Old Book

1778 Kata
Gilbert dan Nicolin kembali ke ruang bawah tanah di mana dokter Albert mengurus dua puluh lima mayat yang ditemukan di aula rahasia istana. Mayat-mayat itu disusun pada meja kayu persegi panjang yang saling berjajar satu sama lain. Dokter Albert mengelompokkan mayat-mayat itu sesuai dengan kondisi sekilas ketika Nicolin membawanya. Mayat itu diletakkan di ruang bawah tanah yang juga bersebelahan dengan kamar bawah tanah tempat dokter Albert tinggal. Gilbert sempat menawarkan sang dokter untuk pindah ke kamar di area mansion-nya dan bukannya ruangan bawah tanah multifungsi itu, tetapi dokter Albert menolaknya mentah-mentah dengan beralasan bahwa dengan berada di ruangan itu dia bisa dengan mudah memeriksa mayat-mayat itu dan tidak perlu harus mengulang-ulang menanyakan akses untuk masuk ke ruang bawah tanah karena bagaimana pun, ruang bawah tanah mansion Grey adalah ruangan terlarang kecuali atas seizin kepala keluarga, yang dalam hal ini sekarang izin itu berada di tangan Gilbert. Dokter Albert mencatat semua yang ia ketahui untuk diserahkan kepada Gilbert secara berkala. Meski banyak pertanyaan menginvasi ruang di kepalanya, dokter Albert hanya diam dan melaksanakan tugas. Ia benar-benar tidak berani untuk bertanya. Terutama, bagaimana Gilbert mendapatkan seluruh mayat ini dengan jumlah yang lengkap sementara rumor yang beredar di masyarakat saja kisahnya masih simpang siur dan tergantung siapa yang menyampaikan. Dokter Albert duduk pada sebuah kursi kayu setelah usai mencatat semua informasi yang diperlukan. Ia mengupayakan seluruh kemampuannya untuk mengautopsi mayat-mayat yang didapatkan Gilbert. Dengan kondisi kematian yang seluruhnya sama-sama jantungnya menghilang, dokter Albert perlu mencatat penyebab kematian—yang tentu saja mereka kemungkinan dibunuh terlebih dahulu sebelum jantungnya diambil, waktu kematian—karena tiap-tiap mayat yang ada, kondisinya berbeda-beda dan menunjukkan bahwa seluruhnya mati di hari yang berbeda. Dokter Albert juga perlu mengetahui identitas pasti mayat-mayat itu untuk kemudian dicocokkan dengan catatan yang diberikan Gilbert kepadanya. Dokter Albert benar-benar penasaran, apa yang sebenarnya tengah dicari Gilbert dari seluruh kejadian ini? Tidak banyak yang ia ketahui tentang Gilbert Grey meski ia bisa dikategorikan sebagai sosok yang cukup dekat dengan keluarga Marquess kesayangan Kerajaan ini. Walau bagaimana pun, ia hanyalah seorang dokter jelata yang secara beruntung bertemu dengan Alexander Grey yang baik hati dan kemudian memberinya kesempatan untuk mewujudkan cita-cita masa kecilnya. Dokter Albert mengenal Gilbert sejak pemuda itu masih anak-anak polos. Ia selalu tersenyum senang dan penuh rasa penasaran. Sinar di wajahnya tak pernah padam, binar di matanya tak pernah sirna. Kecerdasan di atas rata-rata, kemampuan bicara yang mumpuni. Dokter Albert selalu memandang Gilbert Grey sebagai perwujudan calon kepala keluarga impian. Tidak hanya kompeten, namun juga baik hati. Sangat mirip dengan ayahnya. Sayang sekali, kebakaran hebat yang melalap habis mansion Grey juga merenggut seluruh keluarganya, pelayan-pelayan setianya, dan segalanya yang ia miliki. Tidak ada yang menemukan mayatnya ketika sisa bangunan mansion diperiksa, hanya ada mayat keluarga dan juga pelayan-pelayanya. Pihak berwenang beranggapan mungkin tubuh Gilbert benar-benar terbakar hingga menjadi abu dan sama sekali tidak meninggalkan sisa. Dokter Albert benar-benar terpukul mengetahui berita itu. Ia menangis di pemakaman keluarga Grey ketika para bangsawan sudah kembali pulang. Ia terus bersedih hingga keesokan harinya. Lalu tiba-tiba hari itu datang. Beberapa bulan setelah berita kebakaran besar mansion Grey menyebar ke seluruh distrik di area Kerajaan, Gilbert Grey tiba-tiba kembali dalam keadaan baik-baik saja. Sama sekali tidak ada bekas luka bakar. Ia kembali bersama seorang pelayan pria muda yang menemaninya. Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi. Orang-orang beranggapan kemungkinan Gilbert sedang tidak berada di rumah ketika kebakaran itu terjadi. Rumor terus menyebar, tetapi Gilbert sama sekali tidak menanggapinya dan membiarkannya seolah angin lalu. Tapi sepertinya, hanya tubuh Gilbert saja yang kembali dalam keadaan yang sama. Sinar ceria di wajahnya telah hilang, sorot matanya yang selalu berbinar indah berubah tajam dan kelam, seolah memaksa siapa saja untuk mengakhiri kontak mata dengannya ketika saling beradu tatap. Dokter Albert beranggapan, hal itu hanyalah bentuk defensif Gilbert sebagai satu-satunya yang selamat, di mana ia tidak lagi memiliki keluarga dan harus melindungi dirinya sendiri termasuk menjadikan dirinya sebagai kepala keluarga Grey. Dokter Albert sangat bahagia mengetahui Gilbert ternyata selamat. Ia tidak begitu peduli dengan perubahan sikap atau apapun yang sifatnya privasi. Ia hanya bersyukur mengetahui hal itu. Dokter Albert tidak bisa menemui Gilbert begitu saja. Pekerjaannya sebagai dokter di penjara istana sangat menguras waktu dan tenaga, lagipula ia tidak bisa seenaknya bertemu dengan bangsawan kelas tinggi seperti Gilbert. Ia hanya berusaha mengetahui kabarnya ketika Gilbert datang ke istana, mendengar dari rekan-rekannya, atau pelayan-pelayan yang mengidolakan Gilbert Grey. Sampai ia benar-benar bertemu dengan Gilbert di kediaman Bridges. Pertemuan itu bukanlah waktu yang tepat. Dokter Albert sedang berada pada situasi yang buruk. Ketika ia secara langsung berhadapan dengan Gilbert, ia akhirnya mengerti dengan seluruh kisah yang diceritakan di sekitarnya. Gilbert Grey yang ia kenal, benar-benar sudah berubah. Dan hal itu juga perlahan membuatnya sadar, bahwa ia tetaplah orang luar yang tidak tahu apa-apa. Tok… Tok… Dokter Albert terlonjak, seluruh pikirannya buyar. Buru-buru ia membereskan catatannya, dan membuka pintu kayu. Dokter Albert sudah bersiap jika Gilbert meminta perkembangan informasi dari catatannya, namun yang datang hanya pelayannya. Pelayan muda itu tersenyum, dan membungkuk sedikit kepadanya. “Tuan Muda memintaku untuk memeriksa pekerjaan dokter Albert. Apakah ada perkembangan?” Dokter Albert menyingkir, membiarkan Nicolin masuk ke ruangan penuh mayat itu. “Aku sudah mencatat yang kudapatkan untuk Tuan Muda.” Dan kemudian menyerahkan beberapa lembar kertas yang sejak tadi berada dalam genggamannya. Nicolin menerimanya dan membaca tiap deret tulisan yang ada pada kertas-kertas itu. “Baik, akan kuserahkan kepada Tuan Muda. Terimakasih, dokter.” “T-Tungu.” “Iya?” Dokter Albert meremat ujung pakaiannya sebagai bentuk ekspresi gugupnya. “Sebenarnya, apa yang terjadi dengan Tuan Muda Gilbert?” Nicolin melebarkan matanya sekilas, sedikit terkejut mendapat pertanyaan seperti itu dari dokter Albert. Ia berusaha menampilkan senyum ramah seperti yang selalu ia lakukan kepada siapa saja selain Gilbert. “Tuan Muda baik-baik saja. Dokter Albert tidak perlu khawatir.” “Ah, tapi—“ “Mohon maaf, Tuan Muda sudah menungguku. Kalau begitu permisi.” Dokter Albert membeku dengan tangan kanan menggantung di udara, menatap kepergian Nicolin hingga pria pelayan itu menghapus pandangannya dengan menutup pintu ruangan. Satu hal yang mampu ia tangkap dan ia ingat di kepalanya kali ini; Nicolin, adalah satu-satunya orang yang mengetahui apapun tentang Gilbert Grey. --- “Dokter Albert sudah menyerahkan laporannya tentang mayat-mayat itu, Tuan Muda.” Nicolin menyodorkan beberapa lembar kertas yang ditumpuk dalam satu bendelan. Gilbert Grey tengah duduk di kursinya, deretan kertas-kertas berserakan nyaris di seluruh meja. Bahunya kaku, pun dengan raut wajahnya. “Apakah ada masalah lain, Tuan Muda?” Gilbert yang tengah menekuri tiap tulisan tangan dokter Albert di kertas itu berhenti dan kemudian menghela napas. “Aku menerima surat dari James. b******n itu sepertinya terlibat dengan ritual-ritual ini. Kurasa perkumpulan itu sudah tahu bahwa mayat-mayat yang ada di aula rahasia sudah diambil.” Nicolin mengernyit. “Bukankah akan merugikan Lord James sendiri jika ia menanyakan tentang mayat itu kepada Tuan Muda? Hal itu hanya akan membuatnya ketahuan bahwa ia benar-benar anggota dari perkumpulan itu?” “Ah, James tidak secara eksplisit mengatakan padaku soal ritual, perkumpulan, atau mayat-mayat itu. Aku pernah mengajakmu untuk menemaniku berdiskusi dengannya di Istana, dan kau pasti tahu bahwa setiap kalimat yang keluar dari mulutnya selalu menyimpan maksud tersendiri. Kemungkinan, dia sendiri juga belum yakin jika aku adalah orang di balik hilangnya mayat-mayat itu dari aula rahasia. Hanya saja, kecurigaannya begitu besar sejak ia mengetahui bahwa ada maksud lain dari menyelidiki hilangnya wanita penghibur di distrik hiburan waktu itu.” Gilbert mengusap wajahnya. “Apa dia menyuruhku hanya untuk menemukan alasan agar bisa menyalahkanku?” “Itu bisa menjadi salah satu alasan, Tuan Muda. Lord James dan Tuan Muda sangat akrab satu sama lain. Aku tidak begitu mengenalnya karena aku masih baru mengikuti Tuan Muda. Antara Tuan Muda dan juga Lord James, ada kecocokan tersendiri yang sulit untuk dijelaskan. Kendati demikian, kemiripan sifat sebenarnya juga menjadi faktor pendorong keretakan hubungan kerjasama Tuan Muda dan juga Lord James. Jika memang permintaannya untuk menyelidiki hilangnya wanita-wanita penghibur itu hanyalah alibi untuk menyalahkan Tuan Muda, maka ada kemungkinan jika selama ini Lord James tidak benar-benar mempercayai Tuan Muda.” Gilbert terdiam cukup lama, hingga ia tiba-tiba melebarkan mata dengan kedua belah bibir terbuka. Gilbert menggeser kursinya, segera mengambil buku kusam yang sebelumnya mereka temukan di perpustakaan lama. Nicolin menatap sang Tuan Muda dengan raut bingung. Gilbert terdiam dengan kondisi berpikir keras, dan tiba-tiba mengambil buku yang sebelumnya mereka temukan. Gilbert sempat ingin melihat isinya tempo hari, namun hal lain menyita atensinya, dan buku itu kembali tergeletak tanpa disentuh hingga Gilbert kembali mengambilnya saat ini. Tahun 1150, pertengan bulan Desember. Seorang pria dengan status bangsawan rendah memperjuangkan pendapatnya mengenai peradilan keluarganya yang dituduh merencanakan pembunuhan kepada Raja. Seluruh kepala keluarga yang menghadiri persidangan tampaknya sama sekali tidak tertarik untuk memberikan keadilan padanya. Level rendahnya tidak menguntungkan siapa pun. Ia yang sama sekali tidak mendapat penguatan dari siapa pun kesulitan mempertahankan keterangannya dan dianggap hanya mengada-ngada dengan tujuan menghindari hukuman. Lalu, vonis hukuman gantung dijatuhkan kepada seluruh keluarganya. Satu-satunya keringanan yang didapatkan hanya ia yang akan diampuni karena dianggap tidak terlibat dengan rencana pembunuhan itu. Dua hari usai gelaran pengadilan, tiang gantungan disiapkan di pusat ibukota. Hukuman gantung tidak selalu ditampilkan secara publik, kebanyakan hanya disaksikan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Namun karena kasus ini merebak ke masyarakat, prosesi hukuman sengaja ditunjukkan secara langsung kepada publik sebagai peringatan. Keluarga itu benar-benar digantung di hadapan publik, menyisakan satu anggota keluarganya yang diampuni dalam keterpurukan dan kesedihan mendalam. Gilbert mengernyit, halaman pertama berisi deretan tulisan tangan yang tertera berasal dari tahun 1150, berarti beberapa ratus tahun yang lalu. “Ini…. sebuah buku harian?” Tanyanya kepada diri sendiri. Gilbert membolak-balik bagian sampul depan dan belakang. Hampir keseluruhannya benar-benar kusam. Ada bercak tinta yang memudar di ujung kanan bawah sampul depan. “—rey?” Gilbert mendekatkan wajahnya. “Grey!” serunya terkejut. Nicolin mendekat, ikut memeriksa bagian yang diperhatikan Gilbert sejak tadi. “Memang benar. Meski samar, aku masih bisa mengenali bahwa ini tulisan Grey.” “Tapi nama depannya terhapus total. Jika ini milik seseorang yang bernama Grey, mengapa buku ini berada di perpustakaan lama? Dan hanya ada satu nama Grey yaitu garis keturunanku. Kau ingat ‘kan, garis keturunanku selalu melahirkan satu penerus saja. Jika begitu, dia ini leluhurku?” Nicolin mengusap dagunya. “Kemungkinan besar.” “Tapi mengapa buku harian ini ada di perpustakaan lama istana?” Gilbert tenggelam dalam berbagai perkiraan di kepalanya. “Bagaimana jika pria bangsawan rendah yang dituliskan Tuan Grey pemilik buku itu, sebenarnya adalah dirinya sendiri?” Gilbert membelalakkan matanya, cengkramannya pada buku tua itu mengerat. Desakan kebencian mendadak masuk ke dalam relung hatinya yang telah gelap. Himpitan rasa yang tak tertahankan, membuat ambisi berbalut kebenciannya menguar, memabukkan iblis-iblis yang berada di sekitar. -----
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN