bc

Jodoh Amira

book_age16+
3
IKUTI
1K
BACA
drama
comedy
sweet
humorous
spiritual
like
intro-logo
Uraian

Amira diusianya yang sudah 25 tahun masih belum menemukan jodohnya. Sementara teman sekolah maupun teman kerja diusianya sudah berkeluarga dan bahkan memiliki momongan. Naas dirinya menjadi korban ghosting, satu-satunya harapan terakhirnya saat ini. Mampukah Ia menemukan jodohnya? dan mampukah Ia terlepas dari rasa insecure-nya?

ikuti kisah Amira dalam Jodoh Amira..selamat menikmati dan membaca readers...

chap-preview
Pratinjau gratis
Amira
Amira menatap langit melalui jendela kantornya. Langit mulai gelap, bau tanah yang lembab pertanda akan turun hujan mulai menyeruak. Di liriknya jam disudut kiri layar komputernya sudah menunjukkan pukul 04.55 sore, 5-menit lagi bel Pulang akan berbunyi. Ia mulai merapihkan tumpukan dokumen yang berantakan di atas meja-nya, dan mulai menutup file excel, serta beberapa software perusahaan di komputernya. Bel-pun berbunyi tepat pukul 05.00 sore, Amira bergegas memindahkan dokumen di atas meja kerjanya ke dalam laci kerjanya. Mematikan komputernya, kemudian merapihkan meja kerjanya dan hanya tersisa 1 set komputer di atas meja kerjanya yang tentunya tidak mungkin dimasukkan juga ke dalam laci kerjanya. Direktur perusahaan periode ini selalu menghimbau agar meja kerja selalu dalam keadaan rapih kembali ketika selesai bekerja. Benda di atas meja yang masih bisa ditolerir di atas meja hanyalah 1 unit komputer dan telepon kabel. “Ka Ratih, aku pulang duluan yah” pamit Mira “eh…tumben kamu teng go? Kenapa? Ada apa?” Tanya Ratih sambil memicingkan matanya, senior Mira yang selisih usianya 5 tahun diatas Mira. Ia mulai mencium gelagat aneh dari kepulangan Mira. “gak apa-apa kok, ka. Aku cuman lagi pengen pulang cepet aja, lagian diluar sudah mendung. Malas rasanya kalau dijalan sampai kehujanan” jelas Mira, dan mengambil payung lipat yang tersimpan di laci kerjanya. “oo…gitu? Seriusan? Ini hari jumat lho, besok libur pula…, tapi yaudah deh hati-hati yah say di jalan” sahut Ratih yang masih penuh dengan kecurigaan, dan kembali meneruskan pekerjaannya. Mira yang ogah ditanya lebih lanjut-pun langsung pergi ke Meja Bu Nike, Manager administrasi atasannya. “Bu Nike, saya pamit pulang yah” pamit Mira ke Managernya sembari membungkukkan badan. “tumben on time…kerjaan sudah selesai?” Tanya Bu Nike memastikan sambil melirik kea rah kalender meja “oiya, sudah hari jumat yah…tapi diluar seperti mau hujan lho, hati-hati yah di jalan” sambungnya lagi sambil tersenyum dan membalas dengan menganggukkan kepala. Bu Nike yang 5 tahun lagi akan pensiun, adalah sosok atasan paling humble yang pernah ia temui, apalagi dibandingkan dengan atasan lain di perusahaan ini. Untuk permasalahan ijin cuti-pun beliau tidak pernah mempersulit, asalkan disertai dengan alasan yang jelas, serta menjadi sebagai tempat kasbon anak buahnya dan bahkan dari divisi lain-pun banyak yang sering kasbon. Paling sering bawain makanan tiap hari Jumat untuk anak buahnya, alasannya sih klise, beliau butuh penyaluran untuk hobi memasaknya yang pastinya hasil masakannya tidak akan sanggup beliau habiskan bersama suaminya dirumah, sementara ketiga anaknya sudah berumah tangga dan tidak tinggal bersamanya lagi. Begitu Mira membuka pintu ruangan dan menuju tempat scan yang berbeda gedung dari gedung Kantor administrasi, diseberang Mira seorang pria dengan tingi 179cm dan berperawakan ideal dengan semangat melambai-lambaikan tangan kearah Mira. “Oi..Ndut, mau kemana ? Pulang? Tumben lu? Jones aja pulang cepet, ngapain coba!” seru Adam tanpa henti, teman kerja Mira yang usianya 2 tahun dibawah Mira. Adam Saputra menyeringai lebar menampilkan barisan giginya yang rapih. Duh…nggak kelar-kelar ini urusan perkara teng-go di hari jumat, gini nih nasib jones kalau sekali pulang cepet langsung pada heboh. Rasanya Mira pengen langsung lompat dan terbang kyk wonder woman supaya nggak meladeni kehebohan Adam. “apaan sih lu? Ga jelas” balas Mira singkat. Adam menepuk kepala Mira, “gak mau pulang bareng sama aku? Lumayan lho dari pada harus naek ojek terus angkot untuk ke halte terus nyambung lagi naek bus” “nggak lah, lagian mendung tuh. Nanti kalau bareng sama kamu yang ada malah kehujanan lagi” tolak Mira, dengan muka sok jutek. “ooo…okelah” sahut Adam singkat, dan bergegas berjalan menuju kedalam ruangan. Amira Khairunisa, wanita 25 tahun. Dengan status jones akut. Seumur hidupnya belum pernah pacaran, tapi kalau masalah cinta bertepuk sebelah tangan, dia lah ahlinya. Amira dengan tinggi badan 162cm dan berat 75kg, tentu saja masuk kategori gendut. Karena itulah Amira mempunyai panggilan kesayangan ‘Ndut’ dari Adam. Amira merapihkan jilbabnya yang sedikit melorot di bagian muka, ia berjalan menuju gerbang utama perusahaan setelah selesai fingerprint absen di service building yang berjarak 500 meter dari gerbang utama. Dan harus melewati pos security untuk pemeriksaan keluar masuk di kawasan Perusahaan-nya bekerja. Perusahaan Amira bekerja terletak di kawasan industri dan termasuk manufacturing industry bergengsi di kawasan tersebut, terdapat 10 gedung di dalam perusahaan tersebut. Dengan gerbang utama yang besar sebagai lokasi keluar masuknya kendaraan, dan terdapat pintu kecil khusus pejalan kaki. Area depan terdapat parkiran khusus kendaraan beroda 4, di sebelah kiri depan terdapat Lobi utama sekaligus gedung kantor administrasi, tempat Amira bekerja sebagai staff administrasi, sebelah kanan depan adalah gedung yang berfungsi sebagai pusat penerimaan barang. Di area belakang terdapat 8 gedung yang berfungsi sebagai factory, dan maintenance building. Amira sudah bekerja sejak ia lulus Sekolah Menengah Atas, sudah 8 tahun ia mengabdi di perusahaan tersebut. Sesampainya di pos security, Amira menuju ke pintu khusus keluar masuk pejalan kaki. Pemeriksaan untuk karyawan pria dilakukan oleh security pria, dan untuk karyawati sendiri pun dilakukan oleh security wanita. Tanpa diperintah, Amira membuka resleting tas slempangnya, dan security pun memeriksa barang bawaan Amira. “Hai Bu yani, sehat bu?” sapa Amira selama proses pemeriksaan “sehat..alhamdulillah. tumben ga lembur?” Tanya Bu Yani “nggak bu..”jawab Amira singkat. “Mir…jemputannya udah dateng tuh!” Teriak Pak Yatno sambil nyengir, security yang bertugas di depan gerbang utama. Amira bingung, dan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. “halah, Mir…paling juga si itu” sahut Bu Yani sambil senyum meledek. Bagai mempunyai jurus ninja mix flash, Adam sudah duduk di atas motor PCX-nya dan menunggu Amira di depan gerbang utama. Begitu melihat Amira keluar dari pintu kecil, Adam menyeringai girang. “lamban nih..” ledek Adam “apaan sih? Kan udah dibilang hari ini gak nebeng, lagian cepet amat tau-tau udah didepan?” “kayaknya kamunya aja deh ndut yang lamban” jelas Adam sambil cekikikan. Ia merasa senang sudah membuat Amira terkejut dan heran. “sssttt…berantem terus. udah sana buruan pada pulang, udah mau hujan tuh!” seru Pak Yatno Adam mengulurkan helm ke Amira. “helm?” Tanya Amira terkejut. “iya, sengaja aku beli, biar ada temen yang nebeng jadinya aman” jelas Adam. “oo…iya sih. Ini nyindir apa gimana yah? Kayaknya yang suka nebeng cuman aku doang, hehe…” sahut Amira.Dipakainya helm doraemon berwarna pink ngejreng ke kepalanya. Amira dan Adam, layaknya tom and jerry. Mereka tentunya baru saling mengenal karena bekerja di perusahaan yang sama. Adam yang merupakan junior, awalnya hanya sebatas bertanya seputar kerjaan saja. Hubungan mereka menjadi dekat dikarenakan intens bertemu karena masalah pekerjaan, bermula dari obrolan ringan, dan seringnya mereka tidak sengaja bertemu di luar kantor. Adam-pun pernah mengungkapan bahwa Amira memiliki sifat yang hampir sama dengan kakak perempuannya. Namun hubungan mereka lebih mirip tom and jerry ketimbang hubungan kakak dan adik. Adam-pun sering jail ke Amira. Jarak rumah Amira 30 menit dari tempat ia bekerja, dan kost-an Adam-pun hanya berbeda 2 gang dari rumah Amira. Adam baru 2 bulan pindah ke kost-an itu. Alasannya kost-an yang ini lebih besar dan dekat dengan gor bulu tangkis yang biasa ia dan teman-temannya berlatih. Alhasil, Adam-pun sering menawarkan tumpangan ke Amira. Baik itu pada saat akan pergi bekerja, maupun pada saat pulang bekerja. Amira mencium aroma citrus, parfum yang biasa Adam gunakan. Aroma parfum Adam terhembus angin, otomatis Amira yang dibonceng dibelakangnya-pun mencium aroma parfumnya. Walaupun sudah seharian bekerja, Adam tidak pernah sekalipun tercium bau badan. Ia sosok laki-laki yang resik, memperhatikan penampilan dan cekatan. Ia lulusan S1 di salah satu universitas negri di Semarang, meskipun Adam adalah keturunan asli Semarang namun ia lahir dan di besarkan di Bandung. Cerita kepindahannya ke Tangerang, berawal dari kegagalannya dalam mengikuti tes ujian di salah satu perusahaan BUMN ternama, Ia pun memutuskan untuk mengadu nasib ke Tangerang. Mencoba menghilangkan rasa kecewa terhadap dirinya sendiri yang gagal lolos dalam tes ujian tersebut. Dan tak lama Ia pindah ke Tangerang, ia-pun di khianati sang pacar yang sudah 3 tahun menjalin hubungan dengannya dengan alasan sang pacar tidak bisa LDR alias hubungan jarak jauh. Adam menghentikan laju motornya dan menepi ke pinggir jalan. Sementara Amira sedang sibuk melihat dirinya di pantulan pintu kaca di pinggir jalan. Terlihat jelas perbandingan fisik Amira dengan Adam. Sehingga Amira seringkali tidak pede bila berboncengan motor dengan Adam. Jangankan hal itu, Amira memang selalu tidak percaya diri. “Ndut…ndut…” panggil Adam sambil menoleh kearah belakang memanggil Amira yang sedari tadi terlihat melamun. “eh…iya, kenapa?” “ngelamun aja dari tadi, berasa jadi tukang ojek nih. Nggak ada ngobrol-ngobrolnya nih kita…oiya, kita nge-mall dulu yuk. Jajan Sushi ke BSD” ajak Adam dan membuka kaca helmnya. Adam memang tipe cowok yang bisa dibilang doyan ngobrol dan terbilang supel. “lha, pulang dulu kali..mandi dulu..bersih-bersih dulu. Ganti baju dulu biar kece badai” “kelamaan dah…” Adam-pun langsung tancap gas dan melaju ke arah Mall. *** Amira mondar mandir di depan etalase sushi, ia menunjuk-nujukkan sendiri jari tangannya ke deretan sushi yang berjajar rapih dengan beragam-ragam menu. Sembari menimang-nimang, yang mana yang akan ia beli. Sementara Adam sudah membawa setumpuk sushi di nampan, dan sudah siap menuju ke kasir. Adam menatap heran, Amira masih sibuk memilih-milih sushi yang akan ia beli. Ia-pun menyikut punggung Amira. “masih lama yah? Aku duluan yah ke kasirnya udah laper nih” Tanya Adam, Amira hanya menganggukkan kepalanya, matanya masih fokus memilih-milih menu sushi. Adam asyik melahap sushi yang dibelinya dan sudah hampir habis, sementara Amira baru menarik kursi didepannya dan telah selesai memilih dan membayar sushi pilihannya. Amira membuka lebar-lebar mulutnya dan memasukkan potongan sushi California roll dengan sekali suap. Ia tak pernah merasa canggung dihadapan Adam. Ponsel Adam berdering, dilihatnya di layar telpon panggilan video dari Bella. Dengan cepat Adam menggeserkan tombol hijau di layar dan menjawab panggilan video itu. “Adam….!! lagi dimana?” pekik Bella dengan suara nyaringnya, “Ion Mall” jawab Adam singkat sambil terus melahap makanannya. “kok nggak bilang? Kan aku bisa nyusul” “bawel!” seru Amira, mulutnya masih mengunyah. Perkara nggak diajak ngemall bareng Bella bakalan heboh sedunia persilatan. “lha kok? Tuh kan..curang. malah asyik ngemall berdua doang, maksudnya apa coba?” balas Bella dan pasang muka cemberut. Adam-pun mengarahkan layar ponselnya ke arah Amira. Membiarkan Amira dan Bella melanjutkan pertengkaran kecil mereka. “kalau mau marah, tuh sama Adam. aku kan tadi emang niat pulang cepet, sumpah deh nggak ada niatan nongkrong ke sini” jelas Amira, Bella memutar bola matanya dan mengangkat alisnya tidak percaya. “Dam, si Amira tuh hari ini sebenernya lagi patah hati. Kan hari ini nerima undangan mantan gebetan di group w*****p. MANTAN GEBETAN, yah…bukan MANTAN PACAR” jelas Bella sambil terkekeh geli. si bella cewek bucin yang bibirnya minta jait pake benang karung goni yah, ngapain juga mesti pengumuman ke Adam. Air muka Amira mendadak berubah, mukanya langsung memerah. Ia-pun mendorong ponsel Adam, enggan melihat Bella di layar ponsel. Sementara Bella masih terus tertawa geli melihat Amira. Adam yang tidak begitu mengerti topik pembicaaraan hanya menggeleng-gelengkan kepala dan langsung mematikan ponselnya. Dengan muka cemberut, Amira kembali melahap potongan sushi terakhir miliknya. Ia-pun tidak berani menatap muka Adam. Ia malas hal ini hanya akan menambah bahan materi olokkan Adam terhadap dirinya. Bella merupakah teman sekolah Amira, Ia kenal dan akrab dengan Adam sejak mereka tidak sengaja bertemu di gor bulu tangkis tempat biasa Adam latihan bersama teman-temannya. Dirasa satu frekuensi, mereka bertiga-pun akrab layaknya ban becak. “siapa yang ngundang? Gebetan kamu yang mana?” Tanya Adam sambil menahan tawa. Amira hanya diam dan tidak menjawab. “udah sih jangan dipikirin, bukannya udah biasa? Iya kan ndut?” Amira mengambil ponsel di dalam tasnya. Membuka menu galeri di ponselnya, kemudian di sodorkannya foto undangan dari mantan gebetan Amira. “tuh…liat sendiri” Adam-pun meraih ponsel Amira. Dilihatnya foto undangan yang ditujukan ke Amira, undangan seukuran A5, berbahan kertas concorde dan bertintakan emas. Disana tertulis nama mempelai Anton dan Adelle. Mata Adam langsung membesar begitu membaca nama mempelai, alisnya pun terangkat satu. Ia mengembalikkan ponsel Amira. “yaelah, ndut..pusingin amat. Namanya bukan jodoh itu. Lagian cowok tukang ghosting di arepin” ucap Adam ringan. Hati Amira langsung mencelos mendengar ucapan Adam, biasanya Ia tidak terlalu mengambil hati setiap ucapan Adam yang terkadang terlalu ceplas ceplos. Mungkin karena suasana hatinya yang saat ini tidak begitu bagus, hatinyapun terasa sakit dan Ia-pun langsung terdiam. Adam yang langsung menyadari perubahan sikap Amira, beranjak dari duduknya dan menarik lengan Amira. Yah si Adam nggak pernah ngerasain jones kayaknya. Dia laki, masih muda, ganteng dari lahir pula. Gitu-gitu cewek-cewek dikantor banyak yang pedekate sama dia. Pengen ditabok tapi ngeri ntar disuruh pulang sendiri. Kan lumayan ongkos kang ojek online dari sini.  T-T “Ayoo, kita pulang!” ajak Adam. Amira-pun beranjak dari duduknya. Sepanjang jalan menuju parkiran, Amira melirik ke etalase kaca toko. Ia melihat pantulan dirinya di kaca toko, membandingkan dirinya yang berdiri di sebelah Adam. sungguh berbanding terbalik, Adam yang begitu tinggi dengan tubuh yang ideal, berkulit putih, dan rambut yang ditata rapih begitu terlihat bersinar dengan style-nya hari ini, kemeja biru Laut dengan lengan yang digulung dan celana chino pants berwarna coklat. Dengan dirinya yang terlihat lebih pendek dan gemuk, mengenakan kemeja berwarna navy dan rok plisket berwarna coklat, dengan jilbab segi empat polos berwarna milo tanpa di gaya apapun hanya bermodalkan peniti di bawah dagu dan di kesampingkan ke pundaknya. Amira-pun menundukkan kepalanya. Duh gini amat yah pantulan dikaca, muka bulet, badan bulet..bogel amat yah berdiri di sebelah si Adam. Awalnya hari ini adalah hari yang biasa untuk Amira, hingga di siang hari ia menerima chat group w*****p yang berisikan informasi undangan pernikahan. Disitu tertulis, Anton sebagai mempelai prianya. Pria yang sebulan ini tiba-tiba hilang kontak dengannya. Tidak ada telpon maupun pesan darinya. Pria yang meminta dirinya untuk menunggunya menyelesaikan kuliahnya, Pria yang menjanjikan dirinya untuk dinikahi sekalipun mereka pada saat itu tidak ada status pacaran. Pria yang 1 tahun terakhir ini selalu memenuhi otaknya, memberikan secercah harapan bahwa akhirnya suatu hari nanti Amira akan melepaskan status lajangnya. Tangan Adam mendarat di kepala Amira, mengusapkannya lembut. “dari tadi aku perhatiin, kamu lirik ke kaca toko terus menundukkan kepala. Begitu aja terus setiap melewati toko yang kacanya bening. Sampai gak terasa kan, kita udah sampai di pintu keluar” tegur Adam. Amira mengangkat kepalanya dan menyingkirkan tangan Adam yang dengan santainya diletakkannya di kepala Amira, Adam mulai bersungut kesal. Ia-pun menghela nafas panjang. “oiya, yah.jadi kita mau langsung pulang atau bagaimana?” Tanya balik Amira sambil melihat ke arah jam di tangannya. “yaudah kita nongkrong di taman lampu dekoratif dulu yah, kamu duluan aja kesitu. Aku mau beli sesuatu dulu” ucap Adam sambil tersenyum, raut wajahnya langsung berubah seperti biasa lagi. Adam berbalik arah ke dalam Mall lagi, sementara Amira berjalan menuju taman lampu yang terletak di depan Mall. Neon Park atau taman lampu dekoratif, sebagai salah satu fasilitas Mall supaya pengunjung bisa berswafoto sepuasnya tanpa harus membayar tiket masuk. Lampu-lampu dibuat secantik mungkin, seperti hamparan bunga yang sedang bermekaran di musim semi. Dan beberapa dibuat seperti membentuk pohon, mulai dari pohon kecil maupun besar. Beberapa bangku taman-pun di sediakan agar pengunjung dapat duduk-duduk sembari menikmati keindahan lampu dekoratif tersebut. Amira memilih duduk di bangku yang terletak di tengah-tengah taman. Dilihatnya beberapa pengunjung, datang bersama keluarganya, beberapa sepasang sejoli, dan beberapa bersama teman-temannya. Mata Amira terfokus ke pengunjung yang bersama keluarganya, terdiri dari suami-istri dan seorang anak berusia 2 tahunan. Nampaknya suami istri itu seumuran dengan dirinya. Ia-pun otomatis meratapi nasibnya sendiri yang hingga kini masih menyandang status jones, dan yang terbaru kena ghosting sampe makjleb ke dasar hati (dalemnya palung mariana lewat deh pokoknya). Amira yang sedang larut dalam lamunannya, tiba-tiba terkejut dan hampir loncat dari tempat duduknya, Adam menempelkan gelas boba yang dingin di pipi Amira. Adam-pun terkekeh geli melihat reaksi Amira, sementara Amira mendelik sinis. “makanya, ndut..jangan keasyikan melamun” Adam tak henti tertawa. Amira hanya meliriknya tajam, dan menyambar gelas boba dari tangan Adam. Yuzu Sakura, Adam rupanya hafal betul rasa minuman kesukaan Amira. Tanpa basa basi, Amira mulai menyeruput boba tersebut. “setiap manusia itu jodoh, rejeki, bahkan ajal-nya sudah ditentukan sejak ruh-nya ditiupkan kedalam Rahim ibunya. Jadi, buat apa sih yang kayak tadi itu dipikirin terus” ucap Adam dengan nada sok keren mencoba menenangkan hati Amira. “iya…iya, demen banget sih kalau nasehatin orang. Lupa yah kalau situ lebih muda dari saya” sahut Amira jengkel dan terus menyeruput Bobanya. Rasanya saat ini Amira belum siap menerima wejangan, atau support dalam bentuk apapun. Ia hanya ingin menenangkan dirinya sendiri, tanpa membahas ataupun menyinggung tentang undangan yang baru ia terima. Di otaknya masih berputar-putar rupa si kang ghosting itu berikut janji-janji manis yang pernah dilontarkannya. “siaapp, kakak…at least bilang terima kasih gitu atas bobanya” “tengkyu adik…” “eh, tapi ini nggak jadi hujan yah ndut” “belum tentu sih, coba kamu liat ke atas langit, kalau ada bintang setidaknya 1 saja berarti nggak hujan. Tapi ini hawa anginnya itu kayak udah mau-mau hujan sih menurut aku” Adam melirik ke arah jam tangannya, jarum jam sudah menunjukkan pukul 08.30. ia-pun beranjak dari duduknya dan menyikut punggung Amira, kode mengajaknya pulang. Mereka berdua-pun berjalan keluar area taman lampu dekoratif menuju area parkiran motor. “Adam-san…!!” teriak seseorang dari belakang Adam dan Amira, suaranya terdengar tidak asing di telinga mereka berdua. Mereka-pun segera membalikkan badan. Hanya berjarak 10 meter dari mereka berdua dengan semangat melambai-lambaikan tangannya, sembari tersenyum lebar. Dengan cepat pria Jepang itu menghampiri Adam dan Amira, disusul oleh pria yang juga tidak asing bagi mereka. “Apa kabar?” Tanya Nakamura dengan logat khas jepang-nya Pria Jepang yang menghampiri Adam dan Amira, Ryu Nakamura. Tingginya sekitar 185cm, postur tubuhnya cukup ideal tidak kurus dan tidak gemuk, kulitnya tidak begitu putih karena ia sudah 3 tahun tinggal di Indonesia, sepertinya efek putihnya mulai memudar akibat paparan sinar matahari daerah tropis. Bentuk wajahnya oval , dengan alis yang tebal dan tidak dicukur, rambut curly-nya dicukur menyesuaikan wajahnya, sehingga pas dengan wajahnya dan memperlihatkan sisi ketampanannya. Usianya-pun baru 35tahun. “Alhamdulillah Baik dan sehat, Ryu-san. Kapan yah sampai di Indonesia?” Tanya balik Adam. Adam tidak perlu repot menggunakan Bahasa Jepang atau Bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengan Nakamura, sebab Ia sudah fasih berbahasa Indonesia. Merasa sudah merasa dekat, Ryu Nakamura meminta dipanggil dengan Ryu saja tanpa memanggil nama belakangnya. “tadi siang..eeeuu....itu siapa?pacar kah?” Tanya Ryu sembari menunjuk ke arah Amira yang sedari tadi sengaja menundukkan kepala. Mendengar pertanyaan Ryu, Sontak Amira-pun langsung mengangkat kepalanya. “ BUKAN!” Pekik Adam dan Amira bebarengan. Ryu Nakamura-pun tertawa geli dan menggelengkan kepala melihat reaksi mereka berdua. Muka Amira-pun merah padam saking malunya, sementara Adam memalingkan mukanya dan menutup mulutnya rapat dengan tangannya. “Hai, Mira-san” sapa pria yang berdiri di samping Ryu. Yuki Takahashi, pria Jepang yang terlihat memiliki darah blasteran, kulitnya lebih putih seperti orang Eropa. Tinggi badannya 183cm, postur tubuhnya tegap dan atletis. Bola matanya berwarna coklat, giginya gingsul, dan lesung pipi menghiasi wajahnya. “Hai..” sahut Mira sambil tersenyum lebar. “Hai, Yuki-San “ sapa Adam dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan sambil nyengir. Alamak!! Duo jepang somplak nongol lagi. Mana pada doyan ngobrol pula. Alamat sampe rumah malem dan bakalan kehujanan dijalan pula, itu gluduk udah cetar ceter pula. Amira mulai menyenggol punggung Adam, kode minta segera pulang. Adam-pun acuh, pura-pura tidak ada apa-apa. Sambil terus ngobrol asyik dengan duo Jepang itu di teras lobi Mall. Hawa dingin pertanda akan turun hujan menusuk tulang Amira, dengan gemas ia menginjak kaki Adam. Adam dan duo jepang langsung menoleh ke arah Amira, rupanya Amira terlalu heboh memberikan kode injak kaki ke Adam. “hayuuukk pulang!” seru Amira lantang menghilangkan rasa malunya “kita pulang dulu yah duo ganteng” pamit Amira sambil membungkukkan badannya. Ryu langsung bengong melihat tingkah laku Amira, sementara Yuki tertawa geli. Adam-pun mengikuti dan berpamitan. “Awas yah Dam, kalau sampai kita kehujanan” Mulut Amira belum tertutup rapat, hujan-pun langsung turun dengan derasnya tanpa permisi. Adam yang cuman punya jas hujan 1 dilarang keras oleh Amira untuk memakainya. Sepanjang jalan Amira mulai mengoceh dan mengutuki Adam.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.4K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.6K
bc

TERNODA

read
198.7K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.8K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
58.9K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook