Bab 2

1029 Kata
Setelah makan malam, Ming bergegas ke kediamannya. Dalam perjalanan Ming berusaha menimbang-nimbang untuk memberitahukan tentang masalah yang membuatnya gelisah akhir-akhir ini kepada ayah dan ibunya. Ming berhenti di tengah perjalanannya, ia langsung berbalik arah dan hal itu membuat rombongannya pun mengikutinya dari belakang harus saling bertabrakan karna Ming yang berhenti secara mendadak. Mereka tidak habis pikir dengan jalan pikiran junjungan mereka. Awalnya mereka berpikir akan kembali ke kediaman, sayangnya  Ming bergegas menuju pavilium naga. Entah apa yang junjungannya pikirkan, saat ini ia tampat sangat ingin segera bertemu kedua orang tuanya dan menceritakan semuanya. Ia lelah terus dihantui perasaan hampa dan kosong seperti ini. Padahal sebelumnya ia baik-baik saja selama ini. Ming tiba di pavilium naga, ia bergegas masuk dan melewati beberapa koridor sebelum ia sampai pada pintu kediaman Ibu dan Ayahnya. Langkan Ming semakin melambat saat menyadari beberapa kasim dan dayang yang mengambil jarak lumayan jauh dari pintu utama, salah satu alisnya terangkat saat ia melihat hanya dayang Hou dan kasim Ryeon yang berjaga di depan pintu. Biasanya semua dayang dan kasim yang lain akan menemani dayang Hou dan kasim Ryeon berjaga di depan pintu, tapi kali ini mengapa hanya mereka berdua? Jika hanya mereka berdua itu berarti ayah dan ibunya sedang b******a. Suara desaha terdengar keras, seketika tubuh Ming menegang. Ia merasa membeku di tempatnya kini berpijak. Tidak usah di telusuri kegiatan apa yang ayah dan ibunya lakukan di dalam, Ming sudah cukup besar untuk mengetahui hal itu. Pantas saja hanya dayang Hou dan kasim Ryeon yang berjaga. Tenyata ayah dan ibunya tengah melakukan kegiatan panas. Ming tidak habis pikir dengar kedua orang tuanya, meski umur mereka kini tak muda lagi, mereka masih rajin melakukan hal itu. Saat Ming berbalik untuk pulang kembali ke kediamannya, ia terkejut dengan kedatangan adik bungsunya dengan raut wajah kesalnya. Ming tau adiknya Xiu kesal dilihat dari perubahan warna kulitnya yang merah dengan tangan mengepal. Dengan pengalamannya Ming mencoba menebak hal apa yang selalu membuat Xiu kesal. Seketika Ming mengingat sesuatu. Ia lupa jika hanya ada satu orang yang mampu membuat gadis manis seperti Xiu kesal. Siapa lagi kalau bukan tunangannya. Choi Qing Xiu sejak lahir telah terikat benang merah dengan Dewa Api dari kerajaan Api yang merupakan salah satu kerajaan di bawah kekaisaran kerajaan alam dewa. Sang agung telah mengikat mereka entah karna alasan apa? Padahal Ming tahu adiknya Xiu sangat membenci Dewa Api. Mengenyahkan pikirannya mengenai kisah adik bungsunya yang harus berakhir kesal tiap hari, Ming dengan cepat menangkap lengan Xiu saat hendak melaluinya. Xiu menatap Ming dengan tatapan membunuh seraya berkata "Jangan halangi jalanku, gege!" Geram Xiu. "Untuk saat ini, kau tidak boleh menemui ayah dan ibu" kata Ming dingin. "Mengapa tidak boleh? Padahal aku ingin meminta ayah dan ibu membatalkan pertunanganku" kata Xiu dengan nada suara yang sangat kesal. "Kau nanti juga akan tahu, setelah kau menikah" balas Ming. "Gege aku belum ingin menikah, juga jangan memberiku penjelasan yang berbelit-belit. Bisakah gege membiasakan untuk menjelaskan intinya secara langsung. Aku tak sepintar dirimu" kata Xiu mengendus kesal. "Pulanglah ke kediamanmu, nanti juga kau tau" usir Ming yang bersikeras tak ingin menjelaskan pada adik bungsunya mengenai kegiatan yang Giok dan Yue lakukan di dalam kamar mereka. Dengan perasaan yang kian kesal, Xiu berbalik dan hendak pulang ke kediamannya dengan kaki yang di hentak "Kakak Ming sangat menyebalkan" gerutu Xiu yang masih mampu di dengar oleh Ming. * * * * * Ming menatap bulan purnama yang bersinar terang menghiasi malam. Setiap malam bulan purnama datang, rambut Ming akan selalu berubah menjadi perak bak rembulan yang tengah bersinar. Rambut Ming berubah warna dari hitam ke perak tentu saja bukanlah hal yang wajar. Rambunya selalu berubah warna karna ada hubungannya dengan penyakitnya sewaktu kecil. Penyakit yang hampir saja merenggut nyawanya saat Ming sakit parah berhasil di semnuhkan berkat kerja keras dan usaha Yue dan Giok dalam mencarikannya tanaman langkah yang bernama 'Bunga Bulan'. Bunga bulan merupakan tanaman langka yang hanya akan tumbuh saat gerhana bulan sempurna. Setelah ia meminum ramuan dari bunga bulan tersebut Ming memang dinyatakan sembuh total, hanya saja setelah mengosumsi bunga bulan tersebut rambutnya yang berwarna hitam berubah warna menjadi perak setiap kali bulan purnama. Rambut Ming akan menyerap energi cahaya bulan yang membuatnya semakin kuat. Rahasia tersebut hanya segelintir orang yang tahu. Selama ini baik Giok dan Yue, kedua saudara kembarnya serta dayang Hou, kasim Ryeon dan kasim Seo yang tahu akan hal itu tetap merahasiakannya. Di saat Ming tengah menikmati bermandikan cahaya rembulan di gasebo belakang kediamannya. Tiba-tiba saja suara ranting patah di atas pohon ceri di samping kediaman Ming membuat Ming memincingkan matanya waspada. Selama bulan purnama Ming selalu menyuruh para pelayan baik para dayang maupun kasim menjauh dari paviliumnya untuk sementara dan itu sudah berlangsung selama beberapa tahun terakhir. Lalu siapa yang berada di atas pohon dan mengganggu ritualnya? "Siapa di sana?" Teriak Ming bangkit dari duduknya dan mulai memasang sikap waspada. Hening. Tidak ada jawaban yang Ming dapatkan dari pertanyaannya. Saat Ming kembali hendak duduk di posisinya semulai seraya mengenyahkan kekhawatirannya. Di saat Ming berusaha keras meyakinkan dirinya jika apa yang ia dengar hanyalah perasaannya saja, di sisi lain seorang gadis cantik berpakaian seragam layaknya para dayang lainnya mulai gelisah di atas pohon ceri tersebut. Ia tak bermaksud mengintip kegiatan putra mahkota Ming. Keberadaannya di atas pohon ceri tersebut karna di perintah oleh dayang seniornya mengambil sebuah layang-layang yang tersangkut di pohon ceri di samping pavilium putra mahkota Ming. Hal yang membuatnya sangat terkejut dan syok sehingga nyaris jatuh dan menimbulkan keributan karna nyaris jatuh adalah saat ia melihat warna rambut Ming yang berubah menjadi putih ke abu-abuan atau bisa di bilang berubah menjadi warna perak dan bercahaya terang. Rambut putra mahkota kerajaan alam dewa tersebut seakan menyerap semua energi cahaya bulan di balik gasebo belakang paviliumnya. Seketika tubuh dayang tersebut bergetar hebat saat Ming bangkit kembali dari duduknya dan mulai melangkah semakin dekat menuju tempatnya bersembunyi kini. Merasa takut dan panik, ia terpeleset dari dahan pohon besar dan membuatnya jatuh dengan b****g yang lebih dulu mendarat dan mencium tanah. "Aw!". Ming menatap gadis yang baru saja jatuh di hadapannya. Hanya beberapa detik Ming sempat menunjukan keterkejutannya tapi dengan cepat ia mengubah raut wajahnya menjadi sedingin es. Seraya berkata "APA YANG KAU LAKUKAN DI KEDIAMANKU?".
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN