Fakta yang baru terungkap
Sebuah jalanan padat karena kerumunan orang-orang yang disebabkan oleh kecelakaan tunggal di jalan tersebut. Sebuah mobil mahal Mercedes Benz Maybach S-class yang dibanderol dengan harga 7,5 miliar rupiah itu hancur setelah menabrak tembok pembatas jalan. Sedangkan korban berjumlah tiga orang yang terdiri dari dua orang dewasa dan satu anak kecil, yang ada di dalam sana langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan pertama.
Di rumah sakit, terdapat sosok wanita yang begitu terpukul setelah menerima kabar bahwa suami tercinta mengalami kecelakaan tunggal di jalan Anggrek. Bukan hanya sekedar terpukul karena melihat suaminya terluka parah, melainkan hatinya ikut merasakan sakit akibat rasa kecewa yang luar biasa. Bagaimana bisa ia menerima fakta bahwa suaminya kecelakaan bersama istri dan anaknya bersama wanita lain.
Ternyata selama lima tahun terakhir ini ia telah dibohongi oleh Bian, suaminya tercinta. Bahkan, mereka telah memiliki seorang putra yang tak dimiliki olehnya. Pantas saja pria itu tidak pernah memintanya anak untuk keturunan. Ternyata suaminya telah memiliki anak bersama wanita lain, yang ia duga sebagai adik madunya.
Sakit hati dan rasa kecewa mulai menyelimuti dirinya, hingga ia tak mampu mengekspresikan betapa hancur hati dan hidupnya, dikarenakan perselingkuhan yang begitu apik dilakukan oleh Bian. Bahkan selama ini ia tidak pernah curiga sedikit pun pada sosok pria itu.
Sikap manis dan lembut pria itu ternyata hanya untuk menutupi kebusukannya semata. Ia merasa hancur! Ia merasa begitu bodoh karena sudah dibohongi selama usia pernikahannya.
Kapan pria itu menikah lagi, hingga ia tidak tahu sedikit pun kebohongan yang ditutupi oleh Bian. Apa alasan pria itu menduakannya? Apa karena anak? Atau memang pria itu hanya berpura-pura mencintainya?!
Rasanya hati Nana begitu hancur, dan tidak akan pernah bisa kembali lagi seperti semula. Bahkan, untuk menatap suaminya yang tengah terluka pun ia tak sanggup. Apalagi saat ia melihat sosok wanita dan sosok anak kecil yang tak jauh dari ruangan suaminya, sedang terbaring lemah di atas ranjang Rumah sakit tersebut.
"Mas Bian, Apa salahku padamu selama ini? Kenapa kamu tega membohongiku? Apa kau sudah puas melihatku hancur?! Melihatmu terbaring lemah di sini, membuatku bingung. Antara aku harus sedih atau aku harus senang, atas apa yang telah terjadi padamu. Maafkan aku mas, aku tidak bisa menjadi sosok istri seperti dulu lagi."
Setelah mengetahui kebenaran itu, Nana Abraham langsung pergi dari rumah sakit menuju kediaman orang tuanya. Sosok wanita cantik dan anggun itu tidak akan pernah membiarkan siapapun menyakiti dirinya lagi dikemudian hari.
Nana Abraham, seorang wanita cantik berusia 26 tahun. Memiliki sifat yang ramah tapi tetap tegas, dan memiliki karakter yang begitu kuat. Terlahir dari seorang pengusaha sukses di kotanya, membuat wanita itu diincar oleh para lelaki di luaran sana. Akan tetapi, sebagai seorang putri tunggal, ia mengorbankan hidupnya demi menikah dengan seorang pria yang merupakan karyawan perusahaan ayahnya sendiri.
Menjalani pendidikan S1 bersamaan dengan menjadi ibu rumah tangga, adalah syarat dari sang ayah sebelum menikahkan Nana dengan Albian Dirgantara. Arsenio Abraham, yang merupakan sosok ayah dari Nana Abraham harus memastikan masa depan putrinya. Apalagi saat Sang Putri jatuh cinta dan memilih menikah dengan karyawannya sendiri, Albian Dirgantara.
"Apa! Berani sekali dia mengkhianati putriku!" Gertak Tuan Arsenio setelah mendengar fakta bahwa suami anaknya telah berkhianat.
Ya! Nana memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya. Baru kali ini ia merasa frustasi, dan baru kali ini juga, ia pulang dan mengadu mengenai masalah rumah tangganya. Dengan perasaan yang masih menggebu, tentu saja Nana menginginkan sebuah perceraian, dan kali ini ia ingin memakai kekuasaan sang ayah untuk mempercepat prosesnya.
"Tenangkan diri dulu pah, mungkin Ini hanya salah paham saja. Kita juga belum tahu masalahnya seperti apa. Kita juga tidak bisa ikut campur urusan rumah tangga Putri kita," tutur nyonya Oliver sambil mengelus punggung suaminya yang kini tengah duduk di sofa.
"Nana, kamu tenangkan diri dulu, sayang. Mama tahu, masalah ini jadi pukulan terbesar bagi kamu, tapi kita tidak mungkin mengambil keputusan secara satu pihak saja, bahkan saat ini Suamimu masih tak sadarkan diri di rumah sakit. Setidaknya kita tunggu dia pulang dulu," saran nyonya Oliver pada putrinya. Wanita itu tak henti-hentinya menangis, karena selama ini ia tidak pernah merasakan rasanya pengkhianatan dari orang terkasihnya.
"Ma, pa, aku ingin istirahat dulu. Aku akan di sini sampai mas Bian pulang dari rumah sakit. Aku mohon izinkan aku," pintanya dengan memelas.
"Baiklah, satu jam lagi kita akan makan malam. Kamu istirahat dulu dan tenangkan pikiran mu. Jangan membuat laki-laki seperti Bian menghancurkan hidup mu, sayang. Sesakit apapun, kau harus tetap melanjutkan hidup mu dengan baik. Pergilah, ke kamar mu!" Nyonya Oliver menatap kepergian sang putri dari sana. Sebenarnya ia tidak tega melihat keadaan Nana, tapi ia juga tidak bisa mengambil keputusan dengan tergesa-gesa, dan ia juga tidak bisa ikut campur ke dalam urusan rumah tangga putrinya.
"Mah, papah gak terima jika putri kita diperlakukan seperti ini. Dia adalah permata keluarga kita, dan jadi satu-satunya ahli waris AB Company. Ini sebuah penghinaan bagi keluarga besar kita," geram Tuan Arsenio saat mengingat penggunaan besaran yang dilakukan oleh menantunya sendiri, Albian Dirgantara.
"Mamah mengerti pah, tapi kita tidak bisa mengambil keputusan jauh, karena ini mengenai masa depan Putri kita. Kita harus menemukan solusi yang terbaik, agar Nana tidak menyesal di kemudian hari." Terlihat Tuan Arsenio menghela nafasnya panjang, saat mendengar penuturan sang istri. Oliver memang ada benarnya, dia tidak bisa membuat keputusan sendiri. Akan tetapi, ia tidak akan pernah membiarkan Bian bertindak sesuka hati, yang bisa saja menyakiti hati Nana. Sebagai seorang ayah, ia tidak menerima jika putrinya disakiti dan dikhianati oleh pria lain.
***
Di sisi lain seorang pria baru saja sadar dari masa kritisnya. Wajahnya yang pucat, dengan tubuh yang masih lemah, pria itu masih mengkhawatirkan dua orang yang ikut terseret dalam kecelakaan tunggal yang dialaminya. Istri sirinya, Mela, dan anaknya yang berusia empat tahun, Billy. Namun ada satu hal yang mengganggu pikirannya, yaitu Nana, istri sahnya.
Apakah wanita itu sudah mengetahui tragedi yang telah menimpanya, dan mengetahui kebenaran yang ia sembunyikan selama ini? Lalu ke mana Nana saat ini? Sungguh yang merasa sangat khawatir dengan keadaannya setelah ini.
"Sus, apakah keluarga saya sudah diberitahu mengenai tragedi yang menimpa saya?" Tanya Bian dengan nada yang masih sangat lemah.