Sebuah mimpi menyeretku dengan sangat kejam ke kesadaranku. Aku tidak biasanya bermimpi, mungkin pikiranku terlalu penuh saat aku kembali dari Jerman beberapa jam yang lalu. Aku melihat Reyhan dipukuli di dalam mimpi itu, hatiku tenggelam memikirkannya, kukerjapkan mataku dan segera mengusir mimpi sialan itu, sejak pengakuan kenangan masa kecilnya yang menyedihkan saat di Venesia, aku semakin ingin tahu lebih banyak tentang apa saja yang dilaluinya. Reyhan baru saja masuk ke dalam kamar dan menghampiriku dengan senyum pesona sejuta bintangnya, ia mengecup puncak kepalaku menghirup aroma rambutku lalu duduk di tepi tempat tidur. "Merlin menunggu kita di tempat praktiknya," ingatkannya dan aku bingung sejenak mengingat nama itu, lalu aku menyadarinya, bertemu psikiaternya. Aku mengangguk l

