Intruders

1784 Kata
Gilbert meninggalkan mansion Grey bersama Gilbert segera setelah ia menerima surat panggilan dari Raja Charles. Seperti biasa, keamanan mansion langsung diserahkan kepada empat pelayan Grey yang juga merangkap sebagai bodyguard. Gilbert sama sekali tidak mempekerjakan petugas keamanan, karena mereka berempat sudah cukup mumpuni untuk menjaga mansion-nya. Lagipula, mereka berempat pada dasarnya adalah penjaga Gilbert dan bukannya pelayan. Milo, yang bertugas sebagai tukang kebun di mansion Grey melaksanakan tugasnya seperti biasa. Ia lebih sering berada di luar mansion, mengurusi taman milik Gilbert yang luas. Meski ia tidak memiliki kemampuan yang mumpuni untuk mengurus tanaman, ia tetap berusaha melakukannya dan merasa senang. Milo bersenandung riang, sembari mencabuti rumput-rumput liar yang tumbuh di sekitar bunga mawar yang berbungan warna-warni. Ia terus melakukan itu, dengan hari riang hanya sampai ia mencium bau orang asing yang berada di kawasan tanah Grey. Selain area mansion, bagian luar gerbang masih menjadi tanah milik Grey hingga gerbang bagian luar yang mengarah ke jalan utama. Dengan tanah seluas itu, mansion Grey menjadi sangat tenang dan cenderung sunyi. Milo selalu bisa mencium siapa yang datang dan melewati gerbang luar. Ia hapal seluruh aroma orang-orang yang bekerja bersama Gilbert, dan aroma Gilbert adalah yang paling ia kenali. Milo selalu buru-buru mengabari teman-temannya yang lain ketika dirinya mencium aroma Gilbert yang melewati gerbang depan, sehingga mereka berempat tidak pernah absen untuk menyambut kedatangan Gilbert usai menyelesaikan urusannya di luar mansion. Milo, sebagai pelayan yang lebih sering berada di luar selalu tahu siapa saja yang akan datang karena Gilbert selalu memberitahunya. Misalnya, jika tunangan sang Tuan Muda, Lady Ramona Hayward, atau kenalan-kenalan bangsawan lainnya hendak datang. Sementara kali ini, Milo merasakan aroma asing itu masuk ke gerbang depan, padahal Gilbert sedang pergi bersama Nicolin dan Tuan Mudanya itu sama sekali tidak mengatakan apapun soal tamu atau semacamnya. Ia sempat berdiam diri untuk memastikan indera penciumannya, tetapi ketika ia merasakan semakin banyak aroma asing yang memasuki gerbang depan, Milo langsung berlari ke belakang untuk mengabari Charly, Darius, dan Miya. Charly tengah bereksperimen dengan masakan-masakan gagalnya, Miya tengah mengepel lantai, yang malah membuat lantainya basah dan membuatnya terpeleset. Sementara Darius berusaha membuat kerajinan-kerajinan dari tanah liat yang bentuknya benar-benar aneh. Milo jadi paham mengapa Nicolin lebih sering memarahi mereka. “Charly, Darius, Miya! Aku mencium banyak bau asing yang mendekat ke gerbang utama mansion.” Ketiga orang itu sontak menghentikan kekacauan yang mereka buat sendiri dan langsung berkumpul mengelilingi Milo. “Banyak? Kau yakin ada banyak orang asing yang mendekat? Tuan Muda sedang pergi ‘kan?” Tanya Charly skepstis. “Aku yakin sekali, bahkan Tuan Muda tidak pernah meragukan penciumanku.” Milo mendongak, hidungnya berkedut merasakan aroma orang-orang asing yang semakin mendekat. “Mereka semakin mendekat!” Serunya tertahan. “Kita harus berpencar, dan berjaga di pos kita seperti biasanya.” Seru Miya. Ia menarik aksesoris rambutnya dan membuat rambut coklat kemerahannya tergerai. Tatapannya yang selalu tampak seperti gadis lugu berubah tajam. Milo, Charly, Darius, dan Miya saling berpandangan dan mengangguk bersamaan. Masing-masing berjaga pada tempatnya. Milo berdiri di depan, berpura-pura seolah tengah membersihkan kebun bunga seperti biasanya. Charly berjaga di sisi kiri mansion, dan Darius di sisi sebaliknya. Sementara itu, Miya naik ke atas atap dan mempersiapkan anak panah untuk menyergap para penyusup itu. Gilbert menyuruh Nicolin untuk membuat semacam lantai datar di atas atap berukuran sedang dengan sedikit dinding penutup dan lubang untuk mengarahkan anak panah. Ia menyuruh Nicolin untuk membuat tempat khusus itu agar Miya bisa dengan lancar melakukan pekerjaannya di saat-saat seperti ini. Dari bawah, ruangan kecil berbentuk persegi itu tidak begitu tampak dan tersamarkan, sehingga jika lawannya berjalan di bawah, Miya bisa dengan mudah melihat mereka dan langsung membidik tepat di jantungnya dari lubang itu. Tidak butuh waktu lama untuk membuktikan apa yang dikatakan Milo. Orang-orang asing itu bahkan dengan santainya melompati pagar depan padahal jelas-jelas Milo tengah berada di sana, membersihkan rumput liar. Seolah memang sudah direncanakan dari awal. Gilbert pergi bersama Nicolin untuk memenuhi panggilan Yang Mulia Raja, ketika mansion hanya berisi empat pelayan saja, orang-orang asing itu datang dan bertingkah dengan santai. Jika memang benar, mereka sudah tahu bahwa Gilbert dan Nicolin tidak ada, mereka memanfaatkan timing itu untuk menyusup ke mansion Grey. Perkiraan lainnya, orang-orang asing itu berhubungan dengan orang dalam Kerajaan. Milo sempat berpikir seperti itu, tetapi berusaha menampiknya karena pikiran itu dengan kata lain ia mencurigai Raja. Memang bukan hal yang tidak mungkin, tetapi selalu ada kemungkinan lain dan Milo tidak ingin buru-buru berasumsi. Milo membuang napas, berbalik menatap mereka dengan wajah polos. “He? Kalian siapa ya? Tuan Muda sedang tidak ada di mansion.” Mereka berhenti. Salah satunya, yang bertubuh paling besar maju dan langsung memukul wajah Milo hingga ia ambruk dengan darah menguncur dari hidung dan bibirnya. Mereka tertawa-tawa, menatap Milo dengan sorot mata merendahkan dan segera berlalu pergi. Sepeninggal mereka, Milo kembali bangun dan mengusap darah yang mengotori wajahnya. Ia menarik handuk kecil yang tersampir di bahunya, dan mendecih kesal ketika melihat noda darah mengotori handuk kecil itu. Milo menggertakkan giginya. “Berani sekali mereka membuat barang pemberian Tuan Muda menjadi kotor. Padahal aku selalu menjaganya.” Milo mendongak, memberikan sinyal kepada Miya dengan gerakan tangannya. Rencana mereka sebenarnya sederhana. Milo yang paling pandai bersandiwara selalu berdiri di garis depan untuk melihat maksud orang-orang yang datang. Gilbert selalu mengingatkan mereka untuk tidak langsung menggunakan kekerasan, melainkan melihat terlebih dahulu apa maksud kedatangan orang asing di mansion-nya. Jika orang asing itu menampakkan indikasi melakukan kekerasan, maka Gilbert membebaskan Milo dan yang lainnya untuk menggunakan kekerasan juga. Kali ini juga sama, Milo berpura-pura bersikap baik dan mencari tahu maksud mereka, tapi tidak butuh waktu lama sampai mereka langsung menghantam wajah Milo. Mereka bahkan membuat handuk kecil kesayangan Milo—yang merupakan pemberian dari Gilbert menjadi kotor. Milo menghela napas, menepuk-nepuk celananya yang berdebu. Ia mendengar suara ribut di dalam, yang berarti ketiga temannya sudah mulai beraksi. “Siapa pun yang mengganggu tempat Tuan Muda, akan kami musnahkan.” Gummanya tajam. Milo berlari, menyusul kawan-kawannya untuk bergabung dalam keributan. Ketika ia masuk ke dalam, orang-orang yang memakai jubah dan juga topeng putih kusam itu tengah berkelahi dengan Charly dan Darius. “Bunuh mereka Charly, Darius.” Ujar Milo. Mereka membelalak, Milo melihatnya dari lubang kecil yang ada pada bagian mata di topeng itu. Tentu saja, Milo berdiri seolah tidak pernah terjadi apa-apa pada tubuhnya, padahal salah satu dari mereka yang memiliki tubuh paling besar menghantam Milo dengan keras, hingga Milo ambruk dan bercucuran darah. Seharusnya, manusia biasa tidak akan bisa bangun untuk beberapa saat usai mendapat hantaman sekeras itu. Ya, karena Milo dan yang lainnya memang bukan manusia biasa. Charly menarik salah satu penyusup itu dan langsung menghantamkan kepalanya ke dinding. Suara teriakan menyakitkan terdengar, saling bersahut-sahutan bersamaan dengan Darius yang juga melakukan hal yang sama. Milo berdiri diam, memandang adegan kekerasa itu dengan pandangan penuh kepuasan. Milo baru saja hendak memanggil Miya untuk ikut bergabung dengan mereka menyiksa para penyusup kurang ajar itu, namun urung dan segera berlari keluar ketika ia mendengar teriakan-teriakan kesakitan dan lesatan panah. Milo mengira jika hanya kumpulan orang pertama saja yang datang. Tetapi ketika ia keluar untuk memeriksa, Miya tengah kewalahan menarik panah untuk menghentikan para penyusup baru itu. “Miya! Terus lakukan! Jangan biarkan mereka merusak area Tuan Muda!” seru Milo. Miya mendecih. “Aku sudah tahu!” Segera saja Milo berlari kembali masuk untuk memeriksa orang-orang yang ditangani Charly dan Darius. Orang-orang itu sudah pingsan, atau mati? Milo tidak tahu. Darius dan Charly mengikat mereka menjadi satu ikatan kuat dan segera menarik mereka untuk dikeluarkan dari mansion Grey. “Cepat, mereka ternyata membawa banyak orang. Miya sudah membidik beberapa, tapi sisanya mengetahui lokasi Miya dan mulai tahu bagaimana cara menghindari bidikan Miya.” Charly dan Darius mengangguk. Keduanya meletakkan tubuh-tubuh yang terikat menjadi satu itu di bawah pohon, dan menambahkan ikatannya agar mereka menempel dengan pohon besar di sebelah kanan mansion. Milo yang pertama kali keluar, menatap mereka dengan pandangan polos dan membuat mereka langsung berlari menyerangnya. Beberapa memperingatkan, namun Milo sudah terlebih dahulu mematahkan kaki-kaki mereka dengan tendangannya yang brutal. Suara teriakan kesakitan terdengar bersahut-sahutan. Charly memakai pisau dapurnya, menusuk-nusuk tubuh mereka dengan brutan dan tertawa-tawa seperti orang gila. Darius tidak kalah mengerikan dari kedua temannya. Ia menjambaki mereka, dan menghantamkan wajah mereka berkali-kali ke tanah hingga rupa mereka tidak lagi terbentuk karena tertutup darah. Melihat teman-temannya menggila di bawah, Miya memunguti anak panahnya dan melompat turun, ikut bergabung bersama mereka untuk menyiksa para penyusup kurang ajar itu. Teriakan kesakitan, rintihan, dan tulang-tulang yang patah terdengar seperti iringan musik yang mereka sukai. Keempatnya tidak becus mengurus mansion, tetapi menjadi sangat bisa diandalkan untuk hal seperti ini. Karena pada kenyataannya, Gilbert membawa mereka untuk hal-hal seperti ini. Darius, Miya, Milo, dan Charly mengusap peluh di sekitar pelipis, bernapas lega. Kumpulan manusia dengan jubah hitam dan topeng putih kusam itu sudah tidak ada yang berkutik, entah mati atau sekarat. Darius kembali mengikat mereka, dan mengumpulkan tubuh-tubuh itu di bawah pohon seperti tubuh-tubuh yang sebelumnya. Milo yang pertama menghela napas dan duduk di atas tanah, disusul oleh Darius, Charly, dan Miya yang saling bersandar satu sama lain. “Apa Tuan Muda akan memarahi kita ya? Kita membuat mansion kotor dengan para sampah itu.” Tanya Charly. Darius mengangkat bahu. “Tuan Muda tidak pernah memarahi kita, kemungkinan Nicolin yang akan memarahi kita. Tapi kita ‘kan melakukan apa yang diinginkan Tuan Muda. Milo sudah berusaha bertanya baik-baik, tetapi mereka langsung menghantam wajahnya. Kita tidak ada pilihan lain selain melakukan yang lebih buruk.” Miya dan Milo mengangguk. Mereka berempat tidak ada yang bersuara lagi dan hanya deru napas mereka saja yang terdengar. Lalu tidak lama setelah itu, Nicolin dan Gilbert kembali, mereka berempat buru-buru melaporkan semuanya, dan melihat hawa gelap dari wajah Gilbert, keempatnya tidak bisa melakukan apa-apa selain bersujud dan meminta maaf. --- Gilbert menghela napas, hasratnya untuk melempar vas bunga yang selalu ia lakukan ketika kesal begitu besar, tetapi Gilbert tidak pernah melakukannya di hadapan keempat pelayannya. “Bawa aku kepada mereka.” Milo melebarkan matanya. “Tu-Tuan Muda, tapi kondisi mereka—“ “Jangan membantah, Milo.” Milo menunduk, mengangguk lemas. “Baik Tuan Muda.” Milo membawa Gilbert ke area sebelah kanan mansion, di mana seluruh penyusup itu terikat kuat bersama-sama. Bau darah dan keringat bercampur, menimbulkan aroma busuk yang menyengat. Ketika Milo menyingkir dari hadapan Tuan Mudanya, Gilbert membelalak dan reflek mundur perlahan ketika melihat mereka. “Tuan Muda?” Nicolin menahan tubuh Gilbert yang nyaris ambruk. Tubuh Gilbert bergetar hebat. Nicolin pernah melihat hal ini. Hari itu, ketika mereka berdua menemukan aula besar tempat Gilbert dikorbankan sebagai tumbal persembahan. Nicolin melirik sekitar, dan menemukan topeng yang familiar. Sebuah pemahaman terbentuk di otaknya, dan ia menjadi paham mengapa Gilbert bereaksi seperti itu. -----
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN