bc

Pemilik Hati Tuan Mafia

book_age18+
4.2K
IKUTI
22.7K
BACA
pregnant
dominant
goodgirl
cruel
virgin
like
intro-logo
Uraian

Follow ig Author @saka_biya

“Lenyapkan anak itu! Aku tak ingin memiliki anak!” Rayden mengecam Naraya, gadis yang telah berkali-kali melayaninya hingga hamil.

Naraya mengiba, dia tak ingin menggugurkan kandungannya karena dia ingin melahirkan bayi tak berdosa itu ke dunia ini. Naraya berharap, bayi mungil yang ia lahirkan nanti akan mampu mengetuk hati mafia kejam bernama Rayden Xavier itu.

“Tunggu dulu, Tuan ... aku pastikan, kalau anak ini pasti akan melengkapi hidupmu! Berilah dia kesempatan untuk hidup!” ratap Naraya.

Perlahan, Rayden pun mau menerima kehamilan tawanan istimewanya itu.

chap-preview
Pratinjau gratis
Poor Girl
"Dimana ayahku? Dimana?" Seorang gadis dengan seragam pelayan sebuah minimarket tampak protes menanyakan keberadaan ayahnya di depan gerbang utama Black Eagle. Barangkali gadis itu tak tahu kalau tempat yang ia datangi saat ini adalah gerbang markas utama kelompok mafia paling disegani di kota ini. "Pergi sana! Sebelum bos besar kami melihatmu!" Seorang pengawal dengan pakaian serba hitam mengusir. "Tapi dimana ayahku? Ada di dalam, kan? Tolong bebaskan dia!" Gadis itu masih berusaha menembus gerbang tinggi berkawat duri itu. Rayden yang baru keluar dari gerbang dengan mobilnya berhenti sejenak melihat keributan kecil di depan gerbang itu. Rayden melihat seorang perempuan muda meronta memaksa masuk ke dalam markas. Rayden mengerutkan dahinya, dia tak menyangka ada gadis se-berani itu. Rayden pun cukup tertarik. Rayden Xavier, itu lah namanya! Dia adalah salah satu pimpinan tertinggi dari kelompok Mafia bernama Black Eagle yang menjalankan roda bisnis ilegal di wilayah itu. Dia masih cukup muda, 29 tahun. Dia memiliki perawakan tinggi atletis serta wajah tampan yang tegas dan tatapan mata yang dingin, dia kejam namun begitu sempurna dan mempesona. "Siapa ayahmu, huh? Keras kepala juga yaa kau ini!" gerutu penjaga gerbang itu. "Tora! Tora Martin! Kalian menyanderanya kan di dalam???" "Oh, preman pasar yang sok jagoan itu? Dia udah end! Udah mati kemarin sore!" jawab penjaga gerbang dengan santainya. Sementara itu, sang gadis seketika terkesiap mendengar kabar bahwa ayah yang ia cari itu telah habis di tangan para mafia kejam. "Siapa yang membunuhnya? Siapa? Aku ingin menemuinya!" Gadis itu makin histeris, dia menangis tak karuan. Rayden masih memperhatikan gadis berusia 20 tahunan lebih itu menangis histeris bertanya pasal sang ayah yang kemarin sudah Black Eagle kirim ke alam akhirat. "Pergilah! Pergi! Jangan biarkan kami melakukan hal yang sama padamu!" kata penjaga gerbang sembari memukul mundur gadis yang semakin berderai air mata itu. "Kalau begitu beritahu aku dimana kalian menguburkannya!!!" Suara gadis itu kian lantang Rayden dengar, Rayden semakin terpancing, dia pun memutuskan untuk keluar dan turun dari mobilnya dan berjalan mendekat ke sumber keributan. "Ikat dia!" perintah Rayden tanpa basa-basi. Rayden melihat ekspresi gadis itu berubah menjadi sangat ketakutan. Usaha ngototnya untuk memaksa masuk ke dalam markas seketika pudar begitu sang gadis menatap karisma dan damage yang Rayden tampilkan. "Ikat, Bos?" tanya penjaga gerbang, dia merasa tak tega jika harus menyerahkan gadis itu ke tangan Rayden. Pasti Rayden akan menghilangkannya tanpa jejak. "Ya! Ikat dan masukan ke dalam mobil!" Kalau Rayden sudah memutuskan, maka tak ada yang berani membantah. Walau agak ragu, penjaga gerbang segera laksanakan perintah Rayden yang kembali masuk ke dalam mobilnya. "Jangan! Ja ...." Gadis itu masih sempat memberontak, tapi apa daya, dia tak bisa menolak ikatan tangan dan lakban hitam membungkam pekikannya. BRUK, si penjaga gerbang memasukan gadis itu ke dalam mobil sedan mengkilap Rayden dan menutup pintunya, menutup akses keselamatan untuk gadis malang itu. Apa yang akan Rayden lakukan pada gadis malang itu? *** Rayden mengemudi dengan santai, sesekali ia melihat ke arah jok belakang mobilnya lewat kaca spion di atas kepalanya. Dia melihat seorang gadis terikat tak berdaya dengan ketakutan yang bergelayutan di wajah manisnya. Entah apa rencana Rayden untuk gadis itu? Apakah ia akan membunuhnya? Atau menyimpannya sebagai tawanan? Entahlah! Yang pasti, seorang Rayden Xavier tak pernah pandang bulu terhadap targetnya, jika ia sudah merasa terusik dan terganggu maka ia tak akan segan membunuh orang yang dikehendakinya. Beberapa menit kemudian Rayden sudah sampai di kediamannya. Sebuah rumah cukup besar dengan pengamanan ketat, sama ketatnya dengan pengamanan markas besar Black Eagle. Pintu pagar tinggi itu akan terbuka dengan akses finger print di sistem gawainya yang langsung terhubung dengan sistem pintar yang ada di gerbang hitam menjulangnya itu. Jika seperti ini, tak ada seorang pun selain dirinya yang bisa masuk ke dalam rumahnya itu. Begitu Rayden menempelkan sidik jari di atas layar ponselnya, maka sejurus dengan itu gerbangnya terbuka perlahan, Rayden benar-benar menjaga privasinya. Dia turun dari depan kemudi, lalu mengeluarkan gadis malang itu, gadis yang mungkin tinggal menghitung detik demi detik sisa hidupnya. "Harusnya aku habisi kau sekarang juga!" desisnya tajam sembari menarik tubuh gadis yang sedikit berontak itu. "Tapi aku akan menyimpanmu sampai besok pagi!" tambahnya lalu Rayden mengangkat gadis itu dan meletakannya di atas pundaknya. Gadis itu tampak kaku, dia pasti sangat ketakutan, tak ada gerakan kaki yang meronta, sepertinya gadis itu sudah pasrah dengan nasibnya. CKTT, Rayden membukakan pintu, KLIK! Lalu menyalakan lampu kemudian BRUK!!! Membanting tubuh sang gadis dengan kasar ke atas sofa. Walau derai air mata begitu menggoda untuk dikasihani tapi hal itu tak akan berlaku untuk pria kejam seperti Rayden. SRTTTT, Rayden membuka lakban yang menempel memanjang di area mulut gadis itu. Awww! Sakit sudah pasti, Rayden menariknya tanpa aba-aba dan dengan kasar, mungkin sebagian bulu halus di area mulut gadis bermata indah itu tercabut tanpa permisi. Rayden menatapnya, Rayden menatap gadis itu cukup lekat tapi sang gadis seperti sengaja menghindari tatapan maut Rayden, semua wanita akan lemah dibuatnya. "Naraya Jasmine!" gumam Rayden, setidaknya Rayden bisa tahu identitas gadis itu dari name tag yang masih terpasang di d**a kiri si gadis. Naraya, itu lah namanya. "A-ampun, tolong lepaskan aku, tuan!" Gadis itu memohon, ada vibra di suara lembutnya itu dan apakah itu akan menyentuh hati Rayden? Jawabannya .... PLAK, Rayden malah menyambut untaian ketakutan Naraya dengan tamparan telak di pipi kirinya sampai menyisakan tanda merah. "Kau sudah membuat aku marah! Aku tak akan pernah melepaskanmu! Ini adalah tempat terakhirmu menghela nafas, nikmati lah! Waktumu hanya tinggal beberapa jam lagi!" ucap Rayden lalu menghembuskan asap rokok tepat ke muka Naraya, setidaknya, panggilah gadis itu dengan sebutan Nara. Rayden tersenyum puas melihat betapa gentar dan tertekannya gadis itu. Melihat ketakutan orang-orang di depan mukanya adalah salah satu hal yang disukai pria dengan tinggi 181 cm itu. Naraya terlihat tertekan, amat sangat tertekan. Bagaimana tidak? Tak ada yang bisa lolos dari cengkraman kemarahan seorang Rayden Xavier, dan Rayden sama sekali tak peduli dengan Naraya. Rayden tandaskan puntung rokoknya lalu membuka jas hitamnya, dia juga membuka beberapa kancing kemejanya sampai tampak kedua belah dadanya yang bidang yang sudah berhias tatoo dengan pola rumit di kedua sisinya. "Nikmati detik-detik terakhirmu!" kata Rayden dan dia masih menikmati rasa takut Naraya. Bahkan mungkin Naraya bisa mati tertekan sebelum Rayden benar-benar membunuhnya, setidaknya itu yang terlihat saat ini. Berurusan dengan Black Eagle adalah mimpi buruk. Tak ada kata selamat, para tawanan akan mengalami depresi menjelang ajalnya. Begitu lah permainannya. Black Eagle mungkin sudah melenyapkan ratusan nyawa bahkan nyawa orang-orang tak bersalah yang tak sengaja bersinggungan dengan para petingginya. Seperti halnya yang dialami gadis malang yang terduduk lemas di hadapan Rayden saat ini. Ia hanya mencari keberadaan Ayahnya, dan karena Rayden merasa terganggu dengan keberaniannya, gadis itu harus menerima nasib bahwa hidupnya hanya tinggal beberapa saat lagi. Kecuali jika Rayden masih punya secuil nurani untuk membiarkan Naraya tetap hidup walau akhirnya harus rela dijual ke club-club dan kasino di wilayah kekuasaan Black Eagle. "Apa kau masih perawan?" tanya Rayden, gadis itu tak menjawab, seluruh tubuhnya menggigil, itu tampak jelas di mata Rayden. "Kalau masih perawan, mungkin Black Eagle bisa menjualmu dengan harga yang tinggi!" tambahnya. Gadis itu tetap bungkam dan ketakutan. "Apa harus aku periksa sendiri?" cetus Rayden, lalu kembali bangkit dan berjalan ke arah Naraya. Tap tap, dua langkah saja dan Rayden sudah bisa melakukan apa yang ingin dia lakukan terhadap gadis malang itu. "Let see ...." Pertama-tama Rayden melepaskan ikatan tali yang membelit kedua tangan Naraya, ikatan tali tambang itu cukup kuat sampai menyisakan bekas merah tapi mungkin itu bukan masalah terbesar untuk Naraya saat ini. Rayden masih menjadi momok paling ia takuti terlebih saat ini Rayden membuka paksa pakaian seragam pegawai sebuah mini market yang Naraya kenakan, ya! Mungkin Naraya adalah seorang kasir di sebuah mini market, setidaknya itu tergambar dari penampilannya saat ini. Rayden senang karena Naraya tak melawan kehendaknya. Mungkin Naraya tahu jika ia menolak dan berontak maka itu akan akan membangkitkan amarah Rayden lagi. Bisa tetap hidup walau pada akhirnya akan menjadi tawanan mungkin terdengar lebih baik dari pada harus mati terbunuh hari ini juga, mungkin itu yang ada di pikiran gadis 20 tahunan itu. Lagi, Rayden kembali melakukan kehendaknya, dia buka pakaian dalam yang membalut tubuh bagian atas Naraya dan sudah jelas kalau tubuh ranum itu cukup menggoda penglihatannya terlebih saat Rayden membuka pengait bra Naraya tanpa ragu. Mata liarnya sebagai lelaki normal menangkap dua penampakan indah itu. Bulat dan penuh, kelihatannya memang seperti belum pernah mendapat sentuhan liar dari pria mana pun. "Ya, sepertinya aku bisa menjualmu dengan harga tinggi!" kata Rayden dengan senyum seringai ciri khasnya dan matanya masih tak lepas memandangi harta berharga gadis perawan itu. Hiks, kali ini Rayden mendengar isakan perih, dan saat matanya naik ke wajah Naraya, Rayden juga melihat wajah penuh penyesalan terpampang nyata di hadapannya. "Jangan menangis, Sayang! Mungkin aku bisa menukarmu dengan super car baru pada Bos Mafia lain di negara S!" kata Rayden dan dia semakin mendekat. Sungguh, apa yang terlihat oleh matanya sudah sampai pada otaknya dan menggelitik hasratnya untuk menyentuh keindahan luar biasa itu. "Tapi ...." Rayden menunduk lalu berbisik tepat di telinga Naraya yang tak bisa mengendalikan getaran tubuhnya lagi. "Mungkin aku juga bisa mencicipimu sebentar lalu membuangmu ke dasar laut besok pagi! Tinggal pilih mana yang kamu inginkan!" bisik Rayden yang merasakan libidonya perlahan naik ke ubun-ubun. "Izinkan aku untuk tetap hidup, Tuan ...." gumam Naraya, suaranya yang lembut kembali mengalun di telinga Rayden. Rayden menoleh dan menemukan seraut wajah manis yang semakin dan semakin ketakutan. Rayden menatapnya lagi, kedua hazel eyes yang berlindung di kelopak matanya yang tajam seperti elang itu kembali mengintimidasi. Tapi, kalau saja bukan sedang dalam tekanan, Naraya tak akan mungkin menolak terjangan nafsu dari seorang Rayden Xavier. hanya saja saat ini Naraya masih terlihat ketakutan oleh ucapan-ucapan Rayden. "Heum, akan aku pertimbangkan! Asal kau bisa berguna untukku, aku akan membiarkan kau hidup lebih lama!" bisik Rayden dan tangannya yang menunjukan urat-uratnya itu menangkup menutup kedua barang yang memanggil-manggilnya untuk ia sentuh sejak tadi itu. Desahan halus terlontar begitu kedua telapak tangan Rayden sampai di kedua belah d**a molek gadis perawan itu. "Katakan! Apa kau pernah melakukannya?" tanya Ray santai saat tangannya semakin liar meremas kedua gumpalan surga itu. Naraya sepertinya tak bisa menjawab, dia terlalu menikmatinya. Dan hampir seluruh wanita di luar sana mendambakan sentuhan seorang Rayden Xavier. "Ouuchh, Tuan ...." Lagi, hanya desah manja yang terdengar dan KRIIIIING, dering ponsel tiba-tiba mengusik keasikan yang sedang Rayden rasakan. Rayden menarik ponsel dari saku celananya. "Sial!" rutuknya sebelum dia mengangkat panggilan telepon itu.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

BELENGGU

read
65.3K
bc

Hasrat Istri simpanan

read
9.7K
bc

Revenge

read
19.6K
bc

The CEO's Little Wife

read
632.0K
bc

After That Night

read
10.3K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
57.0K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook