My Hot Little Wife 1
**
"Virgi, Veli, cepat siap-siap! Nanti malam kita ada acara makan malam bersama sama keluarga Om Danish, jadi kalian harus prepare sebelum jam tujuh! Oke?" teriak Mama Ameera dari dari bawah anak tangga.
Mendengar teriakan Mama, duo anak perawan keluarga Husein Aljash ini segera bereaksi. Veli yang tadi sibuk main game Mobile Legend segera menyudahi kegiatannya, meski pertarungan belum selesai, sedangka Virgi yang hobi membaca segera menutup buku bacaannya.
"Mbak, mendadak perasaan Vi jadi nggak enak," seru Virgi sambil bergerak melompati guling yang ada di dekatnya untuk mendekat ke kakaknya. Maklum meski udah gede, tapi mereka nggak mau pisah kamar. Masih kayak anak bocah yang pada takut tidur sendiri, apalagi Virgi yang punya phobia sama gelap. Kalau lampu mati dan dia nggak ada temennya, bisa geletak pingsan di sembarang tempat.
"Apaan lu? Lebay! Orang makan malam doang sama Om Danish," cibir Veli sambil menggeplak kepala adiknya menggunakan boneka teletubies berwarna hijau kesayangannya.
"Mbak masih nggak percaya sama ilmu penerawanganku?" tanya Virgi sambil mengubah posisi, memperhatikan kakaknya yang kembali asyik dengan game di tangannya dengan seksama.
"Kagak!" jawab Veli dengan tegas sambil mencebikkan bibirnya.
"Dih ... beneran ini tuch pasti ada something, Mbak," kekeh Virgi sambil memili-milin ujung rambutnya.
"Serah elu, Maemunah! Gue mah woles! Kebanyakan baca dongeng jadi otak lu gesrek!" ledek Veli cuek-bebek, malas banget ngeladenin ocehan adiknya.
"Tok ... tok ... tok ...!" Suara ketukan pintu beberapa kali terdengar membuat ke dua perawan duo V ini segera menoleh ke sumber suara.
"Siapa tuch? Bukain sana!" perintah Veli semena-mena. Mentang-mentang paling tua jadi suka senaknya.
"Dih ... Mbak aja sana! Kenapa nyuruh aku?" bantah Virgi yang memilih untuk merebahkan kembali dirinya di tempat tidur.
Veli menjambak rambut adiknya hingga Virgi berteriak kesakitan. "Mbak setan, ya!" pekiknya.
"Lu adik setan! Cepetan buka!" perintah Veli ngotot.
"Ogah!" tolak Virgi seraya membelalakkan kedua bola mata cokelatnya.
"Mau-"
"Apa? Aku bilangin ke Mama lho kalau Mbak Veli punya pacar dua!" potong Virgi mengancam balik kakaknya.
Sementara mereka berdebat, pintu masih juga terdengar diketuk-ketuk beberapa kali.
"Iya-iya!" Akhirnya Veli menyerah dari pada adiknya ini membocorkan rahasianya ke Mama sama Papa.
"Wkwkwkw ... sekarang gue punya senjata buat ngancam Mbak Ve, bahagianya hati gue, anak sholehah Papa sama Mama," celoteh Virgi dengan riang gembira menghina kekalahan kakaknya.
Sialan emang! Kenapa juga kemarin pakai ketahuan ngedate sama Bang Sat. Jadinya kayak gini sekarang. Gerutu Veli.
Veli beringsut turun dari tempat tidur dan menyeret langkahnya malas-malasan ke arah pintu. Rasanya beneran gondok parah karena sekarang gantian dia yang disuruh-suruh adiknya.
Nah, begitu pintu dibuka senyuman Mbak Poni menyambutnya dengan suka cita.
"Mbak Ve, ini ada kiriman baju dari Mama buat nanti makan malam," kata Mbak Poni sambil menyerahkan dua gaun berwarna merah yang tergantung di hanger pada Veli. Baju itu masih baru, masih ada bandrol harganya juga dan masih dibungkus sama plastik putih transparan di luarnya.
"Baju? Buat apaan pakai baju beginian, Mbak Popon?" protes Veli sambil melemaskan kedua pundaknya. Baju-baju itu masih tertahan di tangan Mbak Poni belum Veli ambil alih.
"Apaan, Mbak?" tanya Virgie mendadak kepo. Dia segera turun untuk memeriksa apa yang terjadi.
"Lihat deh, Vi! Masa iya kita disuruh pakai baju buat dangdutan begini sama Mama. Anjiiir ... gua ogah ah!" decak Veli sambil mengedikan bahunya.
Virgi mengamati baju yang ada di tangan asisten rumah tangganya tersebut. Gaun merah sexy dengan ornamen blink-blink serta belahan baju yang tinggi hingga ke paha, modelnya hampir sama, sama-sama norak menurut mereka yang lebih demen pakai baju dress biasa atau baju casual yang simple.
Virgi manggut-manggut sambil melipat satu tangannya di depan d**a dengan tangan yang satu lagi menopang dagunya.
"Ngapain ekspresi lu begitu, Cil?" tegur Veli.
"Beneran ini mah ada yang nggak beres, Mbak," ucap Virgi dengan sangat yakin, udah berasa gantiin Mama Lorens dia mah jadi pintar nerawang gitu.
"Ini, Mbak! Terima aja!" Mbak Poni menyerahkan paksa gaun-gaun itu di tangan Veli. Mau nggak mau Veli menerimanya.
"Kata Mama, Mbak Veli harus dandan yang cantik, kalau enggak uang jajan dipotong selama tiga bulan berturut-turut," ujar Mbak Poni sesuai dengan yang Mama Ameera katakan tadi padanya.
"Nah, kan! Aku bilang apa, Mbak? Pasti ada yang beres, Mbak," ulang Virgi dengan kalimat yang sama.
"Aaaah! Dasar anak kecil! Sok tahu!" pekik Veli masih meragukan ucapan adiknya.
**
Di Hotel StarMoon, kedua keluarga yang sudah lama bersahabat ini melakukan janji temu. Sudah hampir dua bulanan lah mereka tidak berkumpul dan menghabiskan waktu bersama.
"Njiiir, gue susah jalan pakai dress plus sepatu hak tinggi kayak begini, Cil!" gerundel Veli sambil tegopoh-gopoh memegang gaunnya yang menjuntai panjang, udah gitu masih diharuskan menjaga keseimbangan badannya biar nggak jatuh ngejungkel ke belakang.
"Samaan atuh, Mbak. Mana ini rok pendek banget kayak kekurangan bahan," sahut Virgi yang bajunya lebih minim dari kakaknya. Kalau bajunya Veli sexy di bagian atas, kerah V neck yang hampir saja menunjukkan belahan dadanya yang montok.
"Ma, kita mau dijual ke om-om m***m atau gimana sie?" protes Veli.
"Apaan? Memang Mama nggak waras?" omel Mama.
"Kalian ini kan cewek sudah sepantasnya berpakaian seperti itu! Jangan kayak anak cowok, pakai jeans, sepatu kats, main basket!" timpal Papa membuat duo V mati kutu tidak bisa bicara selain menurut saja.
"Udah, Cil! Kita diem aja dari pada nggak dapat jatah jajan," bisik Veli di telinga adiknya.
"Orang Mbak yang dari tadi ngomel, bukan aku," ketus Virgi yang kerap dipanggil bocil oleh kakaknya. Maklum usia mereka terpaut lima tahun.
Setelah naik ke lantai tiga, akhirnya mereka sampai di suatu ruangan yang sudah dipesan khusus oleh Keluarga Danish Pranata. Sampai di sana mereka disambut oleh kedua pelayan yang dengan ramah menjamu kedatangan mereka.
"Hai, Dan! Maaf ya agak telat," sapa Papa Husein, papa kandung Velicia dan Virginia.
"No problem, Sein!" sahut Danish dan sahabat karib sejak mereka masih di bangku putih biru itu pun berpelukan dan bercipika-cipiki ria.
Veli dan Virgi kompak geleng-geleng kepala melihat ke dua orang tua mereka berinteraksi dengan hangat dengan keluarga Danish.
"Udah kayak mau besanan aja ya kita, Cil," bisik Veli.
"Hooh," sahut Virgi singkat. Mereka berdua masih berdiri di belakang orang tua mereka.
"Hallo, Veli! Kamu cantik banget, Sayang," puji Sonia istri dari Danish.
"Terima kasih, Tante," sambut Veli dengan malu-malu.
Ternyata dipuji cantik itu menyenangkan, ya. Pikir Veli dengan hati berbunga-bunga.
"Hai, Virgi. Kamu nggak kalah cantik lho dari kakak kamu." Gantian Tante Sonia memuji Virgi.
"Terima kasih, Tante," balas Virgi dengan sopan sambil menyunggingkan senyumnya.
Tidak lupa ada dua anak-anak lelaki dari Om Danish dan Tante Sonia. Mereka adalah Jefri Rafleshia Pranata dan Chiko Adi Surya Pranata.
Acara makan malam ini pun berlangsung normal, ya. Awalnya! Seperti biasalah, berbincang-bincang soal bisnis ala papa-papa mereka, lalu si mama sibuk bahas tas branded keluaran terbaru. Dan ... anak-anak mereka ngapain? Yang Bocil sibuk ngobrol sama Jefri dan Veli sibuk ngegame sama Chiko yang baru aja lulus SMA, masih tujuh belas tahun usianya.
"Jadi gimana soal pernikahan anak-anak kita?" Pertanyaan Om Danish membuat Veli dan Virgi dengan kompak bertanya, "Apa?"
"Lhah, kompak bener ini dua anak perawan kalian. Udah nggak sabar pingin jadi menantu om, ya?" goda Om Danish membuat duo V menelan ludah kasar.
Eh, apa-apaan ini? Siapa yang mau nikah? Nggak mungkin aku kan? Aku masih bocil. Pikir Virgi sambil menelan ludah kasar.
"Om, memang siapa yang mau nikah?" tanya Veli, nggak mau menduga-duga mending langsung tanya kan dari pada penasaran.
Sementara itu, Jefri terlihat santai saja dengan ucapan papanya seperti yang sudah tahu aja kalau dia mau dinikahkan sama salah satu anak dari sahabat ayahnya. Memang Jefri yang mau dinikahkan? Yaiyalah, nggak mungkin Chiko kan yang baru meletek masuk ke bangku perkuliahan.
"Aduh ... Vi kebelet pipis Om, Tante. Vi kebelakang dulu ya takut ngompol," seru Virgi yang kelihatan banget lagi nerves, takut dikawinin sama emak, bapaknya. Meski dalam hati dia meyakini kalau Mbak Veli yang bakalan dinikahin bukan dia.
Sialan si bocil melarikan diri. Umpat Virgi sambil memperhatikan gesture tubuhnya yang tergesa-gesa.