Gilbert berakhir tidak tidur hingga pagi menjelang. Ketika matahari tampak dari jendela besar kamarnya, Gilbert kembali membuka halaman terakhir buku harian itu, memeriksa gambar pedang yang lebih seperti bentuk ilustrasi kasar saja. Ia bahkan tidak begitu yakin jika gambar itu benar-benar pedang atau pisau. Gilbert mengasumsikan bahwa itu pedang karena melihat ukuran panjangnya yang tampak terlalu panjang untuk dikategorikan sebagai pisau.
Sebelum pikiran Gilbert kembali terfokus, Nicolin masuk dengan membawa pakaian Gilbert dan tampak terkejut ketika melihat Tuan Mudanya sudah duduk bersandar pada kepala ranjang.
“Tuan Muda bangun lebih awal dari biasanya.” Nicolin meletakkan pakaian Gilbert di meja kemudian menyiapkan alas kaki untuk Gilbert.
“Aku…. Sama sekali tidak tidur.”
Nicolin sedikit melebarkan mata. “Mengapa Tuan Muda melakukannya? Hari ini ada ru-pertemuan antar bangsawan di Istana untuk menindak lanjuti tentang huru-hara yang beberapa waktu lalu meramaikan seluruh wilayah di sekitar Kerajaan.”
“Huh? Pertemuan?”
Nicolin berdiri dan mengambil amplop surat yang diletakkan di atas meja kerja Gilbert. “Tuan Muda belum membacanya. Aku meletakkannya di wadah meja karena biasanya Tuan Muda langsung memeriksa tempat itu setiap hari untuk mengetahui apakah ada surat yang dikirimkan untuk Tuan Muda atau tidak. Sepertinya Tuan Muda lupa memeriksanya.”
Gilbert menerima surat itu dalam diam. Ia menarik segel resmi Istana dan membacanya. Isinya tidak jauh berbeda dari yang dikatakan Gilbert. Ia harus berada di istana siang hari nanti untuk menghadiri pertemuan antar bangsawan yang dirancang Yang Mulia. Gilbert bertanya-tanya apa yang akan dibahas oleh Yang Mulia mengingat fakta bahwa wanita-wanita penghibur yang hilang itu sudah kembali dalam keadaan baik-baik saja.
Gilbert mengangguk usai membaca surat itu. “Siapkan perlengkapanku.”
“Segera dilaksanakan, Tuan Muda.”
---
Gilbert berkali-kali meraba dadanya sendiri. Sudah berkali-kali ia merasakan perasaan aneh sejak mendengar kematian Dorothy dan juga Annie Glover. Seolah, ada sesuatu yang aneh tengah mengganggu perasaannya. Nicolin berkali-kali menanyakan apakah dirinya baik-baik saja, dan Gilbert hanya menanggapinya dengan anggukan singkat.
Pertemuan yang digelar oleh Yang Mulia Raja tidak jauh berbeda dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya. Gilbert hanya diam dan menyimak tanpa minat untuk mengatakan apa-apa kecuali ia secara khusus ditanyai. Semua yang Gilbert dengar hanya seputar kembalinya para wanita penghibur itu, juga sedikit kekesalan Yang Mulia kepada para bangsawan yang beliau tugaskan untuk menyelidiki kasus itu. Pada akhirnya, mereka sama sekali tidak menghasilkan apa-apa.
“Gilbert, mengapa kau tidak mengatakan apa-apa sejak tadi?”
Gilbert menundukkan kepalanya. “Mohon maafkan saya, Yang Mulia. Sebenarnya, ada sesuatu yang menggangguku mengenai pembahasan ini.”
“Katakanlah.”
“Wanita-wanita yang menghilang itu sudah kembali, wujudnya tetap saja, tetapi sikapnya benar-benar berubah. Apakah hal itu tidak aneh, Yang Mulia?”
“Hm, jika hanya bersikap aneh, bukankah itu bisa saja faktor dari mana ia pergi? Mungkin ia terpengaruh?”
“Benarkah? Saya pikir seseorang tidak akan sebegitu berubahnya jika ia pergi atas kemauannya sendiri. Yang Mulia, saya yakin ada juga berpikir hal yang sama. Mengapa mereka menghilang secara bersamaan, mengapa mereka tiba-tiba kembali secara bersamaan, dan mengapa pula sikap mereka berubah seperti orang lain secara bersamaan. Padahal, mereka dari rumah hiburan yang berbeda, yang jelas-jelas tidak saling mengenal. Jika hanya karena tempat yang mereka kunjungi, apakah Yang Mulia bisa memberi jawaban mengapa mereka berlima bisa bisa seperti itu? Terlebih, tiba-tiba ada dua kematian dengan luka yang sama dan juga dalam waktu yang sangat berdekatan.”
“Hei! Berani sekali kau berbicara tidak sopan kepada Yang Mulia?”
Gilbert melirik pria-pria bangsawan yang melontarkan berbagai cacian kepadanya. Ia menarik seringai tipis, bagaimana bisa mereka mengatakan Gilbert tidak sopan padahal mereka sendiri yang berteriak-teriak dengan beragam k********r di hadapan Raja.
Raja Charles menggebrak meja, membuat seluruh bangsawan yang sejak tadi ribut langsung membisu seketika. Raja Charles menatap mereka tajam, tetapi kemudian kembali menatap Gilbert. Senyumannya mengembang, ia menepuk-nepuk bahu Gilbert hingga pemuda itu sedikit terguncang.
“Aku benar-benar salut dengan kepekaanmu, Gilbert. Padahal kau tidak kutugaskan untuk menyelidiki area itu, tetapi kau mengerti semuanya. Sangat membanggakan.”
Gilbert menatap bingung. Sesungguhnya, ini tidak seperti bayangannya. Ia mengira Raja Charles akan marah dan menuduhnya macam-macam karena membicarakan hal itu dan berpikir seolah-olah sang Raja tidak bekerja dengan baik. Tapi apa? Mengapa dia malah memuji Gilbert yang secara tersirat menghinanya?
“Baiklah, aku akan menugaskan beberapa orang untuk menyelidiki keanehan itu. Soal pembunuhan itu, sudah banyak detektif yang tertarik untuk menyelidikinya karena kematiannya terkesan sangat aneh, jadi kurasa pihak Kerajaan tidak perlu ikut campur lebih jauh.”
Gilbert meremat celana bagian pahanya di bawah meja. Rasa kesalnya benar-benar membuncah, membuatnya ingin sekali melempar barang apapun yang ada di sekitarnya andai ia tidak sedang duduk bersama para bangsawan dan juga Raja.
“Baiklah, kurasa pertemuan kali ini sudah cukup. Untuk lebih lanjut, aku akan mengirim surat lagi kepada kalian.”
Semuanya membungkuk hormat ketika Raja Charles berjalan keluar. Sepeninggal sang Raja, gerutuan dan juga ejekan lirih yang ditujukan kepada Gilbert terdengar lagi. Mereka berbisik-bisik, dengan suara yang cukup jelas didengar. Gilbert tidak ambil pusing dan segera melangkah keluar di mana Nicolin menunggunya. Segera saja Nicolin memasangkan jubah milik Gilbert dan memandunya untuk kembali menuju kereta kuda mereka.
“Tuan Muda baik-baik saja?” Tanya Nicolin memastikan.
Gilbert mengangguk. Sekali lagi, pemuda itu menyentuh dadanya, merasakan gejolak tidak nyaman yang terasa begitu mengganggu.
---
Gilbert baru saja menginjakkan kakinya di depan gerbang tanah milik Grey ketika ia melihat kepulan asap pekat yang berasal dari mansion-nya. Nicolin sigap dengan segera menuju ke area mansion untuk memeriksa apa yang sebenarnya terjadi, dan bernapas lega ketika telah memastikan bahwa asap itu hanyalah sisa pembakaran dan bukannya sumber api.
Empat orang pelayan yang direkrut Gilbert secara khusus duduk saling bersandar di halaman mansion dan langsung berdiri sigap ketika melihat Nicolin berdiri di sana.
“Apa yang terjadi?” Tanya Nicolin.
Milo, yang bertugas sebagai tukang kebun keluarga Grey mengacungkan tangannya. “p*********n. Mansion Grey baru saja diserang dan hendak dibakar diam-diam.”
“Huh? Apa maksudmu?”
“Mereka semua memakai topeng berwarna putih kusam, dan hanya tampak bagian mata saja.” Charly menambahkan. “Kami tidak tahu siapa mereka, tapi kemampuan bertarung mereka cukup mumpuni, apalagi mereka membawa segerombolan orang yang bekerja secara terkoordinasi.”
Gilbert menyusun di belakang Nicolin dan berdiri dengan aura sangat gelap. Empat pelayan lainnya langsung menunduk, sama sekali tidak berani menatap Tuan Mudanya.
“Apa-apaan? Sebuah pasukan menyerang area pribadiku?”
Milo, Charly, Miya, dan Darius bergidik ngeri. Serentak mereka langsung menunduk, menempelkan wajah mereka di tanah. “Mohon maafkan kami, Tuan Muda.”
“Bangun, aku tidak pernah menyuruh kalian bersujud padaku. Jelaskan selengkapnya kepadaku.”
“Baik!” Jawab keempatnya serentak.
-----