1| Malam yang Berbahaya
"Di mana Bos?" tanya Kim Eun-Ho ketika menghampiri rekannya—Tyler, di depan ruangan yang biasa dipakai sang bos untuk 'bermain' dengan seorang wanita. Atau mungkin lebih tepatnya, menyiksa wanita.
"Di dalam, masuk saja," jawab Tyler, menyuruh Eun-Ho untuk masuk.
Sepertinya Tyler mencium aroma-aroma masalah.
"Jangan bilang dia akan membunuh seorang wanita lagi? Wah, dasar orang gila. Dia hanya membutuhkan wanita untuk pelampiasan saja," ujar Eun-Ho seraya memasuki ruangan itu, di mana bosnya sedang bercinta dengan seorang wanita. Gabriel tampak menikmati pelayanan yang diberikan oleh wanita seksi tersebut.
Eun-Ho menyipitkan matanya ketika melihat seorang wanita berambut brunette naik turun dengan penuh semangat di atas tubuh bosnya, mendesah kesetanan sembari meremas sprei dengan erat.
Bosnya—Gabriel Blackwood. Semua orang yang terlibat di dunia bawah menyebutnya dengan sebutan Blackwood dan merupakan ketua mafia yang memiliki enam juta anggota yang tersebar di sepuluh negara.
Gabriel merupakan orang terkaya terkemuka dengan jumlah kekayaan mencapai $182 miliar. Dia juga memiliki banyak perusahaan dan bisnis bersih seperti hotel, kuliner, dan wisata yang dikelola oleh anggota kepercayaannya.
Namun, bisnis bersih itu hanyalah sebuah kedok untuk menutupi kejahatan dan kekejamannya di dunia gelap.
Gabriel sendiri tampak tidak terpengaruh meski wanita itu semakin meliuk-liukkan badannya. Wajahnya dingin dan datar, hanya saja kulit tubuhnya memerah karena panas yang dihasilkan oleh penyatuan tersebut.
Eun-Ho sudah terbiasa melihat ini. Gabriel akan mengundang wanita mana pun ke kamar privatnya dan akan membuang mereka 'setelah dipakai' seperti sampah.
Eun-Ho menunggu Gabriel selesai dengan kegiatannya sambil menyilangkan tangan di d**a sembari bersandar di dinding. Tak lama setelahnya, suara lenguhan keras menggelegar di ruangan itu. Wanita itu mencapai puncak dari permainan mereka dan seluruh tubuhnya bergetar hebat.
Gabriel melirik Eun-Ho sesaat. Eun-Ho mengernyit saat aroma percintaan begitu kental di ruangan itu.
"Apa yang membawamu ke sini?" tanya Gabriel dengan ekspresi yang menunjukkan bahwa Eun-Ho telah mengganggu waktunya.
Eun-Ho menegakkan punggung dan berkata dengan ekspresi serius. "Kita memiliki sedikit masalah, Gab. Ketua dan semua anggota Sevblong telah ditangkap oleh polisi."
Sevblong adalah organisasi mafia yang juga berada di bawah kendali Gabriel. Sevblong merupakan kelompok mafia yang sangat ditakuti oleh masyarakat karena bisnis utamanya adalah perdagangan senjata api, pelacuran, perjudian, pemerasan, hingga pemalsuan.
Gabriel menyingkirkan wanita tadi dari tubuhnya. Ia berdiri dalam keadaan telanjang bulat sebelum memakai bathrobe yang berceceran di lantai.
"Kamu ingin ke mana, Sir? Kita belum selesai, bukan?" tanya wanita itu kepada Gabriel ketika Gabriel hendak meninggalkan kamar.
Gabriel menghentikan langkahnya, kemudian membalikkan tubuhnya dan menatap wanita itu dengan tatapan remeh. Lalu ia kembali berjalan ke luar ruangan yang diikuti oleh Eun-Ho dari belakang.
Ketika ia melewati pintu kamar dan melihat Tyler, Gabriel melirik wanita di dalam kamar tanpa minat.
"Urus wanita itu. Aku tidak ingin melihatnya lagi," titah Gabriel kepada Tyler. Namun, terdapat makna terdapat makna tersirat dari ucapannya, yakni 'bunuh wanita itu'. Gabriel tidak suka melakukan s*ks dengan wanita yang sama. Karena setelah selesai, Gabriel akan membunuh wanita itu dan menghilangkan jejaknya.
"Dan kamu, Eun-Ho. Cari tahu siapa polisi yang menangkap Sevblong dan bunuh polisi itu beserta anggota yang terlibat!" perintah Gabriel, meninggalkan Tyler dan Eun-Ho di depan kamar yang biasa digunakannya untuk bercinta.
*
Sementara itu, di suatu bar terdapat sekawanan polisi yang sedang berpesta merayakan keberhasilan salah satu rekan mereka. Semua orang bersorak-sorai untuknya. Polisi wanita yang kini menjadi pusat perhatian itu memang tidak pernah mengecewakan selama ia melaksanakan tugasnya.
“Selamat, Evelyn! Kamu akhirnya sukses menangkap mafia itu!” ujar Caleb, sang pemimpin kawanan polisi itu. Acara minum-minum malam ini adalah idenya untuk membayar kerja keras Evelyn yang tidak pernah gagal. Apa pun kasus yang ditangani, Evelyn selalu mendapatkan banyak sanjungan atas kerja kerasnya.
“Terima kasih. Aku akan semakin berusaha lagi untuk menangkap mafia-mafia yang sudah meresahkan negeri ini,” jawab Evelyn kepada Caleb.
Evelyn cukup dekat dengan pemimpinnya. Kesuksesan Evelyn menyelidiki kasus-kasus berat membuatnya disukai oleh atasan dan rekan-rekannya. Karena itulah dia sangat terkenal di kalangan polisi.
“Sekarang mari kita semua nikmati kesuksesan Evelyn!” seru Caleb heboh sambil mengangkat gelasnya tinggi-tinggi, yang diikuti oleh bawahannya yang hadir pada acara itu.
Mereka minum-minum hingga larut malam. Evelyn melihat teman-temannya yang sudah tertidur di meja bar karena kebanyakan minum. Hanya Evelyn dan Caleb-lah yang masih tersadar.
“Well, tidak kusangka. Ternyata kamu kuat minum juga,” tutur Caleb melihat Evelyn yang belum mabuk. Wanita itu masih duduk tegak di kursinya.
Evelyn hanya mengangguk kecil. “Hm, aku sudah terbiasa minum. Mungkin karena itu minuman alkohol sudah tidak berefek lagi padaku.”
“By the way, Caleb. Apa kamu ingin pulang dulu? Biar aku yang mengurus pecundang-pecundang ini,” Evelyn melirik teman-temannya yang sudah tidak bisa membuka mata lagi.
“Baiklah, Eve. Kalau begitu, aku akan membantumu membawa mereka ke mobilmu.”
Evelyn memapah lima orang rekan timnya ke dalam mobil secara bergantian yang dibantu juga oleh Caleb. Beruntung tadi mereka pergi menggunakan mobilnya, Evelyn sudah memiliki firasat jika teman-temannya tidak akan ada yang sadarkan diri melewati tengah malam.
“Terima kasih,” ucap Evelyn ketika semua teman-temannya sudah berada di mobil.
Caleb menggaruk tengkuknya dan mendesah panjang. “Tidak masalah, kalian pulanglah dengan hati-hati.”
Ia menutup pintu belakang mobil Evelyn, memperhatikan bawahannya yang mendengkur keras di dalam mobil. Caleb kembali menatap Evelyn dengan ekspresi serius. Walaupun seorang wanita, Evelyn sedikit berbeda dari wanita kebanyakan. Itu sebabnya wanita itu bekerja di kepolisian.
“Perhatikan setiap langkahmu, Evelyn. Yang sudah kamu tangkap bukanlah mafia abal-abal, tetapi itu salah satu kelompok mafia besar. Walaupun kita sudah menangkap semua anggotanya, aku takut masih ada mafia lain yang tidak terima dengan itu dan mencarimu. Sekutunya misal.”
Evelyn mengangguk mantap. “Baiklah. Kau jangan khawatir, aku akan semakin berhati-hati di setiap langkahku.”
“Good. Sekarang antarkan teman-temanmu pulang. Jika terjadi sesuatu, segera hubungi aku.”
“Thanks.”
Dengan begitu, Evelyn pun memasuki mobil dan menyalakan mesin. Caleb juga pergi ke mobilnya yang tidak jauh terparkir dari mobil Evelyn dan segera memutar balik menuju kediamannya.
Evelyn menyetir mobilnya dengan kesadaran penuh. Walaupun dia sudah meminum begitu banyak minuman keras, tapi liquor-liquor itu sama sekali tidak mempengaruhinya. Evelyn telah melatih dirinya supaya tidak mabuk ketika minum.
“Berhenti! Berhentiii!”
Tiba-tiba, Rosaria, salah satu rekan polisi Evelyn yang duduk di bangku penumpang depan, berteriak keras. Evelyn membelalak dan spontan menginjak pedal rem, menghentikan mobilnya secara mendadak.
“What? Apa yang terjadi?” tanya Evelyn bingung.
Rosaria membuka kaca mobil dan mengeluarkan kepalanya dari jendela. Evelyn tersentak, dia tahu apa yang ingin Rosaria lakukan. Dan benar saja, wanita itu langsung memuntahkan semua isi perutnya.
“Hei—kau! Kau mengotori mobilku, sialan!” pekik Evelyn kesal karena muntah Rosaria mengenai pintu mobilnya. Namun, Rosaria tidak memperdulikan ocehan Evelyn. Ia terlalu mabuk dan pusing untuk mendengarkan gerutu Evelyn.
Setelah itu, Rosaria kembali tertidur. Seolah tidak terjadi apa-apa maupun merasa berdosa karena telah menodai mobil Evelyn. Sambil sesekali memandang jijik ke arah Rosaria, Rosalyn mengendarai mobilnya membelah jalanan malam. Ia mengernyit, merasa terganggu dengan muntahan Rosaria yang belepotan di bibir Rosalia.
“Aihhh, menjijikkan sekali!” umpat Evelyn jengkel.
Di tengah-tengah perjalanan, tiba-tiba ada sekumpulan orang berpakaian hitam yang menghadang mobil Evelyn. Evelyn melihat jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 01.30 dini hari.
“Keluar kau!” perintah salah satu pria kepada Evelyn. Ada sekitaran sepuluh orang pria yang saat ini memblokir jalan raya. Evelyn mendengus lalu memejamkan matanya sesaat. Ia tidak menyangka harus menghadapi gangguan ini di jalan pulang.
“Siapa kalian?” tanya Evelyn saat dirinya keluar dari mobil.
Salah seorang pria menyeringai sinis.
“Kami adalah orang yang akan membunuhmu, Polisi Manis. Seharusnya kami tidak perlu memperkenalkan diri lebih dulu, bukan?” ucap pria itu sambil memegang tongkat baseball yang dipenuhi duri di tangannya. Detik itu juga, pria itu langsung mengayunkannya ke arah Evelyn.