Pria Dingin dan Kejam

1165 Kata
Keesokan harinya, Ay dan Zizi berangkat menuju seminar bisnis di sebuah hotel mewah. Hati Ay sudah lebih baik, ia tidak lagi sesedih di hari batalnya pernikahan lalu. Kemarin, mereka menghabiskan waktu seharian untuk berjalan-jalan menikmati ciptaan Tuhan. Mereka berjalan cepat menuju lift, di tangan mereka masing-masing menggenggam satu cup jus alpukat, sebab mereka tidak sempat sarapan. "Haish, full Ay, kita pakai private lift aja yuk, pake nama Abi-ku pasti diizinin," ajak Zizi ketika dilihatnya di depan lift sangat banyak orang mengantri. Mereka segera memutar arah menuju ke bagian belakang di mana private lift berada. Zizi menyerahkan ID Card milik ayahnya dan petugas pun mengizinkannya masuk. Sudah ada satu orang pria yang berdiri menunggu di depan lift sambil terus memperhatikan ke arah jam tangannya, sepertinya pria itu juga terburu-buru. Akhirnya mereka bertiga masuk bersama. Pria itu tidak mempedulikan mereka berdua, begitu pun juga dengan mereka. "Alhamdulillah, akhirnya bisa ke atas juga tanpa harus berdesakan," ujar Ay sambil mengelus d**a. "Iya, aku minum dulu, haus banget," tukas Zizi seraya duduk dan menyesap minumannya. Setelah Zizi berdiri kembali, Ay bersiap untuk duduk. Sayangnya tangan pria di samping mereka terangkat untuk kembali melihat jam di tangannya dan menyenggol jus alpukat milik Ay membuat minuman itu terlepas dari genggamannya. "Ups!" Dengan sigap Ay menangkap minuman itu, sialnya justru beberapa tetes jus meloncat keluar dari pipet menimpa jas pria itu saking kerasnya Ay memegangnya. Bola mata Ay memelotot seketika melihat pemandangan itu. Pria itu menatap jasnya yang kotor, lalu beralih menatap wajah Ay dengan pandangan dingin dan datar tak bersahabat yang tidak bisa ditebak. "M-maaf, aku tidak sengaja," ucap Ay terbata-bata. Pria itu masih terus menatapnya tanpa berkata-kata membuat nyali Ay semakin ciut. Dia merasa pria itu akan menelannya hidup-hidup, tatapannya begitu tajam dan mematikan. Tring! Pintu lift terbuka. Dengan serta-merta, pria itu meraih tangan Ay dan menariknya dengan paksa tanpa berkata apa pun. "Hei, kalian mau ke mana?!" seru Zizi sambil mengejar langkah panjang dan cepat pria itu. Sementara Ay terseok-seok mengikuti tanpa bisa menolak lagi. Pria itu terus menarik tangan Ay hingga sampai di toilet, lalu kembali menatap tajam padanya membuat jantung Ay berdegup kencang karena sangat ketakutan. "Kenapa kamu membawaku kemari?" tanya Ay takut-takut. Zizi belum kelihatan batang hidungnya Pria itu membuka jasnya yang bernoda tadi, sontak membuat Ay semakin ketakutan, ia mundur beberapa langkah. Pria itu segera melemparkan jasnya ke arah Ay. "Bersihkan nodanya dalam waktu satu menit! Dasar ceroboh!" bentak pria itu dengan garang. Ay masih berdiri mematung dengan jas di tangannya, bingung dengan sikap pria di hadapannya itu. "Kenapa masih berdiri di situ? Cepat bersihkan! Atau aku akan membunuhmu! Kau tau, waktuku sangat berharga dan kau mengacaukannya! Sialan!" umpatnya lagi. Ay berlari masuk ke dalam kamar mandi, menggosok bagian yang terkena noda. Sialnya lagi noda itu sudah melekat ke tempat lain juga akibat tergulung-gulung. "Cepat!!!" teriak pria itu lagi membuat tubuh Ay semakin gemetar. "Oh Tuhan, dia itu manusia atau monster? Kenapa begitu menakutkan? Apakah ajalku memang sudah dekat dan akan mati di tangan pria itu?" Sambil menggosok jas di tangannya, Ay terus berceloteh untuk mengurangi tekanan batinnya. Ia benar-benar takut melihat wajah garang pria di luar kamar mandi itu. "Aku hitung sampai tiga! Satu...!" Ay mempercepat kinerjanya, sekarang tinggal membilas. Semoga sudah tidak ada noda yang melekat! "Dua...!" Ay menahan napas, menutup matanya melihat hasil cuciannya yang tanpa pembersih itu. "Ti....." Brak! Ay membuka pintu kamar mandi dengan keras, lalu berlari kembali ke hadapan pria garang itu. Menyerahkan jas di tangannya. Pria itu mengambil dengan kasar, mengamatinya, lalu memakainya tanpa berkata-kata. Setelah itu pergi begitu saja tanpa ucapan terima kasih atau selamat tinggal sedikit pun. Ay terduduk di lantai begitu pria itu pergi. Rasanya tulang dan ototnya menjadi lemah, bahkan tidak sanggup menopang dirinya sendiri. "Ya Allah, semoga aku tidak ketemu manusia setengah monster itu lagi, aku bisa mati berkali-kali kalo ketemu dia lagi," keluhnya. "Ya Allah, Ay, kamu di sini?! Kamu tidak apa-apa?" Zizi berlari menghampirinya, lalu turut duduk dan mengamati wajah dan sekujur tubuh Ay. "Ay, kamu... nggak diapa-apain sama laki-laki tadi itu, kan?" Zizi memegang kedua tangan Ay yang sangat dingin dengan penuh kekhawatiran. "Aku hampir mati, Zi. Kalo tadi aku nggak berhasil nyuci jasnya, aku sudah jadi arwah sekarang," ucap Ay masih dengan tatapan kosong. "Astaghfirullah, kamu ngomong apa sih, Ay. Yang penting kamu nggak diapa-apain, aku jadi lega. Ayo, acaranya sudah mau dimulai." Zizi menghembuskan napas lega. Ia segera menarik tangan Ay agar berdiri. *** Mereka berdua mengedarkan pandangan ke sekeliling, kursi bagian depan sudah full, terpaksa mereka duduk di kursi paling belakang. Setidaknya layar proyektor besar di bagian belakang membantu untuk melihat materi yang disampaikan nantinya. Mereka pun duduk dengan tenang memperhatikan sekitar ballroom yang sudah dipadati manusia, lalu fokus ke bagian podium, di sana MC sudah berdiri dan melakukan sounding. Tidak lama kemudian, moderator duduk di tempat yang telah disediakan. MC membacakan curriculum vitae sang moderator, semua terkagum-kagum dengan prestasi bisnis yang telah diraihnya, termasuk Zizi dan Ay. "Baru moderatornya sudah sebanyak itu prestasinya, bagaimana narasumbernya nanti, Zi?" Ay berbisik sambil mencondongkan tubuhnya agar terdengar di telinga Zizi. "Sekarang, kita panggil narasumber kita pagi ini, seorang pengusaha muda yang sudah sukses memajukan perusahaan di usia 30 tahun, Marcell Leone!!!" Tepuk tangan peserta seminar memenuhi seantero ballroom. Semua pasang mata memandang tanpa berkedip ketika sosok narasumber berjalan di atas podium menuju ke tempat duduknya. Kamera segera berfokus pada wajah pria yang memakai stelan jas hitam dengan rambut di sisir menyamping. Wajahnya jelas menunjukkan dia bukan orang Indonesia. Ay dengan seksama memperhatikan pria di atas podium itu dari layar proyektor di dekat mereka. Dan yang lebih mengejutkan lagi, pria itu adalah orang yang hampir membunuhnya karena persoalan noda di jas tadi. Ia seketika syok di tempatnya. "Astaghfirullah, Zi, itu laki-laki yang berurusan denganku tadi, bisa-bisanya dia jadi pemateri padahal dia sekejam itu," bisik Ay lagi. "Sssttt!" Zizi mengisyaratkan dengan telunjuknya agar Ay tidak berisik lagi. "Jangan bicarakan itu di sini, bisa-bisa kamu benar-benar di culik nanti!" "Hih," gerutu Ay sambil merengut. "Tuan Marcell Leone ini adalah pengusaha muda berasal dari Italia yang sudah lama menetap di Indonesia dan usahanya sudah mendunia dalam bidang properti. Kemampuan berbisnisnya tidak diragukan lagi, sangat banyak perusahaan-perusahaan yang mengantri untuk bisa bekerja sama dengan dia, tapi hanya hitungan jari yang berhasil diterima." MC memperkenalkan sang narasumber. Ay sudah tidak bisa berkonsentrasi lagi, materi apa pun yang akan disampaikan, kalau pematerinya pria itu, tidak akan masuk di otaknya. Ia hanya bisa mengamati bagaimana pria itu memberikan materi dengan penuh semangat dan motivasi, sangat berbeda jauh dengan apa yang disaksikannya di depan kamar mandi tadi. Hanya satu persamaannya, tidak ada senyuman selama memberikan materi seminar. "Zi, pulang yuk, udah lapar, nih," bisik Ay lagi. Zizi tampak sangat serius mendengarkan materi, padahal dirinya sama sekali tidak tahu di mana letak menariknya. "Tunggu, tanggung ih, keren banget materinya, jarang-jarang ada pengusaha yang mau blak-blakan ngasih tips dan trik," sergah Zizi. "Ish, keren dimananya sih? Aku malah ngantuk dengarnya," gerutu Ay. Bersambung... Makasih masih terus stay di sini... Jangan lupa klik LOVE dan FOLLOW akun aku... Salam hangat dariku...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN