Bab 3

1173 Kata
Dayang muda tersebut meneguk salivanya susah, tubuhnya seketika membeku saat mendengar suara berat nan dingin dari putra mahkota Ming. Rasa sakitnya hilang seketika di gantikan rasa takut yang membuat tubuhnya bergetar, dayang muda tersebut bangun dan membersihkan roknya yang kotor. "Maafkan atas kelancangan hamba Yang Mulia Putra Mahkota, hamba tidak sengaja memasuki pavilium anda. Tadinya hamba datang ke sini karna mendapat perintah dayang senior mengambil layang-layang di atas pohon ini" kata dayang tersebut menunjuk pohon ceri yang berbunga lebat tersebut. Ming mengangkat salah satu alisnya, ia menatap pohon tersebut. Ming tidak menemukan layang-layang di sana, mungkinkah dayang muda dengan aroma yang terasa seperti perpaduan bunga melati, lemon dan daun mint tersebut membohonginya? Tunggu. Melati, lemon dan daun mint? Bukankah dayang muda di depannya ini adalah dayang yang menarik perhatiannya saat makan malam? Ming menatap dayang muda yang membungkuk dalam di depannya dengan pandangan menilai, ahh memang dia. "Kau membohongiku kan? Mana ada layang-layang yang tersangkut di pohon tersebut" kata Ming menyudutkan. "Ha-hamba tidak berbohong Yang Mulia.." katanya terbata. "Saya hanya di perintah oleh dayang senior mengambil layang-layang di pohon ceri itu, saat hamba naik mencarinya hamba tidak menemukan apa-apa dan malah melihat anda malam ini. Hamba baru sadar jika hamba di kerjai oleh dayang senior dan malah terjebak di sini. Anda pikir hamba ingin ke sini? Kalau boleh jujur hamba tak ingin. Hanya saja hamba masih dayang rendahan, hamba tau posisi hamba tapi hamba juga lelah selalu di permainkan mereka. Anda pikir hamba tidak punya perasaan dan rasa sakit di siksa seperti ini?" Kata dayang tersebut menggebu dengan d**a yang naik turun karna emosi. Ming tercengan mendengarnya, sebelum dayang itu menyadarinya ia buru-buru mengubah ekspresi wajahnya menjadi datar. "Aku tidak peduli dengan kisahmu, juga cerita bagaimana kau masuk ke kediamanku" balas Ming dingin. "Kalau anda tidak peduli, maka biarkan hamba pergi. Terlebih lagi hamba tidak perlu rasa kasihan anda setelah mendengar cerita hamba" kata dayang tersebut kesal dan berbalik hendak pergi. Ming menahan lengan dayang muda tersebut "Tidak semudah itu pergi dari sini setelah kau melihat semuanya!" Kata Ming dengan kilatan amarah di matanya. Ming belum pernah bertemu dayang semenyebalkan dayang di depannya tersebut, rasa benci yang Ming rasakan semakin bertambah terlebih dayang yang dihadapannya sudah mengetahui rahasianya. Dayang muda itu membeku sebelum meronta di lepaskan, ia takut. Namun ia berusaha menguatkan diri untuk melawan, ia takut setelah ia kembali ia akan mendapatkan kemarahan juga hukuman dari dayang seniornya yang selalu menyiksanya entah karna alasan apa. Ming menarik lengan dayang muda tersebut kuat hingga tubuh langsing dan montok di beberapa bagian di tubuh dayang tersebut terarik hingga menabrak d**a bidangnya, Ming terkejut saat merasakan dua benda empuk yang menabrak perut berototnya. Tubuh dayang tersebut hanya sampai di bawah telinganya, sehingga tubuhnya yang langsing dan montok itu memang enak di peluk. Ming segera mengenyahkan pikirannya, sedangkan dayang muda yang membeku di dekapan Ming segera menyadarkan dirinya. Ia mendorong Ming sekuat tenaga menjauh darinya, sebelum sebuah tamparan keras mendarat di rahang kokoh Ming. Plakkk!! "HAMBA MEMANG HANYA DAYANG RENDAHAN, NAMUN HAMBA TIDAK SERENDAH ITU UNTUK DI PERLAKUKAN SEPERTI INI! HAMBA JUGA MEMILIKI HARGA DIRI. JANGAN MENTANG - MENTANG ANDA BERKUASA, ANDA SEENAKNYA SAJA MENARIK HAMBA DALAM DEKAPAN ANDA! HAMBA BUKAN DAYANG LAIN YANG MURAHAN DAN RELA JATUH DALAM PESONA ANDA BAHKAN RELA MENGHANGATKAN PERADUAN ANDA, JIKA ANDA BERPIKIR HAMBA SEPERTI MEREKA MAKA ANDA SALAH!" kata dayang muda tersebut lalu pergi meninggalkan Ming yang meringis memegang pipinya yang sakit dan berdenyut. "AKU TIDAK AKAN MELEPASMU, SETELAH SEMUA INI!" Geram Ming. Ini pertama kalinya Ming merasa harga dirinya di injak-injak oleh seorang dayang rendahan sepertinya, dan ini pertama kalinya Ming keluar dari zona nyamannya. "AKAN KU BUAT KAU MENYESAL!" Tekad Ming dengan senyum misterius yang terukir di wajahnya. * * * * * Feng dan Xiu menerobos dinginnya angin malam dengan wajah kantuk mereka, sesekali mereka menguap di perjalanan menuju pavilium pheonix milik Ming. Sepanjang perjalanan pula, Xiu tidak berhenti mengoceh, mengurutu, memaki dengan segala jenis makian yang membuat Feng menggeleng. Feng tahu Xiu sangat kesal dengan Ming yang seenak jidadnya memanggil dan membangunkan mereka larut malam seperti ini melalui perantara kasim Jung yang merupakan kasim pribadinya. Bukan hanya Xiu yang kesal, tapi ia juga. Sayangnya Feng tak mampu marah-marah seperti adik bungsunya Xiu yang memang blak-blakan. Feng hanya mampu memendam kekesalannya. Tetapi apabila Feng telah muak ia akan meledak-meledak bahkan amarahnya sebelas duabelas dengan ibunya. Yue. Ming memang menuruni kepribadian ayahnya, Giok. Sedangkan Feng menuruni kepribadian ibunya, Yue. Berbeda dengan Xiu yang campuran antara kepribadian ayahnya dan ibunya, adiknya itu sangat sulit di tebak. Kadang ia dingin, kadang lembut, kadang cerewet, kadang tak kenal takut, pokoknya kepribadian Xiu gampang berubah-ubah tergantung situasi. "Kakak Ming kenapa kau memanggil kami larut malam seperti ini? Kau tahu aku baru saja bermimpi indah!" Teriak Xiu saat tiba di kamar Ming. Feng hanya menggeleng, ia tahu saat mereka tiba Xiu akan meledak dan perkiraannya benar. Xiu'ernya langsung menumpahkan kekesalannya. Ming yang berdiri memunggungi mereka berbalik dengan luka lebam di pipinya, seketika Feng dan Xiu terkejut dengan wajah tampan Ming yang lebam dengan sudut bibir yang robek dan masih mengeluarkan darah. Seketika amarah Xiu menguap, aura kelembutan wanita anggun yang khawatir kini mulai terpancar padanya. Xiu menghampiri Ming dan menyentuh pipi dan sudut bibir Ming yang terluka. "Aww!" Ringis Ming. "Kakak apa yang terjadi dengan wajahmu?" Tanya Xiu khawatir. Xiu menuntun Ming duduk di sisi peraduan, tak perlu menunggu jawaban Ming. Xiu langsung melesat keluar mengambil wadah air dingin serta beberapa tanaman obat yang akan ia ramu menjadi sebuah obat oles. Xiu memang terkenal akan kekuatan alkhimianya dalam obat-obatan dan penyakit, ia merupakan tabib wanita pertama di kerajaan alam dewa. Xiu tidak membuka praktek pengobatan, ia hanya mengobati jika ingin atau bantuannya sangat di perlukan. Keahlian alkhimia yang ia miliki merupakan keahlian yang menurun dari ibunya, Yue. "Katakan!" Desak Feng yang memang tidak ingin basa-basi, persis dengan pribadi Yue. Namun menurut Yue, anaknya Feng sangat mirip dengan kepribadian sahabatnya Ai Feng dan juga Guangli. Bukan kepribadiannya walaupun Yue akui ada beberapa yang sama persis dengannya, tapi itu tidak keseluruhan. Ming mendesah lalu menceritakan semuanya sampai ia mendapatkan luka lebam di pipinya. "Ia memukulmu lalu pergi? Pfffghht" tanya Feng lalu disusul tawa. "Kau mengejekku?" Tanya Ming kesal. "Bisa dibilang, ia" Jawab Feng yang kini kepribadiannya mulai dalam mode Guangli sang biang onar. "Kau menyebalkan, aw!" Pekik Ming kesal. "Memang!" Sahut Feng. "Oh iya aku tak menyangka, kau akan berintraksi lebih dengan seorang wanita" kata Feng tidak percaya. "Wanita?". Feng dan Ming menoleh pada Xiu yang baru saja datang membawa nampan peralatan pengobatannya, ekspresi mereka terkejut akan kedatangan Xiu yang tiba-tiba. "Katakan. Wanita siapa yang kalian maksud?" Tanya Xiu setelah meletakan peralatannya di meja dekat peraduan. Xiu menatap kedua kakaknya garang dengan berkacak pinggang. Aura mengintimidasi Xiu keluar membuat Ming dan Feng menelan salivanya susah. Paru-paru mereka seakan berhenti memompa udara di sekitarnya karna atmosfir yang mengelilingi mereka kalah dengan aura mengintimidasi Xiu yang keluar begitu hebat. Sekuat-kuat apapun Ming dan Feng, kekuatan mereka akan tetap kalah oleh kekuatan Xiu yang mendapatkan kekuatan hebat hasil percampuran kekuatan Giok dan Yue. "Gawat!" Gumam mereka bersamaan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN