The Grand Ballroom – Mulia Hotel Jakarta…
“Bride and groom ready!” ucap salah seorang crew WO (Wedding Organizer), berbicara dengan teman satu team melalui HT (Handy Talky) yang dipasangi earphone.
“Okay! MC grand opening sekarang!”
“Dan sekarang marilah kita sambut kedua mempelai yang berbahagia malam ini, Sandy dan Melissa!” ucap MC dengan suara memenuhi ballroom, tidak heran kalau fokus para tamu undangan langsung tertuju kepada pintu utama dimana kedua mempelai akan masuk ke dalam ruangan resepsi.
“Buka pintunya!” ucap crew WO memberi kode.
Pintu terbuka secara bersamaan, kompak. Kedua mempelai masuk dengan senyum lebar, tampak bahagia, diiringi oleh tepuk tangan para tamu. Terdengar begitu meriah, bahkan tidak jarang para tamu mengabadikan moment prosesi masuk pengantin dengan menggunakan ponsel pribadi, entah untuk apa.
Virsi Bellvania, gadis berusia 32 tahun, pemilik WO yang menangani acara pernikahan Sandy dan Melissa tersenyum puas melihat kinerja teamnya yang begitu rapi dan kompak.
Tidak heran, setelah berkecimpung di dalam dunia WO selama belasan tahun membuat Virsi, nama panggilannya, bisa memilih orang yang tepat untuk bekerja di bawah naungan WO miliknya yang tidak bisa dianggap remeh.
Dan Virsi benar-benar bersyukur dengan team yang dimilikinya. Team yang selalu bisa diandalkan meski dalam setiap acara pasti ada beberapa hal yang tidak terduga dan memerlukan kecepatan serta ketepatan dalam memutuskan sesuatu, terlebih acara pernikahan yang begitu sakral dan spesial.
Virsi menghampiri salah satu crew WO yang sedang berdiri di dekat pelaminan. Bersikap siaga jika mempelai atau orangtua membutuhkan bantuan.
“Acara aman kan?” tanya Virsi
“Aman donk!” jawab Amel, salah satu crew kepercayaan yang sudah mengikutinya sejak 8 tahun lalu. Di saat wanita itu masih menjadi seorang gadis hingga sekarang sudah memiliki dua orang anak! Time flies!
“Good job!” puji Virsi.
Gadis itu memandang ke arah pelaminan dimana kedua mempelai masih sibuk bersalaman dengan para tamu yang jumlahnya memang tidak sedikit.
Tatapan matanya terlihat sendu meski hanya sesaat, berpikir kapan dirinya akan berada di posisi itu? Menikah dengan pria yang dicintai maksudnya. Namun Virsi dengan cepat menggeleng dan mengusir jauh-jauh pikiran itu.
Sekarang bukan saatnya berpikir mengenai hal pribadi! Acara belum berakhir yang berarti pekerjaan dan tanggung jawabnya juga belum selesai! Dirinya masih harus memastikan acara berjalan dengan aman dan lancar sampai ratusan tamu yang hadir kembali pulang ke rumah masing-masing!
Dengan pemikiran itu Virsi kembali melangkahkan kaki, memastikan semua teamnya bekerja dengan baik dan sesuai arahan saat briefing!
Tiga jam kemudian…
Virsi duduk di salah satu kursi sambil menikmati cream soup, rasa hangat yang mengalir ke tenggorokan membuat lambungnya yang meronta kelaparan sejak tadi bungkam meski hanya sementara. Ya, setiap kali event, dirinya memang enggan menelan apapun sampai acara benar-benar berakhir. Entah kenapa nafsu makannya selalu lenyap jika bekerja, mungkin karena terlalu khawatir, takut acara tidak berjalan lancar.
Virsi menyuap satu sendok terakhir dan mengambil minuman, menghampiri pengantin yang terlihat lelah namun bahagia. Saatnya mengucapkan selamat kepada klien yang telah dibantunya selama hampir satu tahun terakhir.
“Halo, Pengantin Baru! Bagaimana? Capek?”
“Capek banget! Aku nggak nyangka kalau nikah akan secapek ini!” jawab Melissa cepat, tanpa keraguan, membuat Virsi tertawa kecil.
“Begitulah! Tapi akhirnya semua acara berjalan dengan lancar.”
“Semua lancar karena bantuan kamu dan team yang sudah mengatur acara kami dari awal persiapan sampai selesai malam ini!” jawab Sandy.
“Iya benar! Andai nggak ada kamu dan team WO yang handal, aku dan Sandy pasti bakal stress banget! Thanks a lot, Virsi!” tambah Melissa sambil memeluk Virsi, mengungkapkan rasa terima kasihnya.
Virsi tersenyum lebar dan pamit setelah memastikan acara sudah selesai sepenuhnya.
“Sekali lagi thank you buat kerjasama kalian yang selalu kompak. Kalian benar-benar team terbaik!” puji Virsi sambil mengacungkan kedua jempol tangannya.
“Dan sekarang waktunya kita pulang!” ajak Virsi membuat mereka bersorak senang, bahagia karena acara yang melelahkan berakhir dengan baik.
Virsi sedang melangkahkan kaki menuju mobil saat ponselnya berdenting. Pesan dari mommy Vanya, mommynya tercinta yang bawel.
‘Virsi, teman Mommy punya anak cowok dan belum menikah. Ganteng dan mapan, dia punya usaha sendiri. Mommy kenalin mau ya? Mommy ingin melihat kamu menikah.’
Itulah isi pesan dari mommy Vanya. Virsi menghela nafas lelah, bosan dengan pembahasan seperti ini. Perjodohan, itulah yang mommy Vanya lakukan selama dua tahun terakhir. Berusaha membujuk Virsi untuk mencari pasangan hidup agar bisa menikah secepatnya! Bahkan kalau bisa menikah tahun ini juga!
Pertanyaan seperti kapan menikah? Siapa pacarnya sekarang? Dan mau sampai kapan hidup sendiri sudah sering dirinya dengar sampai bosan!
Serius, Virsi lelah! Siapa juga yang tidak ingin menikah? Virsi juga ingin menikah! Masalahnya adalah dirinya belum menemukan pria yang tepat! Dan jika pria yang tepat belum muncul, Virsi tidak mungkin menikah dengan sembarang pria kan?
Pria yang disodorkan kepadanya memang bukan pria sembarangan. Bisa dibilang berkualitas. Tampan, mapan, mandiri dan beberapa hal positif lainnya, tapi jika dirinya merasa tidak cocok masa harus dipaksakan? Tidak mungkin kan?
Menikah adalah hal sakral yang hanya dilakukan sekali seumur hidup, Virsi ingin menikah dengan pria yang ia cintai dan yang pasti mencintai dirinya. Virsi tidak ingin menikah hanya karena dikejar usia dan target! Dengan malas Virsi memasukkan kembali ponsel ke dalam tas besar miliknya, tanpa membalas pesan sang mommy. Lebih baik pulang ke rumah secepatnya, mandi dan istirahat!
Virsi lelah dengan pekerjaannya! Dan lelah dengan hidupnya!
***
Rex Xander Parker, pria tampan berusia 35 tahun, sedang asyik bersenang-senang dengan dikelilingi beberapa wanita di salah satu bar eksklusif. Ditambah dengan beberapa botol wine dan gin yang selalu siap sedia untuk memeriahkan suasana. Nathan, asisten pribadi Rex, hanya bisa menggeleng pelan melihat kelakuan bossnya yang playboy.
Bukan hal yang aneh mengingat Rex memang suka bersenang-senang dengan banyak wanita sejak dulu, tapi tetap saja Nathan tidak habis pikir, bagaimana bisa bossnya menjadi playboy sejati begini? Dan apa alasannya? Menurut Nathan, bossnya memiliki hobby yang tidak bertanggung jawab!
Pikiran Nathan akan alasan keplayboyan bossnya terhenti saat Rex keluar dari private room yang disewanya, apalagi wajah si boss terlihat kesal.
‘Apa wanita yang di dalam tidak bisa menyenangkan hati si boss?’ batin Nathan heran.
Dan lebih heran lagi saat mendengar ucapan si boss selanjutnya,
“Kita pulang!” ajak Rex kesal membuat Nathan mengernyit dan refleks melirik jam di tangan kirinya. Baru jam 11 malam, tapi kenapa bossnya ingin pulang? Padahal biasanya baru pulang jam 2 pagi! Tumben!
“Jangan bertanya apapun, kamu pasti sudah tau alasannya!” ketus Rex sebelum Nathan sempat bertanya membuat pria itu mengangguk paham, membenarkan dugaan dalam hatinya. Tidak heran kalau bossnya pulang jam 11 malam, ternyata karena sang mommy, nyonya Kirei, pasti menanyakan keberadaan bossnya!
Rex menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi di mobil mewah miliknya, wajahnya tampak memberengut kesal seperti anak kecil!
Serius, terkadang Rex merasa kesal dengan sang mommy yang memperlakukannya seperti anak kecil! Padahal Rex sudah dewasa! Usianya bahkan sudah menginjak 35 tahun! Tapi sekesal apapun dirinya, Rex sangat menyayangi sang mommy!
Rex melangkah masuk ke dalam rumah mewah milik orangtuanya, daddy Rafael dan mommy Kirei, saat itu juga Rex langsung disambut sang mommy yang terlihat cemas.
“Akhirnya kamu pulang juga! Kenapa setiap hari pulang larut sih? Mommy khawatir!” cecar mommy Kirei yang didampingi sang suami saat putranya baru saja melangkah masuk, persis seperti satpam yang berjaga di ruang tamu!
“Mom, aku sudah dewasa. Mommy tidak perlu khawatir padaku! Lebih baik Mommy mengkhawatirkan Keiko,” keluh Rex menyebut nama adiknya, Keiko Xander Parker.
“Mommy sudah tidak perlu lagi mengkhawatirkan Keiko karena adik kamu itu sudah menikah! Sudah ada pria yang bertanggung jawab untuk mengurus dan menjaganya! Beda halnya dengan kamu yang masih betah melajang di usia seperti ini!” balas mommy Kirei telak membuat Rex mendesah kesal.
Lagi-lagi soal pernikahan! Rex sudah bosan mendengarnya! Untuk apa menikah jika dengan melajang saja dirinya bisa bersenang-senang dengan banyak wanita cantik dan seksi kan? Justru jika menikah, itu akan membuat kesenangannya terganggu!
Rex tidak ingin meninggalkan kesenangan yang bisa membuatnya melayang keenakan!
Rex tidak ingin hidupnya diatur oleh wanita!
Rex ingin hidup bebas tanpa pusing dengan segala macam sikap dan tingkah wanita yang cenderung menjengkelkan!
Dan yang lebih penting, Rex tidak ingin ada wanita yang menyakiti hatinya!
“Mom, di zaman sekarang, bukan hal yang aneh jika pria seumurku belum menikah!”
“Tapi Mommy ingin menggendong cucu, Rex!”
“Keiko kan sudah memberi Mommy dan Daddy cucu!”
“Tapi Mommy ingin menggendong cucu dari kamu! Bukan hanya dari Keiko!” balas mommy Kirei keras kepala membuat Rex mengerang kesal.
Daddy Rafael yang melihat Rex mulai frustasi akhirnya turun tangan, berusaha menenangkan sang istri tercinta yang sudah mendampinginya selama puluhan tahun.
“Sudahlah, My Dear. Jangan memaksa Rex lagi. Jika sudah waktunya, aku yakin Rex akan memperkenalkan seorang gadis pada kita untuk dinikahi.”
“Tapi kapan, Rafa?”
“Aku yakin tidak lama lagi Rex akan memperkenalkan gadis itu kepada kita. Mungkin Rex hanya menunggu waktu yang tepat. Atau mungkin gadis itu sedang mempersiapkan diri untuk bertemu dengan kita. Benarkan, Rex?” balas daddy Rafael membuat Rex dongkol!
Daddy Rafael sebenarnya berniat membantu atau malah mendorongnya ke tepi jurang sih? Gadis mana yang akan Rex perkenalkan dalam waktu dekat jika dirinya saja tidak berniat menikah? Bahkan tidak punya kekasih! Menyebalkan!
Mommy Kirei menggeleng, tidak percaya dengan bujukan suaminya dan mengeluarkan ancaman yang sudah sering dilontarkannya. Ancaman yang tidak pernah ditanggapi serius oleh Rex. Sama seperti malam ini.
“Pokoknya jika dalam waktu 6 bulan ini kamu tidak memperkenalkan seorang gadis pada kami untuk dinikahi, maka Mommy akan mengatur perjodohan antara kamu dengan putri dari anak teman Mommy. Paham, Rex?”
“Okay, Mom! Aku janji akan memperkenalkan seorang gadis pada kalian untuk aku nikahi. Secepatnya!” jawab Rex asal sambil mengangkat bahu, enggan mendebat. Cuma asal bicara. Yakin kalau itu hanya sekedar ultimatum tanpa realisasi!
Rex tidak sadar kalau ucapan adalah doa yang bisa saja langsung dicatat oleh malaikat dan dikabulkan oleh Tuhan, sang pencipta!