Ananda Asya Syifa
Bagaimana jika yang tadinya dirimu malas akan tentang cinta, lalu tiba-tiba ada seseorang yang seenaknya datang menaburi cinta, kata-kata manis dan lainnya yang membuat hatimu percaya padanya.
Lalu pernahkah kamu? Setelah dirimu percayakan semuanya padanya, dia mengkhianatimu? Menggenggam hatimu terlalu erat hingga ia tak sadar hatimu telah hancur.
Tidak, ia sengaja menggenggamnya agar dirimu terluka. Lalu dengan enaknya ia melepas hatimu. Setelah hancur ia injak-injak. Bagaimana rasanya? Sakit?
Ini dia perjalanan cinta Asya. Ketika mengenalnya, mengenal cinta, lalu ia tersakiti. Membuatnya semakin merasa bahwa Asya yang paling tersakiti.
*
Pagi ini Asya sudah berada dikelasnya. Tiga hari yang lalu Asya mengikuti masa-masa MOS sekolah yang cukup melelahkan. Dan katanya sekarang sudah mulai pelajaran dan perkenalan guru kelas. Suasana kelas mulai ramai, karna lima belas menit lagi bel masuk berbunyi.
"Nata!" panggil Asya sambil menghadap kebelakang, karena Nata yang notabe-nya sahabat baru Asya duduk di belakangnya.
"Hm?" jawab Nata sekenanya, melihat Nata menjawabnya seperti itu membuat Asya memutar bola matanya malas.
"Temenin ke toilet, yuk!" ucap Asya dengan wajah tampak memohon.
"Ah, nanti ah, gue lagi baper baca w*****d nih. Gila, sweet banget," ucap Nata menggigit kuku jarinya. Rasanya Nata ingin berteriak karena adegan romantis yang ditulis sang penulis pada ceritanya.
"OMAYGAT! GILA, GUE MAU!" teriak Nata tiba-tiba membuat Asya terkejut setengah mati.
"Gila-gila gue hampir telat," ucap Bella yang baru saja datang dengan wajah tampak kelelahan. Sepertinya dia berlari dari parkiran motor sampai kelas.
Bella ini sahabat baru Asya juga. Dia duduk disamping Asya. Ditambah satu lagi orang lagi yaitu Keyna dia juga sahabat baru Asya yang duduk sebangku dengan Nata.
"YA ALLAH, KAPAN GUE DIPELUK KAYA GITU SAMA DOI?!" Nata histeris membuat Asya dan lainnya menutup telinga dan menatap Nata.
"Woi! Dasar sinting! Berisik banget sih lo!" teriak Farro, cowok badboy dikelas Asya atau lebih tepatnya kelas X Ipa 2.
"Apa sih?! Suka-suka gue kali mau berisik atau enggak! Emang sekolah ini punya nenek moyang lo?" ucap Nata dengan wajah judes jurus andalannya.
Asya dan Bella hanya menatap Nata malas. Kalau sudah beradu mulut dengan Farro pasti tidak akan ada kelarnya.
"Nanti sekolah ini gue beli! Awas lo ya, kalo gue udah sukses. Hati-hati naksir!" sindir Farro.
"Pede gila lo!" ucap Nata kembali membaca w*****d di handphone-nya.
"Bell, temenin gue ke toilet, yuk. Gue mau cuci muka nih ngantuk," ucap Asya.
"Yuk, gue juga pengen liat Kak Reno. Kakak kelas yang ganteng itu oh my god. Dia kan suka nongkrong di depan kelas tuh, Kali aja gue liat," ucap Bella dengan senangnya.
"Yeh, dasar ganjen. Ayo ah," pinta Asya yang segera bangkit dari duduknya bersama Bella lalu mereka keluar kelas.
Asya dan Bella berjalan santai melewati beberapa kelas. Lorong sekolah bahkan masih terlihat cukup ramai. Banyak yang berlarian atau sekedar duduk saja. Tiba-tiba saja Asya membulatkan matanya saat tangannya ditarik secara paksa melewati kerumuman.
"Asya!" teriak Bella hingga Asya menatap kearah belakang.
"Bella!" teriak Asya. Asya menatap kedepan, siapa yang menariknya kalau bukan Bella? Tiba-tiba saja Asya sudah sampai di tengah-tengah lingkaran siswa dan siswi yang sedang berkumpul.
Mata Asya melihat sekeliling kebingungan. Lalu menatap lelaki di sampingnya yang masih menggandeng tangannya. Dan tepat di samping lelaki yang Asya tidak kenal itu terdapat kak Hazel.
Ya, Asya mengetahuinya karena waktu MOS dia selalu bolak-balik keluar kelas dan berteriak-teriak tidak jelas bersama kawannya.
Kata teman sekelasnya sih, dia kakak kelas yang banyak dikagumi lelaki di sekolah ini. bajunya yang di crop tee, rok yang di-span, siapa yang tidak suka dengannya? Wajahnya juga cantik dan badannya juga bagus, tidak kurus tidak gemuk.
"Perhatian untuk kalian! Jadi gue mau kalian jadi saksi disini," ucap lelaki yang menggenggam tangan Asya. Asya membulatkan matanya dan segera menarik tangannya. Meronta untuk dilepaskan.
Tapi sayang kekuatan Asya dengan lelaki ini kalah kuatnya, "apa-apaan sih ini?!" Asya menatap tajam lelaki disebelahnya. Lelaki itu menatap Asya yang juga sama tajamnya lalu kembali menatap kedepan. Tatapannya seperti kode yang tidak bias Asya baca.
Kerumuman mulai menjerit tidak jelas. Apalagi Siswi disini, berteriak histeris seakan lelaki ini adalah artis.
"Dan untuk Hazel, dengerin gue baik-baik," ucap lelaki itu, lagi. Asya menatap kerumuman, mencari Bella yang entah kemana. Ini sungguh ramai sekali. Mungkin Bella tenggelam didalam keramaian karna tubuhnya pendek.
"Hazell lo bilang kalo gue belum punya pacar, lo masih berhak ganggu gue. Dan sekarang liat baik-baik dan untuk semuanya kalian adalah saksi," kata lelaki ini dengan tegas. Hazell membulatkan matanya. Tangannya yang tadinya terlipat di depan d**a terlepas perlahan.
"Sekarang dia adalah pacar gue dan lo gak berhak ganggu gue."
Mendadak semua menjadi histeris. Membuat Asya menutup telinganya, bahkan Hazell menatap lelaki ini tak percaya. Asya hanya bisa menatap keduanya dengan tatapan bingung. Tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan keduanya barusan.
"Arsyad lo pasti bohong kan? Lo pasti bercanda kan? Engga, lo pasti masih sayang sama gue," kata Hazel seraya menarik-narik tangan lelaki ini.
Arsyad? Namanya Arsyad? Batin Asya.
"She's mine now," jawab Arsyad seraya merangkul Asya dengan posisi tangannya dipinggang Asya. Asya membulatkan matanya.
"Hey!" teriak Asya berusaha menghindar tapi Arsyad menahannya agar tetap dekat dengannya. Suasana semakin riuh. Membuat Asya semakin pusing ketika mendengarnya.
"Lo jahat Syad." Hazell berlalu pergi.
Bell masuk berbunyi sampai membuat kerumunan mulai merenggang sekarang. Menyisakan tiga lelaki yang Asya yakini bahwa mereka teman Arsyad.
PLAK!
Asya menampar Arsyad dibagian pipi kanannya. Arsyad membulatkan matanya dan menyentuh pipinya.
"Wah, perih tuh," ucap salah satu temannya yang ikut menyentuh pipinya.
"Lo pikir lo siapa berani meluk pinggang gue kaya tadi?!" omel Asya tepat di depan wajah Arsyad.
Arsyad terseyum miring seraya menyentuh pipinya, "gue pacar lo, remember? Barusan lo sah jadi pacar gue."
"Engga, lo gila!" teriak Asya lagi.
Arsyad memasukan kedua tangannya disaku celananya,"gue emang gila sih."
"Arsyad emang pandai kalo soal ngerayu cewek deh," ucap Temannya yang dibalas anggukan yang lainnya.
"Sekarang sebut nama lo siapa?" tanya Arsyad enteng.
"Gak akan gue kasih tau buat cowok macam lo!" jawab Asya berapi-api.
"Wah, tontonan gratis nih," ucap salah satu teman Arsyad.
"Asya! Kelas kita udah ada guru!" teriak Bella membuat Asya menoleh dan mengumpat kesal akibat Bella yang barusan menyebut namanya.
"Wow, beautifull name. Teman yang sangat baik," ucap Arsyad seraya menatap Asya. Asya menginjak kaki Arsyad kuat-kuat lalu berlalu pergi.
Arsyad mengaduh kesakitan, “sial."
"Mampus," kata Asya puas lalu kembali ke kelas.
*
"Hidup lo udah gak nyaman lagi, Sya!" Nata histeris. Bell istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu dan Asya memutuskan untuk di kelas saja karna takut bertemu dengan Arsyad lagi.
"Arsyad dikenal cowok ganteng yang dikagumin sama siswi disini," ucap Keyna tidak ada hentinya menatap layar handphone-nya.
Mendengar cerita dari Bella dan Asya sendiri, Keyna langsung mencari i********: Arsyad dengan mudahnya di handphone Asya.
Tadi pas Asya kembali, Keyna baru datang dan dihukum karna terlambat.
"Udah kaya di novel aja, ya, kejadian lo barusan," kata Nata seraya menatap Asya. Asya memutar bola matanya malas.
"Tapi, Arsyad ganteng kok menurut gue," sahut Bella. Sahabat Asya memang aneh-aneh.
Nata yang suka membaca, Bella yang pengagum cowok ganteng dan Keyna yang stalker. Cuma Asya yang waras dan normal disini, menurutnya.
"Hai? Apa disini ada yang namanya Asya?" Tiba-tiba seorang laki-laki membuat Asya dan lainnya menoleh. Bagus dikelas hanya Asya, Nata, Bella dan Keyna saja.
"Gue, kenapa?" jawab Asya.
"Itu Kak Reno," bisik Bella dengan nada senang yang tertahan.
"Lo dipanggil Arsyad buat kelapangan."