“Tuan Muda! Tuan Muda!”
Gilbert mendadak membuka mata dan bangun dari posisi menelungkupnya. Keringat di wajahnya menetes-netes, pun dengan keringat yang ada di tubuhnya, membuat seluruh piyamanya lengket karena keringat. Tampilan di depan matanya sudah berbeda. Tidak ada lagi kegelapan luas di sekelilingnya, yang ada hanya kondisi kamarnya dan juga Nicolin yang menatapnya dengan kening mengerut.
“Tuan Muda bermimpi buruk lagi?” tanya Nicolin.
Gilbert masih merasa linglung. Ia hanya diam meski Nicolin berkali-kali menanyainya termasuk menyentuh-nyentuh tubuhnya untuk membuatnya kembali sadar. Gilbert mengernyit, sebuah sengatan rasa panas luar biasa menyerang dadanya, membuatnya reflek menggigit bibir dan menarik piyamanya hingga terlepas.
“AAARGHHHHHHH……!!!!” Gilbert menggeliat, mengusap-usap dadanya yang terasa terbakar.
Nicolin berusaha menahan tubuh Gilbert. “Tuan Muda! Sadarlah!”
Nicolin mengikuti arah tangan Gilbert yang mengusap-usap dadanya. Nicolin berusaha menyingkirkan telapak tangan Gilbert dan kedua bola matanya terbelalak ketika melihat sebuah simbol berbentuk heksagon yang tampak seperti luka bakar namun bersinar tercetak sangat jelas di d**a Gilbert. Nicolin hendak menyentuh tanda itu, tetapi yang jemarinya malah terbakar seketika. Beruntung, tubuh manusianya bukan tubuh manusia secara normal. Hanya dalam beberapa detik sejak jemarinya hancur terbakar, kulit dan daging kembali tumbuh, menjadi jemari untuh seperti sedia kala.
Nicolin mengingat apa yang dikatakan Gilbert tentang simbol heksagon yang muncul di dadanya. Sebelumnya, tanda itu sama sekali tidak muncul bahkan meski Gilbert memeriksanya berkali-kali. Bukan pertama kalinya juga untuk Gilbert terbaring seperti orang yang kehilangan jiwanya. Entah ketika sedang diserang trauma, atau saat sedang melamun dan pikirannya tenggelam dalam ingatan tentang seseorang yang ia ceritakan. Mendapati simbol heksagon yang membakarnya itu, cukup mengejutkan. Padahal jika dilihat, tanda itu seperti sebuah luka.
“Tuan Muda, kau ini sebenarnya siapa?” bisik Nicolin pada dirinya sendiri.
Bukan perkara yang mudah untuk Nicolin menenangkan Gilbert yang terus meronta dan menendang apa saja yang ada di sekitarnya. Nicolin sudah berkali-kali ditendang. Di wajah, di d**a, di lengan, nyaris di sekujur tubuhnya terkena tendangan brutal Gilbert. Ia berteriak-teriak kesakitan, jauh lebih mengejutkan karena Gilbert selalu mampu menahan emosinya sendiri, setidaknya hanya agar Nicolin saja yang tahu.
Suara ketukan heboh di pintu kamar Gilbert terdengar. Sudah pasti Milo dan yang lainnya mendengar teriakan Gilbert. Selama ini, bahkan menunjukkan setitik kemarahan saja Gilbert tidak pernah melakukannya di hadapan Milo dan yang lainnya. Gilbert cukup kuwalahan dengan gerakan Gilbert termasuk ketukan yang lebih mirip gedoran heboh dari luar pintu kamar Gilbert.
“Kalian tidak perlu khawatir, Tuan Muda tidak apa-apa!” Teriak Nicolin.
Nicolin terus menahan tubuh Gilbert, bahkan berkali-kali menempelkan telapak tangannya ke dahi Gilbert untuk memaksanya tertidur seperti sebelum-sebelumnya. Namun, entah mengapa kekuatan Nicolin sama sekali tidak berhasil. Bukannya semakin tenang, erangan dan gerakan Gilbert semakin brutal. Luka berbentuk simbol heksagon di dadanya berkilauan, begitu terang dan menusuk retina. Nicolin sampai harus mengalihkan pandangannya demi memfokuskan pandangannya sendiri. Cahaya yang keluar dari simbol heksagon itu menimbulkan rasa panas terbakar, dan bahkan untuk Nicolin yang hanya terkena dampak sinarnya saja kulit manusianya terasa terbakar. Jeritan kesakitan Gilbert kemungkinan besar karena ia tidak kuasa menahan rasa sakit tak terhingga yang timbul dari simbol Heksagon di dadanya.
Milo dan yang lainnya terus menggedor-gedor dari luar. Sementara Nicolin masih sibuk menenangkan Gilbert yang sama sekali tidak merespon pada kekuatan penidurnya, Charly telah berhasil menendang daun pintu dan membuatnya rusak. Suara daun pintu yang terbuat dari kayu khusus nan tebal berdebam di lantai. Nicolin tidak memiliki waktu lagi untuk menghardik perbuatan tidak sopan mereka selama ia masih sibuk dengan Gilbert yang terus tidak terkendali.
“Apa yang terjadi dengan Tuan Muda?” Milo yang pertama mendekat. Kedua kelopak matanya melebar. Menyaksikan kondisi Gilbert yang seperti itu tampaknya tidak pernah terpikirkan oleh mereka.
Nicolin menggeleng sebagai jawaban. Dalam bayangannya, ia hanya berpikir jika Gilbert pasti akan marah besar kepadanya karena membiarkan Milo dan kawan-kawan masuk ke area pribadinya, termasuk melihat kondisinya pada saat-saat terburuk yang jelas menjadi pantangannya sejak dulu.
“Tuan Muda memiliki luka di dadanya? d-dan luka itu mengeluarkan cahaya.” Miya reflek mundur selangkah.
Luka berbentuk simbol heksagon di d**a Gilbert sesungguhnya tidak tampak aneh jika saja tidak ada cahaya yang berpendar dari sana. Luka itu hanya berbentuk seperti goresan yang sengaja dibuat simetris membentuk simbol heksagon. Tidak ada darah atau visual mengerikan lainnya. Satu-satunya yang mengganggu hanyalah cahaya dengan hawa super panas yang keluar dari luka itu dan membuat Gilbert kehilangan kontrol dirinya.
Charly menerjang tubuh Gilbert, menahan kedua kakinya dengan sekuat tenaga. “Aku harus melindungi Tuan Muda.” Bisiknya pelan. Ia tidak mengerti apa yang terjadi, ia hanya berusaha menahan gerakan brutal Gilbert sama seperti apa yang dilakukan Nicolin.
Bahkan hingga waktu terus berlalu, Gilbert sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda membalik. Ia tetap seperti itu. Charly yang memiliki kekuatan tubuh lebih daripada manusia pada umumnya bahkan sudah berkali-kali terpental karena tendangan Gilbert.
“Miya! Panggil dokter Albert kemari. Kondisi Tuan Muda benar-benar tidak terkendali dan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan padanya. Kunci ruang bawah tanah ada di atas meja kerja Tuan Muda. Cepatlah!”
“Ba-Baik!”
Miya segera berlari keluar, mengikuti instruksi Nicolin. Kamar Gilbert benar-benar berantakan bersamaan dengan gerakan Gilbert yang benar-benar tidak terkendali.
“AAARGHHHHHHHH……!”
Gilbert mendorong Nicolin, Milo, dan Charly hingga ketiga orang itu jatuh menghantam dinding. Gilbert bangun, berdiri dengan kondisi pakaian tidak lagi berbentuk dengan benar. luka berbentuk heksagon di dadanya masih menyala-nyala terang. Dari luka yang bersinar itu, sebuah tanda berwarna kemerahan muncul dan terus melebar hingga ke seluruh tubuh Gilbert. Tanda itu berbentuk seperti api, meliuk di sekujur kulitnya, membentuk seolah Gilbert memasang tato yang disusun dengan rapi.
“Tuan Muda?” Cicit Nicolin.
“Jadi aku mendapatkan kesempatan untuk melihat dunia kembali setelah ratusan tahun huh?”
Nicolin membelalak. Tidak, sosok yang ada di hadapannya bukanlah Gilbert. Ada jiwa lain yang merasuk, mengambil alih kendali tubuh Gilbert dan memunculkan tato menyerupai api di sekujur tubuhnya.
“Kau siapa?” tanya Nicolin penuh amarah. Jiwa Gilbert tidak boleh ternodai oleh kehadiran jiwa lain yang akan mengganggu hasrat di dalam hatinya. Ia menjaga Gilbert dan menerima kontrak darahnya untuk mendapatkan bayaran yang tidak sekadar jiwa belaka. Jiwa Gilbert begitu istimewa, membangkitkan hasrat iblis-iblis di sekitarnya, membuat Nicolin harus berjuang sebagai satu-satunya yang resmi mendapatkan kontrak darah dengannya.
Gilbert menyentuh dadanya, tempat di mana simbol heksagon yang menjelma seperti luka bakar. “Begitu gelapnya hatimu kah, hingga tanda itu muncul di dadamu?”
Nicolin kehilangan kata-katanya. Tatapan mata itu, senyuman yang lebih mirip seringai, juga gerak-gerik yang begitu berbeda. Dia bukan Gilbert, dan Nicolin yakin ia tidak mengenal siapa pun sosok yang tengah merasuki jiwa Gilbert. Lantas, mengapa ia merasa begitu familiar?
-----