POV NURMALA Dadaku kembang kempis, nafasku masih memburu. Meskipun aku sudah membalas perbuatan Vanessa lebih kejam, tapi emosi masih mengungkung hatiku. Seumur hidup tidak pernah ada orang yang berlaku kasar padaku kecuali Vanessa dan Alfian. Aku dan Alfian duduk di dalam mobil. Dengan telaten Alfian mengeringkan wajahku dengan tissue, dari mulai kening, mata, pipi dan hidung. Kemudian ia mengambil tissue baru setelah membuang tissue yang sudah kotor. Dia beralih mengusap pakaianku yang basah di bagian d**a. "Kenapa tidak kamu siram dengan sambal saja wajahnya biar jera. Kan, di meja tadi ada semangkok sambal." "Harga cabai mahal, 120.000 perkilo," jawabku asal. Alfian malah terkekeh lalu menarik hidungku. "Kamu sangat menggemaskan, di saat seperti ini masih saja ngelawak." "Iih, ny

