommy Kirei. ‘Tidak. Tentu saja tidak! Karena aku memang tidak ingin mencari gadis untuk dinikahi!’ batin Rex cepat, namun enggan menyuarakannya. “Mom…” “Apa kamu tau kenapa Mommy sangat ingin melihat kamu menikah? Karena Mommy tidak ingin lagi melihat kelakuan liar kamu yang sering berganti wanita hampir setiap malam! Mommy tidak suka itu, Rex!” sela mommy Kirei cepat. “Tapi, Mom…” “Mommy ingin kamu menemukan gadis yang baik, Rex. Bukan wanita mu-rahan yang hampir setiap malam kamu temui! Lagipula bagaimana bisa kamu bersikap seliar itu? Padahal Daddy kamu tidak pernah berkelakuan seperti itu!” keluh mommy Kirei membuat daddy Rafael tersenyum bangga. Ya, sebagai seorang dokter spesialis, dirinya memang lebih sering berkutat di rumah sakit daripada bar atau diskotik. Lebih baik mengurus pasien! Dan lagi dirinya sudah bertemu dengan wanita seperti Kirei, untuk apalagi mencari wanita lain kan? Istrinya berjuta kali jauh lebih baik daripada wanita manapun! “Mom, aku hanya ingin menikmati hidup di sela-sela kesibukan perusahaan yang membuatku hampir gila!” ucap Rex membela diri. Ya, sejak usia 24 tahun, Rex memang sudah mulai merintis usahanya sendiri, enggan mengikuti jejak sang daddy. Rex tidak ingin berkutat dengan segala macam hal yang berhubungan dengan dunia kedokteran. Baginya kehidupan bisnis alias mengurus perusahaan jauh lebih menyenangkan daripada harus berkutat dengan yang namanya pasien, penyakit dan jenazah setiap harinya! Rex tidak ingin mengikuti jejak daddy Rafael ataupun almarhum grandpa Rayhan! Dan kerja kerasnya membuahkan hasil beberapa tahun kemudian, berkat kelihaiannya dalam mengambil keputusan dan kesempatan membuat Rex berhasil menjadi pengusaha muda yang layak diperhitungkan keberadaannya. At least rambut Rex masih hitam, belum beruban seperti seorang kakek! “Tapi kenapa harus mencari kesenangan seperti itu? Bahaya, Rex!” Rex mendengus, sadar kemana arah pembicaraan sang mommy. Tapi demi Tuhan, Rex sama sekali belum pernah tidur dengan seorang wanita. Selama ini dirinya selalu bermain aman, tidak pernah menjajakan ju-nior miliknya kepada setiap perempuan. Serius, selama ini Rex hanya menikmati permainan o-ral mereka, bukan masuk ke dalam sangkar yang sudah longgar karena terlalu sering melayani banyak pria! Rex juga takut terkena penyakit! Tapi Rex hanya diam, enggan mengklarifikasi dugaan mommy Kirei yang pasti menjurus ke arah negative dan mengira dirinya sudah tidak perjaka! Eh, Rex belum pernah memasukkan ju-niornya ke dalam milik seorang wanita, itu berarti dirinya masih perjaka kan? Bukankah o-ral sama seperti bermain solo? Bedanya bermain solo menggunakan tangannya sendiri, sedangkan o-ral melalui pihak ketiga yang adalah seorang wanita pang-gilan! “Tenang saja, Mom. Aku selalu bermain aman! Jangan khawatir!” kekeh Rex sambil mengedip genit tanpa meluruskan dugaan buruk sang mommy. Mommy Kirei menghela nafas dalam, lelah menasehati putra sulungnya. Memang benar, jika sudah dewasa, anak sudah tidak bisa lagi dinasehati. Percuma! Pembicaraan mereka berakhir saat Nathan, asisten pribadi Rex, muncul. Melihat Nathan, Rex seperti melihat malaikat penyelamat yang datang di waktu yang tepat! “Baiklah, aku sudah harus berangkat sekarang. Aku pergi dulu, Mom, Dad!” pamit Rex sambil mengecup pipi mommy Kirei dan melambaikan tangan ke arah daddy Rafael. “Kita ke Café December!” perintah Rex kepada supir setelah dirinya duduk nyaman di dalam mobil membuat Nathan mengernyit bingung. “Apa anda memiliki janji temu di café itu, Boss?” tanya Nathan bingung, karena seingat Nathan, bossnya tidak memiliki janji temu dengan siapapun pagi ini. Nathan yang selama ini mengatur jadwal Rex, tidak heran kalau pria itu bingung! “Tidak, hanya saja sarapanku terusik karena Mommy membahas mengenai perjodohan!” keluh Rex membuat Nathan mengulum senyum namun tidak berkomentar. Sementara itu sang supir dengan luwes memutar kemudi mobil menuju café yang ingin didatangi oleh bossnya! Rex tidak menyadari kalau rencana hidupnya akan berubah sebentar lagi akibat doa yang diucapkannya secara asal semalam!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN