Gilbert memejamkan matanya dengan kening berkerut samar. Nicolin belum juga kembali sejak Gilbert menyuruhnya untuk membawa seluruh mayat yang ada di aula rahasia itu ke dalam mansion Grey. Dengan setujunya dokter Albert bekerja sama dengannya, ia tidak perlu lagi repot-repot mencari dokter yang bisa untuk menjaga rahasia atas kasus ini. Selama Gilbert sama sekali belum menemukan jawaban yang jelas mengenai keterkaitan seluruh kasus ritual abu pemanggil itu dengan tragedi kebakaran mansion Grey, ia tidak bisa membiarkan satu pun pihak luar mengetahui apa yang ia lakukan. Pihak Kerajaan, atau kemungkinan beberapa anggota keluarga Kerajaan terlibat atas insiden itu, Gilbert meyakininya setelah ia tahu bahwa aula pemujaan tempatnya ditawan berada di dalam istana. Sungguh, ia tidak mengira hal ini menjadi semakin rumit.
James yang saat ini tidak lagi sejalan dengannya tidak bisa Gilbert harapkan untuk mendapatkan sedikit jalan mudah. Pria itu terus mencurigainya, dan mereka sepertinya juga sudah tidak bisa lagi untuk saling mendukung seperti sebelumnya.
Gilbert semakin bimbang dengan siapa sebenarnya James dan apa yang ada di dalam pikirannya. Insiden hilangnya wanita-wanita di distrik hiburan kala itu, dan Gilbert yang harus menyelidiki secara rahasia adalah ide dari James sendiri. Gilbert tidak begitu memikirkannya ketika ia mendapatkan tugas itu karena ia sudah terlalu terbiasa dengan beberapa tugas rahasia dari James. Lantas ketika dia langsung menuduhnya dan terus-terusan menekannya, Gilbert menjadi berpikir jika menyelidiki kasus itu secara rahasia hanyalah alibi, di mana James memang butuh alasan untuk menyalahkannya. Hanya saja, yang membingungkan adalah; mengapa James melakukan hal itu?
Sebuah ketukan pelan menghentikan Gilbert dari beragam pemikiran yang terus-terusan menyerangnya pasca penemuan aula dan mayat itu. Nicolin sedang tidak ada, dan jika pun itu adalah Nicolin, pelayan itu tidak akan repot-repot mengetuk pintu dan langsung berseru bahwa ia segera masuk.
“Tuan Muda, Lady Ramona datang berkunjung.” Suara melengking maid di rumahnya membuatnya reflek menutup telinga. Suara maid itu bukan apa-apa, yang jauh lebih mengejutkan adalah bahwa Ramona Haywad—tunangannya datang berkunjung, dan tanpa pemberitahuan sebelumnya? Memangnya ada apa?
“Layani dia, aku akan datang sebentar lagi.”
“Baik, Tuan Muda.”
Segera Gilbert bersiap-siap untuk segera menemui Ramona. Nicolin biasanya menyiapkan segalanya sebelum ia bertemu dengan tunangannya itu, namun saat ini yang bersangkutan tengah tidak ada dan Gilbert tidak ingin mempercayakan hal-hal yang cukup pribadi ke pelayan-pelayannya yang lain karena mereka sebenarnya lebih tepat disebut bodyguard dalam balutan seragam pelayan alih-alih pelayan sungguhan.
Ketika Gilbert sampai di ruang tamu, Ramona tengah duduk anggun sembari menyesap teh yang telah disiapkan. Gadis itu mengernyit samar saat lidahnya mengecap rasa dari cairan yang ada di dalam cangkir. Gilbert ingin sekali memarahi pelayannya, tetapi tidak memiliki waktu untuk hal itu.
“Kau datang?” sapa Gilbert berusaha ramah. Ia menyambut tangan kanan Ramona dan mengecup punggung telapak tangannya.
Ramona reflek berdiri dan menundukkan badannya sedikit. “Benar. Aku hanya mampir kemari.”
“Ayahmu tidak ikut? Biasanya dia selalu mengikutimu kemari.” Canda Gilbert.
Ramona tertawa pelan. “Ayah sedang banyak urusan, aku hanya bersama pelayanku.” Ramona menunjuk pada seorang wanita dewasa yang berdiri sigap di dekat pintu.
“Ada apa? Apakah ada keperluan mendadak? Biasanya kau mengirimiku surat sebelumnya jika hendak berkunjung kemari. Kau tahu, aku jadi bisa mempersiapkan beberapa hal.”
Ramona menggeleng pelan, senyum lembutnya sama sekali tidak lepas dari kedua belah bibirnya yang dipoles pewarna bibir merah. “Kau tidak perlu menyiapkan apapun untukku. Aku hanya sedang berkeliling di area ini, lalu memutuskan untuk kemari. Kurasa, kita sudah cukup lama tidak saling berbicara karena kesibukan masing-masing. Um, mengapa Nicolin tidak menemanimu?” gadis itu melirik ke segala arah di mana dirinya tidak menemukan pelayan pribadi Gilbert yang selalu ada di mana pun Gilbert berada.
“Ah, dia sedang melakukan beberapa pekerjaan untukku. Dia akan segera kembali.”
“Oh? Apakah ada pekerjaan penting? Tidak biasanya kau memberikan tugas hanya kepada pelayanmu. Biasanya kau selalu ikut dalam tugas apapun untuk memastikan hasilnya memuaskan sesuai standarmu.” Ramona menegakkan badannya, menatap Gilbert dengan binar ketertarikan yang amat ketara di matanya.
Gilbert menaikkan sebelah alisnya melihat ekspresi penuh minat pada wajah Ramona. Sepanjang yang ia ingat, gadis itu selalu tampak kalem dan tidak pernah menunjukkan ketertarikan pada setiap kegiatannya. Bahkan, di masa lalu ketika keduanya masih sering bermain bersama pun, Ramona tidak pernah begitu tertarik ketika Gilbert menceritakan pengalaman-pengalamannya ketika ayahnya mengajaknya berkunjung ke istana untuk beberapa urusan. Ia berusaha berpikir positif, mungkin usia juga menjadi faktor perubahan ketertarikan? Biar bagaimana pun, keduanya sudah sama-sama menjadi orang dewasa sekarang.
“Bukan, hanya pekerjaan biasa. Karena itulah kusuruh Nicolin untuk menyelesaikannya.”
“Apa tugas dari istana?” Tanya Ramona lagi.
Gilbert mengernyit. “Tidak. Memangnya kenapa?”
Ramona segera menggeleng dan mengulas senyum manis. “Rasanya hanya tidak biasa melihatmu tanpa Nicolin. Kau tahu, setelah kejadian ‘itu’ dan kau mengenalkan Nicolin sebagai pelayan barumu, tampaknya kalian benar-benar dekat hingga aneh jika tidak melihat kalian bersama. Ah, bolehkah aku menginap di sini untuk semalam?”
Gilbert mengangguk. “Tidak masalah. Kamarmu tetap seperti biasa, Nicolin sudah menatanya sebelum ia pergi jadi tidak perlu khawatir. Buat dirimu nyaman.”
Gilbert mengantarkan gadis itu ke kamarnya. Mansion Grey menyiapkan satu kamar khusus untuk Ramona sejak mereka saling mengenal bertahun-tahun silam. Lalu mereka ditunangkan dan hubungan keluarga mereka semakin dekat, pun dengan intensitas kunjungan Ramona. Sejak kebakaran mansion itu, hubungan keduanya agak merenggang karena jarangnya komunikasi dan pertemuan. Dan Gilbert menyadari bahwa karena hal itu, kecanggungan di antara mereka semakin besar.
Gilbert kembali ke kamarnya usai memastikan Ramona dan pelayannya telah nyaman di dalam kamar. Tata letak kamar itu benar-benar persis, tidak ada satu pun yang berbeda seperti tata letak sebelum kebakaran.
---
Ketika Gilbert terbangun di pagi harinya, Nicolin telah kembali dan menyiapkan pakaiannya seperti biasa. Iblis pelayan itu bahkan telah menyeduhkan teh untuknya.
Gilbert mengusap wajahnya. “Kau sudah membereskan semua yang kuminta?”
Nicolin mengangguk sembari tersenyum. “Seluruhnya ada di ruang bawah tanah. Sepertinya Tuan Muda sudah berkomunikasi dengan dokter Albert, karena beliau tidak kaget ketika tidak sengaja melihatku menyusun mayat-mayat itu di ruangan sampingnya.”
“Hm yeah, aku memang sudah menunjukkan wajahku padanya. Dia tampak terkejut, tapi sebenarnya akulah yang lebih terkejut karena ia tampak ketakutan dan terus-terusan meminta maaf padaku.”
Nicolin mengusap dagunya. “Apakah beliau memiliki kesalahan masa lalu kepada Tuan Alexander?”
Gilbert mengernyit, ia tidak memikirkan kemungkinan itu. “Aku tidak tahu. Kurasa hubungan mereka sangat baik di masa lalu.”
Nicolin mengangguk. “Kalau begitu Tuan Muda tidak perlu memikirkan hal itu. Tuan Muda bisa memfokuskan diri untuk identifikasi mayat-mayat yang kita temukan. Cepat atau lambat, orang-orang itu akan mengetahui bahwa mayat-mayat di dalam aula telah hilang, dan kupikir Tuan Muda juga bisa jadi dicurigai.”
“Ah benar. Aku harus meminta dokter Albert lebih cepat melakukan tugasnya. Oh, Ramona berkunjung kemari kemarin, ia ada di kamarnya. Aku harus menemuinya, siapkan sarapan untuk kami.”
Nicolin mengangguk. Segera ia menyiapkan pakaian Tuan Mudanya dan bergegas menyiapkan meja makan. Makanan sudah ia persiapkan sebelumnya sehingga tidak butuh banyak waktu untuk membuatnya siap di atas meja makan.
Ketika Gilbert sampai di meja makan, tunangannya sudah berada di sana, dengan gaun indah berwarna kuning lembut dan rambut panjangnya yang disanggul rapi. Polesan pewarna bibir merah membuatnya terlihat sangat menawan. Gilbert menghampirinya dan mengecup punggung tangannya, juga menuntunnya untuk duduk di kursi kayu yang berada di hadapan kursinya.
“Ah? Nicolin sudah kembali. Apa pekerjaanmu lancar?”
Nicolin membungkuk. “Semua terkendali, Nona. Silahkan menikmati hidangannya.”
Kedua pasangan itu menikmati makanan dengan beberapa perbincangan santai. Nicolin berdiri bersisihan dengan pelayan wanita milik Ramona Hayward di ujung ruangan.
“Katakan, darimana kau mendapatkan pelayan yang sangat kompeten seperti Nicolin?” tanya Ramona.
Gilbert menaikkan sebelah alisnya. “Maaf?”
“Kau tahu, sejak kemunculan pertamanya denganmu, para bangsawan benar-benar tertarik kepadanya. Dia tampak sangat kompeten dan professional dalam segala hal. Orang-orang penasaran di mana kau mendapatkannya, dan berharap bisa mendapatkan kriteria yang mirip.”
Gilbert tertawa. “Aku baru tahu jika para bangsawan memiliki waktu untuk menilai pelayan orang lain. Kalian tidak akan bisa mendapatkan Nicolin yang lain di mana pun.”
Ramona terdiam. “Heh? Kenapa?”
Gilbert berusaha mengulas senyum. “Karena Nicolin hanya akan menjadi pelayanku sampai aku mati, dan mencari yang satu kriteria dengannya tidak akan ada.”
“Gil, k-kau kenapa?”
“Huh? Aku baik-baik saja. Memangnya kenapa?”
Ramona menggeleng. Gadis itu tidak menanyakan apa-apa lagi setelahnya dan fokus kepada makanannya. Puteri keluarga Hayward itu kemudian segera pamit pergi usai pelayannya berkemas. Gilbert memandang kepergian gadis itu dengan pandangan bertanya-tanya.
“Katakan, mengapa Ramona tampak aneh setelah sarapan?”
Nicolin mengusap wajahnya. “Kau menunjukkan raut wajah yang menyeramkan, Tuan Muda. Aku rasa Nona Ramona menyadari hal itu dan merasa ketakutan. Tolong bersikaplah lebih baik, Nona Ramona adalah tunanganmu bukan?”
Gilbert mengangguk. “Pertunangan itu hanya status, aku bahkan tidak yakin akan sampai pada masa diriku menikahinya. Jika dendamku selesai sebelum waktu pernikahanku, aku akan meninggalkannya, dan jika dendamku selesai usai aku menikahinya, aku akan tetap meninggalkannya. Sesungguhnya, tidak ada bedanya karena aku akan tetap meninggalkannya. Akan lebih baik jika hubungan itu diakhiri saja. Tapi aku tidak bisa karena perjodohan itu adalah ide orang tua kami. Merusak hubungan dengan keluarga Hayward tampaknya juga bukan ide yang bagus.”
“Situasimu sangat sulit, Tuan Muda.”
Gilbert terkekeh. “Tidak kok. Aku tidak memiliki alasan untuk bimbang dengan pilihanku. Apapun yang terjadi, dendamku harus terpenuhi. Ramona hanya potongan kecil dari kehidupanku di masa lalu, dan aku tidak akan mengorbankan seluruh bayaran mahal yang sudah kulakukan hanya untuk seorang wanita. Mungkin kau perlu tahu bahwa aku tidak benar-benar memiliki perasaan romantis kepadanya. Aku menyayanginya karena aku mengenalnya sejak kecil dan selalu bermain denganku. Tapi rasa sayangku hanya butiran kecil dari hasrat di dalam hatiku, dan hal remeh seperti itu sama sekali tidak mempengaruhi tujuan utamaku.”
Nicolin merasakan getaran samar pada tubuhnya. Hah, sudah berapa lama ia tidak merasakannya? Gilbert selalu mampu membuatnya merasa seperti itu hanya dengan kalimatnya.
Mangsa yang istimewa.
-----