1. Tawaran
Kepala itu tengadah ke atas, matanya menatap matahari yang bersinar dengan teriknya. Musim panas yang sangat panas dan dia harus pergi meliput. Jika disuruh memilih musim apa yang dia benci, maka Keyshia akan menjawabnya musim panas.
“Keyshia!” panggilan terdengar dari belakang Keyshia. Tak lama setelah itu, sebuah pelukan dia dapatkan.
“Jangan memelukku seperti ini Fan, kamu membuatku bertambah gerah,” keluh Keyshia.
Pelukan yang Fani berikan langsung dia lepaskan. “Hey, kenapa kamu terlihat kusut seperti ini?” tanyanya penasaran.
“Lihat matahari di atas.”
Fani mendongak dan selanjutnya menatap Keyshia bingung. “Apa yang salah dengan mataharinya?”
“Sangat panas dan aku harus pergi meliput,” keluh Keyshia.
“Siapa yang akan kamu liput?” Fani kira Keyshia akan menghabiskan waktunya di kantor setelah jam makan siang ini, nyatanya tidak.
“Julian, dan oh ya Tuhan… dia tidak henti-hentinya membuat masalah!” teriak Keyshia kesal.
“Tapi inilah yang disukai orang-orang.” Fani menepuk bahu Keyshia. “Semangat. Sepertinya Dylan sudah menunggumu tuh.”
Pandangan Keyshia bergulir ke arah di mana Dylan seharusnya menunggu dan benar saja, di sana sudah ada mobil liputannya dan ini berarti dia harus pergi.
“Oke, aku harus pergi sekarang.” Keyshia memberikan senyum terbaiknya.
“Jangan memperlihatkan senyummu itu. Itu terlihat sangat menyedihkan,” komentar Fani yang selanjutnya terkekeh senang melihat wajah cemberut dari Keyshia.
Keyshia masuk ke dalam mobil di mana di dalamnya Dylan sudah menunggu. Keyshia tersenyum masam ke arah Dylan lalu memakai sabuk pengaman.
“Hey, kenapa dengan wajahmu itu?”
“Hari ini aku hanya lelah.” Keyshia menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi mobil. Di dalam mobil jauh terasa lebih nyaman dibandingkan di luar. Hawa dingin yang keluar dari ac membuat Keyshia terlena.
“Acara konferensi persnya ada di dalam ruangan, jadi kamu tidak perlu khawatir.”
Keyshia yang awalnya menutup matanya seketika menoleh ke arah Dylan dengan pandangan berbinarnya. “Kamu serius? Bukannya dia akan melakukannya di depan pengadilan?”
“No, sudah diganti.” Dylan melirik Keyshia dan tersenyum. “Kamu senangkan?”
Keyshia mengangguk. “Sangat.”
“Kadang aku aneh melihatmu.”
“Aneh kenapa?” Keyshia terlihat serius memandangi Dylan.
“Kamu tidak menyukai musim panas, tapi kamu malah mengambil pekerjaan yang mengharuskanmu keluar setiap saatnya.” Kembali Dylan melirik Keyshia. “Tidakkah itu aneh?”
“Jawabannya sangat gampang bukan?” Keyshia balik bertanya.
“Karena uang,” ucap Keyshia dan Dylan berbarengan.
Detik itu juga Keyshia dan Dylan tertawa. Mereka masih bertahan seperti ini tentu karena benda yang bernama uang. Mengerjakan sesuatu yang mereka tidak sukai merupakan cara untuk bertahan hidup. Jika mereka berpegang pada idealisme mereka, mereka tentu tidak akan bisa hidup, apalagi di kota metropolitan seperti New York ini.
Kali ini Keyshia akan meliput konferensi pers yang diadakan oleh Julian, seorang aktor ternama yang tengah berselisih dengan mantan istrinya. Keyshia tidak tahu bagaimana bisa seorang yang pernah saling mencintai malah berakhir seperti ini. Saling menyerang satu sama lain dan tidak ada yang mau mengalah. Ini tentu terdengar memuakkan baginya, tapi Keyshia harus meliputnya.
Suasana ruang tempat berlangsungnya konferensi pers sangat ramai. Julian ternyata memberitahu banyak media massa dan salah satunya adalah tempat di mana Keyshia bekerja. Keyshia bekerja di bawah naungan majalah The Rain, sebuah perusahaan majalah terbesar di New York.
Acara konferensi persnya dimulai dan Keyshia mulai serius dengan apa yang saat ini Julian katakan. Ucapan Julian yang terdengar di depan sana terdengar memuakkan bagi Keyshia. Ini jelas lebih memuakkan dibandingkan saat dia mengikuti bagaimana Julian terlihat sangat menyayangi istrinya itu.
Acara konferensi pers yang dilakukan Julian akhirnya selesai dan Keyshia harus kembali ke kantor. Selama di perjalanan, Keyshia mencoba membenarkan tulisan yang dia dapatkan dari acara konferensi pers tadi. Nanti di kantor dia akan mempostingnya ke dalam situs online majalahnya.
“Aku ingin mereka tidak membuat banyak drama percintaan di musim panas ini,” keluh Keyshia.
“Itu tidak mungkin. Mereka malah akan semakin memanas seperti musim panas ini.” Dylan tertawa senang membayangkan bagaimana panasnya berita-berita dari selebriti yang dia akan dapatkan.
“Malam ini kamu ingin makan apa?” tanya Dylan.
“Malam ini aku akan makan ramen dengan Fani. Apa kamu mau juga?”
“Boleh.”
“Tapi kita makan di kantor,” tambah Keyshia.
Mendengar itu Dylan terlihat malas. “Kukira kita akan pergi ke restoran ramen.”
“Hey, kami mana punya waktu ke sana sekarang.”
“Ya, ya, ya, terserah kamu.”
Setibanya di kantor, Keyshia buru-buru berjalan masuk. Dia harus cepat-cepat menyelesaikan berita ini dan memuatnya. Hanya perlu sedikit finishing, lalu semuanya selesai.
Keyshia sebenarnya mengambil pekerjaan ini karena berhubungan dengan dunia menulis. Bekerja di majalah besar seperti The Rain adalah sebuah keberuntungan tentu saja. Keyshia sebenarnya bercita-cita menjadi penulis novel, hanya saja menjadi penulis novel tidak akan membuatnya kaya. Karena bakatnya hanya menulis, jadilah Keyshia memilih bekerja di majalah The Rain dan dia juga akan menulis novel disela-sela waktunya.
Pintu lift terbuka dan Keyshia masuk ke dalamnya. Bukannya ikut masuk, Dylan diam di depan pintu lift dan berucap, “Sepertinya aku tidak akan ikut malam ini. Nikmati waktumu.”
“Aku sudah menduganya,” balas Keyshia.
“Benarkah?”
“Ya, karena aku bisa merasakan kamu kurang….” Pintu lift bergerak untuk menutup, Keyshia tersadar dan kembali melanjutkan ucapannya, “…tertarik.”
Ada senyum kecil yang Keyshia perlihatkan sebelum pintu lift itu benar-benar tertutup. Sesaat kemudian Keyshia tersadar jika pipi Dylan terlihat memerah.
“Apa dia kepanasan juga ya?” gumam Keyshia.
Melupakan apa yang terjadi di lift, Keyshia memilih kembali bekerja. Dia akan menyelesaikan tulisannya itu. Tidak hanya satu artikel yang akan diselesaikan Keyshia, masih ada tulisan tentang yang lainnya karena Keyshia tidak hanya menulis artikel gosip.
Begitu malam datang, Keyshia akhirnya bisa menikmati makan malamnya dengan Fani. Mereka memilih makan malam di meja kerja mereka yang memang sampingan.
“Memang yang paling enak makan ramen malam-malam seperti ini.” Fani terlihat menyeruput kuah ramen miliknya.
“Hari ini cukup melelahkan,” keluh Keyshia.
“Hahaha… tapi menyenangkan bisa bekerja seperti ini. Kita jadi yang paling update tentang gosip.”
Keyshia memutar bola matanya bosan. “Aku tidak suka melihat gosip-gosip para selebriti itu. Tidak punya karya selain sensasi, tapi gayanya selangit.”
“Karya percintaan mereka itu fenomenal,” balas Fani.
“Percintaan? Tidakkah itu seperti suatu yang sia-sia? Pada akhirnya mereka akan saling menyakiti satu sama lain.” Sudah banyak berita percintaan yang Keyshia lihat dan dia menjadi muak dengan itu semua.
“Hey, itulah perasaan. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi saat kita mencintai seseorang. Suatu hal yang buruk itu tidak bisa menghalangi kita untuk tidak mencintai, karena sensasi yang cinta itu berikan terlalu luar biasa!”
“Sensasi yang sebenarnya bisa didapatkan dengan memiliki sahabat dan melakukan hal-hal yang membuatmu senang.”
Fani menggeleng tak setuju. “Itu berbeda bodoh. Kamu ini penulis tapi kamu malah tidak mengerti tentang cinta?”
“Aku tidak menulis cerita percintaan. Berapa kali aku harus mengatakannya?” Keyshia mengambil satu suapan besar ramen miliknya dan mengunyahnya dengan kesal.
Fani menghela napas. “Cobalah untuk menulis cerita dengan unsur romance juga. Orang-orang butuh hal seperti itu.”
“Aku anti-romance. Toh juga mereka tidak….”
“Mereka mengharapkan ada hal romantis,” potong Fani. Jemari Fani mengetuk meja di depannya. “Jika kamu berpacaran, kamu pasti akan merasakan apa yang pembacamu inginkan.”
Dahi Keyshia mengerut dan sesaat kemudian dia menggeleng. “Jangankan menulis cerita romantis, berpacaran saja aku malas.”
“Kenapa?”
Keyshia menoleh ke belakang dan mendapati Gabriela di belakang. Dengan senyum yang mengembang gadis itu berjalan mendekat dan duduk di depan Keyshia dan Fani.
“Itu hal yang tidak berguna, dan aku rasa aku tidak ingin menikah.”
“Kenapa?” tanya Gabriela lagi.
“Aku tidak berminat dan mencintai itu perasaan yang merepotkan bukan? Pada akhirnya hanya ada perpisahan.”
Gabriela menepuk pundak Keyshia. “Aku mengerti apa yang kamu rasakan. Ketakutan akan perpisahan sehingga menjadi seorang anti romantic, bisa aku anggap seperti itu?”
Keyshia mengangguk. “Anggap saja seperti itu.”
Ramen yang Keyshia ternyata sudah habis, Keyshia pun menyelesaikan makannya. “Aku harus ke toilet dulu,” katanya kemudian meninggalkan Fani dan Gabriela.
Saat tengah mencuci tangannya, Keyshia mendapatkan telepon dari ibunya. Buru-buru Keyshia mengeringkan tangannya dan mengangkat panggilan telepon itu.
“Halo, Bu?”
“Keyshia, kenapa kali ini kamu memberi gajimu lebih banyak? Seharusnya kamu menyisakan untuk keperluanmu sendiri.” Suara itu terdengar penuh kesedihan.
Keyshia menghela napas lelah, dia sudah menduga ibunya akan berbicara seperti ini. “Tidak ada yang salah dengan hal itu, Bu. Itu juga demi kesehatan Skyla.”
“Ibu tahu, tapi kali ini kamu mengirim lebih banyak uang. Ibu kembalikan sisanya ya?”
“Untuk apa Ibu kembalikan? Bukuku kali ini lumayan banyak peminatnya, jadi aku bisa memiliki uang lebih.”
“Ibu hanya takut kamu tidak makan dengan benar di sana.”
“Ibu tenang saja, aku makan dengan baik di sini.”
Pintu toilet terbuka dan Keyshia menoleh ke belakang di mana di sana ada Gabriela. Keyshia kemudian berucap, “Udah dulu ya Bu.”
Sambungan telepon itu Keyshia matikan. Senyum Gabriela yang terlihat di cermin langsung dibalas Keyshia.
“Ibumu selalu menelepon ya?” tanya Gabriela.
“Ya, begitulah.”
Gabriela berbalik menghadap Keyshia. “Hey Key.”
“Kenapa?”
“Apa kamu mau pekerjaan tambahan dengan gaji yang lebih besar? Ada banyak tunjangan yang bisa kamu dapatkan juga, kalau kamu mau menerima pekerjaan ini.”
“Pekerjaan apa? Bukan yang aneh dan melanggar hukum bukan?” tanya Keyshia curiga.
Gabriela tertawa. “Tidaklah, bagaimana mungkin aku memberikan pekerjaan yang sangat berbahaya seperti itu. Kamu kan butuh uang untuk membiayai adikmu yang sakit.”
“Kamu mendengar pembicaraanku tadi?” tanya Keyshia yang dijawab dengan senyuman Gabriela.
“Aku tidak bisa menjelaskan apa pekerjaannya, tapi kalau kamu mau, aku bisa membawamu bertemu dengan orang yang memberikan pekerjaan itu padaku.”
“Kenapa kamu malah menawarkannya untukku?” Keyshia tentu saja curiga. Siapa yang tidak tergiur dengan bayaran yang banyak. Akan sangat aneh jika Gabriela menolaknya.
“Karena jika aku yang melakukannya, aku pasti akan gagal.” Gabriela tersenyum penuh maksud. Dia ingin memberitahu Keyshia apa pekerjaannya tapi orang yang menyuruhnya lebih berhak melakukannya.
“Dan jika aku melakukannya akan berhasil, begitu?”
“Ya, aku sangat yakin itu. Bagaimana? Mau ya? Besok kita akan bertemu dengan orang itu. Jika setelah dia menjelaskannya kamu tidak tertarik, itu tidak masalah.”
“Baiklah, aku akan mencoba mendengar apa pekerjaannya.” Tidak ada salahnya untuk Keyshia dengar apa pekerjaan yang orang itu tawarkan. Siapa tahu bayaran yang akan diberikannya itu benar-benar banyak.