Prolog

1242 Kata
Rumah Sakit Permata Indah… “Virsi! Tolong jangan tinggalkan aku! Aku dan Richie membutuhkanmu, Sayang!” panggil Rex dengan wajah panik sambil terus menggenggam tangan istrinya yang terbaring lemah di atas brankar. Sementara para suster mendorong brankar tersebut secepatnya, tidak ada waktu untuk bersantai atau nyawa pasien tidak akan tertolong! Tidak ada respon. Panggilan Rex terabaikan. Istrinya itu tetap diam membisu dengan wajah pucat, seolah tidak ada darah yang mengalir. Padahal tubuhnya bersimbah darah! Rex hanya bisa memaki dirinya sendiri. Memaki kebodohannya. Memaki kelalaiannya. Memaki ketidaktegasannya. Memaki kehadiran wanita dari masa lalunya. Wanita yang kembali hadir saat dirinya sudah hidup bahagia bersama dengan istri dan anaknya. Sialll! Rex masih ingat jelas kecelakaan mengerikan yang terjadi di depan matanya barusan. Saat itu Virsi, istrinya, tiba-tiba saja muncul tanpa pemberitahuan dan memergokinya sedang berduaan di dalam private room sebuah restoran bersama dengan wanita asing yang tidak dikenalnya dengan posisi yang bisa membuat siapapun curiga! Raut marah, kecewa dan sakit hati tercetak jelas di wajah sang istri membuat hati Rex seolah diremas oleh tangan tak kasat mata. Sakit. “Ternyata ini alasannya! Inikah alasan hingga kamu tidak membatalkan kontrak pernikahan kita? Karena kehadiran wanita ini? Aku pikir saat kamu bilang ingin membatalkan kontrak dan meminta pengacara untuk mengurusnya adalah karena kamu tulus mencintaiku! Ternyata aku salah!” ujar Virsi dengan nada pahit, tidak menyangka akan memergoki suaminya bermesraan dengan wanita lain! Inikah yang dinamakan feeling? Awalnya Virsi ingin membahasnya di rumah, setelah Rex pulang kerja, tapi entah kenapa dirinya berubah pikiran dan bertanya pada Nathan, asisten pribadi Rex, dimana suaminya itu sekarang. Dan inilah yang dirinya temukan! Kenyataan yang membuat hatinya sakit seolah ditikam oleh ribuan jarum! Serius, Virsi tidak pernah menyangka kalau dirinya akan kembali dikhianati! Bukankah rumah tangganya dengan Rex baik-baik saja? Lalu kenapa suaminya bermesraan dengan wanita lain? Apa salahnya hingga harus dikhianati seperti ini lagi? Apa dirinya tidak layak bahagia? Pertanyaan itu terus bercokol di dalam benaknya, menuntut jawaban! “Dengarkan penjelasanku dulu, Sayang!” pinta Rex sambil mendorong Luna, mantan kekasihnya. Wanita masa lalu yang memporak porandakan pernikahannya! Virsi memberi tanda agar pria itu tidak mendekatinya, menahan Rex saat pria itu hendak menyentuhnya. Virsi melambaikan amplop cokelat di tangan kanannya. Amplop yang berisi surat perjanjian dari kontrak pernikahan yang telah mereka tandatangani sebelumnya. Kontrak resmi, hitam di atas putih yang memiliki kekuatan hukum. “Pengacara mengirimiku surat perjanjian ini dan mengingatkan kalau kontrak kita akan berakhir seminggu lagi. Awalnya aku kesini ingin menanyakan padamu apakah ada kesalahan? Mengingat saat itu kita sudah sepakat untuk membatalkan kontrak, tapi melihat apa yang terjadi barusan, rasanya aku mengerti. Ini bukanlah kesalahan, tapi memang keinginanmu,” ujar Virsi dengan nada pahit sambil matanya melirik ke arah Luna yang tersenyum licik, bahagia karena rencananya berjalan lancar! “Baiklah, aku tidak akan mempertanyakannya lagi. Aku akan mengatakan pada pengacara bahwa kontrak ini tetap berlaku agar perceraian kita bisa diurus secepatnya. Aku akan pindah dari rumahmu dalam beberapa hari. Mengenai Richie, kamu tidak perlu khawatir, aku tidak akan melarang jika kamu ingin menjenguknya, itupun jika kamu masih menganggap Richie sebagai putramu!” lanjut Virsi yang terlihat begitu terluka dan langsung pergi meninggalkan restoran. Sebenarnya Virsi ingin memberi kabar lain, tapi apa yang dilihatnya barusan membuat wanita itu mengurungkan niatnya. Percuma, Rex sudah memiliki wanita lain! Rex mengumpat kasar dan berlari mengejar sang istri, ingin memberi penjelasan agar tidak salah paham. “Virsi!” panggil Rex panik, penuh ketakutan. Virsi menoleh kaget saat mendengar suara klakson mobil yang melengking nyaring di telinganya. Dirinya ingin menghindar, tapi kakinya enggan diajak bekerjasama! Refleks, Virsi menutupi perutnya dengan kedua tangan, hendak melindungi harta yang paling berharga baginya, tapi percuma, karena di detik selanjutnya tubuh wanita itu terpental akibat dari hantaman mobil hingga tergeletak tak sadarkan diri! “Virsiii!” Rex berteriak pilu waktu melihat dengan mata kepalanya sendiri saat tubuh istrinya dihantam oleh sebuah mobil yang sedang melaju kencang! Tubuh Virsi terpental begitu saja membuat siapapun yang melihat kejadian itu memekik histeris. Shock! Terlebih lagi Rex! Pria itu sampai memucat. Jiwanya seolah terlepas begitu saja dari raganya saat melihat tubuh istrinya terpental dan berakhir tergeletak di aspal! Secepat kilat Rex membawa Virsi ke rumah sakit. Istrinya terlihat mengerikan dengan tubuh bersimbah darah, berbanding terbalik dengan wajahnya yang pucat seolah tak bernyawa! Rex berulang kali memanggil nama Virsi namun tidak berhasil! Dan sekarang, Rex hanya bisa mondar mandir gelisah di depan ruang operasi. Menurut dokter, kondisi istrinya kritis, hal yang membuat kecemasan Rex kian pekat. Rasa takut menyelimuti hatinya. Takut kehilangan. Takut akan apa yang terjadi selanjutnya. “Tuhan, tolong selamatkan nyawa istriku. Tidak pernah sekalipun aku bermaksud untuk mengkhianati kepercayaannya. Tidak pernah sekalipun aku berniat untuk mengkhianati pernikahan kami! Aku tulus mencintainya, Tuhan. Jangan biarkan Virsi berlalu pergi dari sisiku. Aku dan Richie membutuhkannya,” lirih Rex sambil menunduk, menutupi air mata yang menggenang di pelupuk mata. Sibuk merapal doa. Rex baru berhenti bernegosiasi dengan Tuhan saat daddy Rafael muncul ditemani oleh mommy Kirei, orangtuanya itu terengah dengan wajah cemas. “Bagaimana keadaan Virsi, Rex?” “Belum tau, Mom. Dokter masih melakukan tindakan operasi di dalam,” jawab Rex lesu. Daddy Rafael menepuk bahu putranya pelan, memberi kekuatan. “Jangan khawatir, Daddy tau dokter yang melakukan operasi adalah dokter terbaik di rumah sakit ini. Daddy yakin kalau Virsi akan baik-baik saja,” hibur daddy Rafael yang memang mengetahui rekan sejawatnya yang bertugas melakukan operasi pada menantunya. Bukan hal yang mengherankan mengingat ini adalah rumah sakit pribadi milik keluarga Parker yang sudah turun temurun sejak beberapa generasi. Rex mengangguk lesu, tidak bisa berkata-kata. Tenaganya seolah sudah terkuras habis. Tidak berapa lama kemudian pintu ruang operasi terbuka dan muncullah dokter yang menangani istrinya. Raut wajah dokter yang terlihat muram membuat hati Rex semakin cemas, tangannya dingin. Takut mendengar ucapan apapun yang akan terlontar dari bibir sang dokter sebentar lagi. Perasaan Rex semakin tidak enak saat mendengar ucapan dokter yang begitu putus asa. Ucapan yang tidak pernah diduga oleh Rex. “Maaf, kami tidak bisa menyelamatkan bayinya. Istri anda mengalami pendarahan hebat,” sesal dokter sambil menggeleng, merasa gagal. “Bayi?” lirih Rex semakin shock! Rex bahkan tidak tau kalau istrinya sedang mengandung anak kedua mereka! Dan Rex secara tidak langsung membunuh bayinya sendiri! Rex meraung sedih, merasa berdosa. Bagaimana mungkin dirinya bertindak sebodoh ini hingga membuat mereka kehilangan calon bayinya? Jika mengetahui hal ini, Virsi pasti akan semakin membencinya! Mommy Kirei menghampiri putranya, berusaha menopang Rex yang sedang rapuh. “Lalu bagaimana dengan keadaan menantu saya, Dok?” tanya daddy Rafael, mewakili Rex yang sudah terlihat menyedihkan hingga tidak sanggup memikirkan apapun, terlebih lagi setelah mengetahui apa yang terjadi pada bayinya. Bayi yang Rex baru ketahui keberadaannya beberapa saat lalu, bertepatan saat Rex harus mengikhlaskannya! “Operasi berjalan lancar, tapi keadaannya masih kritis. Kami akan lihat perkembangannya dan memantau secara intensif,” ucap dokter yang dipahami daddy Rafael. Tentu saja karena dirinya juga seorang dokter! “Baiklah, tolong usahakan yang terbaik,” pinta daddy Rafael. “Pasti! Kami akan berusaha semaksimal mungkin!” “Terima kasih, Dok. Lalu apa kami sudah boleh melihat kondisinya?” Dokter berpikir sejenak sebelum menjawab, “Sebaiknya untuk saat ini pasien beristirahat penuh, lagipula pasien belum sadarkan diri, tapi jika putra anda ingin melihatnya saya akan memberitahu suster, namun saya tidak bisa memberi waktu terlalu lama. Maksimal 10 menit.” “Tidak masalah.” Rex menatap Virsi yang terlihat seperti sedang tertidur pulas dengan tatapan sendu. Saat itu yang Rex inginkan hanyalah memanggil nama istrinya berulang kali agar wanita yang dicintainya itu terbangun dari tidur lelapnya…
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN