Setelah kejadian tadi, Clara sangat malu dan menjadi canggung, untunglah sekarang adalah hari resepsi pernikahan jadi mereka berdua tidak perlu diam di dalam ruangan yang sepi yang mengakibatkan jantung Clara berpompa cepat nantinya.
Mereka sudah menyalami lebih kurang seribu tamu undangan dan masih tersisa dua ribu tamu undangan lainnya. Ditambah lagi sepatu heels sepuluh cm yang digunakan Clara sungguh sangat menyiksa, rasanya Clara ingin pura-pura pingsan agar dia dapat beristirahat di kamar.
Zikri yang melihat muka lelah istrinya segera berlutut dan melepaskan sepatu heels tersebut.
"Kalo engga bisa pakai lepas aja!" kata Zikri tegas sambil memijat kaki Clara.
Clara yang mendengar itu rasanya ingin mencakar mulut Zikri, kenapa dia yang salah seharusnya Zikri yang di salahkan. Zikri itu sangat ketus kalo berbicara tapi sikapnya bikin baper.
"Ihh seharusnya aku yang marah sama Pak Bos! punya tinggi badan kaya tiang listrik kan aku malu kalo engga pakai heels," omel Clara di dekat telinga Zikri.
Zikri yang mendengar itu langsung saja berdiri, benar saja tinggi Zikri dan Clara sangat jauh jika dia melepaskan heelsnya hanya sebatas d**a Zikri.
"Makanya minum s**u!" balas Zikri dengan wajah penuh senyuman menggoda.
"Nanti, udah resepsi beliin s**u boneeto rasa vanilla satu, ya, pak bos," rayu Clara dengan mengeluarkan puppy eyesnya.
Zikri yang mendengar itu langsung saja merangkul Clara karena di depan mereka sekarang ada Lian.
"Wehh si Bos ngegas terus nih," ucap Lian dengan diikuti suara tawanya.
"Makanya cari istri sana, kan nanti Mas Lian bisa di beliin permen milkita sama istri Mas Lian," kata Clara menggoda Lian.
"Tapi maunya yang kaya Clara," ucap Lian balik, sambil menampilkan senyum termanisnya.
Zikri yang mendengar itu langsung saja melotot ke arah Lian.
"Mau mati!" ketus Zikri dengan muka galaknya.
Lian yang melihat ekspresi bosnya langsung saja takut.
"Buk bos, Lian takut," ucap Lian dengan gaya yang di imut-imutkan sambil bergerak maju kearah Clara, namun segera saja tangan kekar Zikri menghadang.
Clara yang melihat itupun terkekeh dan menampilkan senyum termanisnya yang membuat Zikri tidak berkedip melihatnya.
"Engga usah sampe ngeces gitu Bos, ntar tiap hari Bos liatin terus muka buk bos kalo perlu di segel," goda Lian di telinga Zikri, yang membuat Zikri ingin melempar Lian ke Antartika.
“Yan, gaji bulan ini belum keluar,” peringat Zikri dengan penuh ancaman.
“Hahahahah ampun! Pak Bos, kalo kaya gitu,” lirih Lian sambil membentuk prmohonan dengan menyatukan kedua tangannya. Lian yang tahu dalam bahaya segera saja berpamitan kepada mereka berdua, "Yaudah gue pamit , ya , Pak Bos dan Buk Bos, cepetan buatin gue ponakan," bisik Lian ke tlinga Zikri sebelum meninggalkan mereka berdua. Clara yang mendengar godaan Lian langsung saja tersenyum malu.
"Pak Bos, nanti kita bikin tujuh ya, tapi kembar biar lucu," ucap Clara sambil membayangkan bayi yang lucu -lucu.
Zikri yang mendengar itu langsung saja melotot, bagaimana bisa seorang wanita yang menawarkan ingin punya anak tujuh, biasanya satu aja sudah banyak mengeluh, Zikri mah enak-enak aja yang susah mah Clara nantinya.
"Ra, kamu gila ya?" tanya Zikri sambil mengecek kening Clara.
"Heheheh, bercanda Pak Bos," Clara mengeluarkan tanda peace dengan jari tengah dan telunjuknya.
Zikri yang mendengar itu merasa kecewa, "Coba beneran kan tiap malam bisa berjuang sama-sama," batin zikri dalam hati, Zikri langsung menggelengkan kepalanya agar otaknya jernih kembali.
Mereka masih menyalami satu persatu tamu dengan Clara yang sudah mebuka sepatunya karena Zikri mengancam akan menggendongnya di depan umum jika dia tidak mau menuruti Zikri, alhasil Clara seperti Adiknya Zikri di sebuah pelaminan.
"Astaga Clara! Mbak engga nyangka kamu duluin mbak nikah nih," jerit Mbak Lia dengan sangat heboh dan memeluk Clara berulang kali.
"Hahah Mbak nih, bukan gitu Mbak," bela Clara dengan perasaan bersalah.
"Bapak, yakin nikahin Clara? dia makannya banyak pak! Badannya aja yang kecil," seru Mbak Lia dengan cerewetnya.
"Nanti saya kasih makan sekarung biar dia bisa gendut!" ujar Zikri menatap clara disampingnya. Sedangkan yang di tatap tertunduk malu, “Mbak lia membongkar aib ku,” batin Clara dalam hati.
"Heheh, becanda Pak, tolong jagain adik kecilku ini ya Pak, walaupun di luarnya kuat tapi dia itu rapuh Pak," terang Mbak Lia menatap adik kecilnya itu penuh perhatian.
"Mbak pulang ya Ra, jadi istri yang baik, ya," kata Mbak Lia memeluk Clara erat lalu meninggalkan Clara dan Zikri.
Papa Aryo sudah berada di kamar istirahat karena tidak boleh terlalu lelah. Sedangakan tamu-tamu masih banyak sekali.
Yang menemani mereka berdua adalah Mama Winda, Papa Agung dan Mama Siti.