Prolog
Malam ini terasa penuh kemagisan di antara dua manusia berbeda gender yang tengah menatap satu sama lain. Kemagisan diantara mereka bukan karena cahaya bulan purnama yang masuk melalui celah korden yang tidak tertutup sempurna itu, tapi karena ada sesuatu yang memang aneh diantara mereka. Suatu perasaan yang tidak bisa dijabarkan hanya dengan satu kalimat.
Mata mereka yang saling bertatapanpun tidak berkedip sama sekali. Mereka berdua seakan hayut pada tatapan masing-masing. Mata hitam pekat pria itu terasa menusuk yang berbending terbalik dengan mata wanita yang berada di bawahnya, wanita itu menatap dengan sayu.
“Kamu tidak menyukaiku?” wanita itu bersuara dengan suara paraunya.
Tangan besar itu perlahan menyentuh pipi wanita itu dengan lembut. “Ini kamu yang memintanya,” lirih pria itu sebelum dia menurunkan wajahnya, membuat jarak di antara mereka berdua semakin tipis. Di saat jarak mereka hanya beberapa senti pria itu diam, dia tidak berani melanjutkannya.
“Tidak ingin memulainya?” Wanita itu terlihat cemberut.
Diam, pria itu tak menjawab yang membuat wanita itu berdecak. “Baiklah aku yang memulai.” Tanpa ragu wanita itu menghilangkan jarak di antara mereka.
Awalnya pria itu diam namun seiring apa yang dilakukan wanita itu, diapun mulai menikmati permainan itu hingga akhirnya dia menjadi tidak sabaran dan mengambil alih permainan itu.
Berawal dari ciuman mereka akhirnya terbuai untuk melakukan hal lebih. Mereka berdua menikmati semua permainan panas yang mereka lakukan. Memanggil nama satu sama lain sebelum akhirnya mendapatkan puncak kenikmatan.
“Melodi,” lirih pria itu sambil membawa wanita yang bernama Melodi itu ke dalam pelukannya. Memeluk Melodi dengan erat seakan dia takut kehilangan Melodi esok paginya.
Melodi yang mendapatkan pelukan hangat hanya bisa tersenyum kecil. Baru kali ini Melodi merasakan pelukan yang hangat dan sangat nyaman. Pelukan ini akan menjadi pelukan yang disukai Melodi. Karena kenyamanan yang dirasakannya, tanpa sadar Melodi mulai jatuh ke dalam alam mimpinya.
Malam terasa cepat sekali berlalu bagi mereka berdua, sinar matahari yang terik yang menembus korden membuat mereka berdua merasa tidak nyaman namun mereka berdua terlalu enggan untuk saling membuka mata satu sama lain. Mereka terlalu lelah dengan apa yang sudah mereka lakukan semalam suntuk.
Tidak seperti malam yang penuh dengan kemagisan diantara mereka, pagi ini mereka malah dalam keadaan yang kacau. Mulut yang semalam saling bertautan mencecap rasa masing-masing sekarang saling beradu argumen.
“Jangan bilang kamu melupakan apa yang terjadi tadi malam!”
“Yang terjadi tadi malam itu sudah jelas bukan? Anda memanfaatkan situasi saya yang mabuk agar bisa mengambil apa yang saya jaga untuk suami saya! Anda kira karena saya artis, Anda bisa menyewa saya seperti yang lainnya!” teriak Melodi penuh amarah.
“Aku tidak pernah berpikir seperti itu Melodi, dan ya Tuhan tenangkan dirimu dulu, kita bisa berbicara baik-baik.”
“Menjauh! Kubilang menjauh!” Melodi berteriak saat tubuh itu mendekatinya. Dia takut, apalagi setelah menyadari suatu hal yang dijaganya sudah hilang karena pria di depannya ini..
“Melodi, tenangkan dirimu dulu.”
“Baru kali ini penilaian pertama saya tentang seseorang tak salah, ternyata Anda sama seperti tampilan luar Anda.” Setelah mengatakan itu, air mata Melodi jatuh tanpa bisa dia tahan lagi.
Melodi memungut bajunya yang berserakan di lantai. “Jangan ganggu saya,” ucap Melodi sebelum dia masuk ke kamar mandi.
Tak lama setelah Melodi masuk ke dalam kamar mandi, Melodi mendengar keributan besar di luar sana. Yang awalnya keributan itu ada di luar perlahan terdengar semakin jelas dan gedoran pintu kamar mandi yang kencang sukses membuat Melodi merasa ketakutan.
“Jika dalam waktu satu menit Nona tidak keluar, pintu ini akan saya dobrak!”
Saat Melodi akhirnya membuka pintu kamar mandi, Melodi amankan oleh dua orang pria berbadan tegap yang menggunakan kaos yang orang awampun tahu itu adalah kaos polisi. Sebelum dia benar-benar dibawa pergi, Melodi melirik ke arah Arwin Adhyastha, lelaki yang bermalam dengannya itu.
“Padahal sinetronnya sukses, tapi sayang malah jualan. Sayang bangat.”
Suara itu menusuk langsung ke ulu hati Melodi. Dia yang berusaha menutupi wajahnya tidak kuasa menahan air matanya yang jatuh. Kejadian ini begitu cepat dan dia hanya bisa pasrah dibawa polisi dan saat mendengar ucapan itu dari salah satu polisi yang di sana Melodi akhirnya sadar kenapa dia bisa dibawa seperti ini.
Prostitusi artis, mereka mengira dia melakukan hal itu. Tapi kenapa bisa mereka mengira dia melakukan hal itu? Bahkan bisa melakukan penggerebekan di hotel yang mewah seperti ini. Tidak mungkin bukan polisi tanpa sebab tiba-tiba datang menggerebeknya, atau mungkin ini sudah direncanakan terlebih dahulu?
Sebenarnya apa yang terjadi tadi malam?