Adisa 28

1122 Kata
"Baik, harap tenang semuanya karena sebentar lagi kita akan menyebutkan siapa yang menjadi juara di olimpiade se Jawa Tengah tahun ini," ujar lelaki yang berdiri di podium dengan selembar kertas di tangannya. "Om Zaki kasih apa tadi Ca?" tanya Haga yang duduk di samping Adisa. Adisa melirik ke sebuah kotak di tangannya yang belum ia buka sama sekali. "Gak tau nih, nanti kita buka bareng-bareng ya." "Nanti aja di kamar kamu yang di Jogja, jangan disini. By the way kok Fattah nggak keliatan?" "Mungkin dia sibuk, Fattah, Cici Xia, Reina dan yang lainnya itu jadi panitia. Mungkin mereka lagi di backstage atau mempersiapkan kita makan," jawab Adisa lalu ia meletakkan kepalanya di bahu Haga. Haga melirik kearah Adisa sekilas, kemudian laki-laki merangkul Adisa dari samping dan mengusap-usap puncak rambut Adisa. "Kamu pasti capek ya, you tried the best and God trust you to be a winner. By the way, nanti kalo kita jadi ke Canada, pasti saudara ku yang ada disana seneng ketemu sama kamu. Soalnya waktu aku ke Canada, aku selalu cerita tentang kamu ke mereka." "Ah bohong," gumam Adisa dengan mata yang sengaja ia pejamkan. "Tanya aja sama Mommy kalo nggak percaya," balas lelaki itu yang masih terus mengusap-usap rambut halus milik Adisa. "Thanks," "Buat?" "Makasih kamu dan keluarga kamu udah menyempatkan waktu buat datang kesini, padahal kamu tau Oma sama Eyang aja nggak bisa mengelola waktu mereka, padahal aku cucunya. Sedangkan kamu, Mommy dan Daddy cuman tetangga depan rumah, tapi malah kalian yang lebih perhatian sama aku," jelas Adisa dengan napas yang mulai sesak dan air mata yang ia tahan. "Ya karena Oma dan Eyang kamu nggak bisa dateng, makannya kita yang dateng Ca. Lagipula kan aku udah sering bilang, kamu itu udah dianggap kayak anak sendiri sama Mommy dan Daddy, buktinya kamu mau diajak ke Canda kan," jawab Haga lalu Adisa tersenyum sambil menghapus air matanya. "I dont have a words to say how much I love you, Mr. Griffin," "Cek cek," "Oke sekarang kita bacakan ya dari juara harapan tiga sampai juara satu, siap semuanya?" "Siappp!" "Juara harapan tiga di menangkan oleh SMA 79 Purbalingga! Perwakilan aja ya yang ambil piala dan hadiahnya," "Juara harapan dua yaitu SMA Pemuda dan juara harapan pertama yaitu SMA 65 Salatiga," "Nah sekarang bakal kita kasih juara tiga besar ya, dimulai dari juara tiga yaitu Cambridge International School!" "Selamat untuk SMA Permata Indah yang mendapat juara dua, di persilahkan untuk maju ke depan ya perwakilannya," "Dan juara satu dari pemenang olimpiade ini adalah The Hotchkiss High School, selamat untuk kalian semua dan perwakilan dari sekolah-sekolah yang disebutkan tadi harap untuk maju ke depan ya," "Nah kan gue bilang God truts you to be a winner, congrats Adisa," bisik Haga sebelum Adisa maju ke depan untuk mengambil piala dan hadiah yang sudah di siapkan. *** Setelah acara selesai, para peserta dan panitia sudah bersiap untuk kembali ke Jogja dan melaksanakan belajar mengajar seperti biasa. Namun Adisa pulang bersama keluarga Haga dengan mobil pribadinya. "Bener kan kamu menang, soalnya Mommy yakin kamu nggak akan kecewain kita semua. Sekarang tinggal kita atur tanggal berapa kita mau ke Toronto nya?" "Aku sama Dica mau ke Australia dua minggu lagi Mom, aku udah beli tiket konser buat kita berdua. So we cant go there in the near future, Mom," "We can, nanti Mommy sama Daddy ikut kalian ke Autralia dan habis dari sana kita langsung ke Toronto. How abou that?" tanya Stacy. "Oh my God, how can my Mom be so smart?" seru Haga sambil menjentikkan jarinya. "Yes I am," balas Stacy sambil menghempaskan rambut dan mengedipkan sebelah matanya kepada Haga yang membuat laki-laki itu bergidik ngeri dan langsung mengalihkan pandangannya ke jendela. "Aku cuman bawa diri aja kan?" celetuk Adisa dengan senyum canggung. "Yes honey, nanti Mommy sama Daddy yang bayar semuanya ya. Jangan sungkan buat minta apapun ke kita," "Thanks!" balas Adisa kemudian ia menatap keluar jendela yang sedang hujan diluar sana. Meratapi nasibnya yang sangat mengenaskan itu, ditinggal kedua orang tuanya sejak kecil, keluarganya tak ada yang peduli, serta memiliki trust issue yang membuatnya sulit mempunyai teman. 'Beruntungnya Haga punya orang tua yang masih perhatian sama dia, I wish that it was me,' gumam Adisa kemudian memejamkan matanya sambil menahan tangisnya. 'Kapan Dica bisa ngerasain rasanya punya orang tua?' batin Adisa dengan napas sesak dan air mata yang mulai mengalir di pipi nya secara perlahan. *** Hari ini Adisa diliburkan selama empat hari karena dirinya telah mengikuti olimpiade. Adisa hanya sendiri di rumah karena Alex pergi sekolah sedangkan Intan dan Harsa masih berada di Papua untuk keperluan pekerjaannya disana. Siang ini Adisa sedang di kamar sendirian dengan mendengarkan lagu dari The 1975 yang berjudul Somebody Else. Adisa selalu mendengarkan lagu itu ketika ia rindu kepada Adhista, dulu Zaki pernah memberitahu Adisa bahwa lagu itu adalah lagu yang paling disukai oleh Ibundanya waktu ia masih kuliah dulu. Adisa lalu beralih kepada sebuah kotak yang diberikan oleh Zaki saat olimpiade kemarin, sampai detik ini Adisa belum mengetahui sedikitpun apa isi didalam kotak tersebut. "Ini kotak dari Om Zaki atau dua orang stranger kemarin ya?" gumam Adisa kemudian ia mulai membuka kotak tersebut dengan perasaan yang tak bisa di jelaskan. "Cuman buku diary sama hoodie kayak biasa, nothing special here," gumam Adisa lalu mengambil buku diary tersebut dan mulai membukanya. Adisa membuka buku diary berwarna Windy Blue, disana Adisa menemukan fotonya sewaktu ia masih bayi yang di pangku oleh Daniel dan ada Adhista di sebelahnya. "Foto langka, tapi kok nggak pernah lihat ya," Adisa lalu membalikan buku diary ke halaman selanjutnya yang tidak ada tulisan apa-apa. "Kirain bakal ada clue dari dua orang stranger kemarin," gumam Adisa lalu meletakkan buku tersebut di sebelahnya. Adisa kemudian beralih mengambil hoodie berwarna hitam dengan gambar yang sangat unik itu. "Ada dua? Buat siapa ya satunya," ucap Adisa yang sedikit terkejut saat melihat ada dua hoodie dengan gambar sama disana. Saat Adisa ingin mencoba salah satu hoodie disana, tiba-tiba secarik kertas jatuh tepat di atas kaki Adisa, kemudian perempuan itu mengambil secarik kertas itu dan mulai membacanya. "We are very happy when we know you are so strong and smart, and because that your school appointed you to be a representative in this olympics, honey. And we hear from someone, that you have a boy bestfriend who called Haga. We very happy when we see you with Haga, and Haga's parent treat you like a princess. We are touched, eum by the way, this hoodie one for you and the second one for Haga. Love you xx, two people that you miss," Adisa menarik napasnya dalam-dalam setelah membaca surat tersebut, dirinya membeku sambil terus memperhatikan barang-barang yang ada di hadapannya itu. "Please don't make me wondering who are you," gumam Adisa dengan keringat dingin yang mulai keluar dari dalam tubuhnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN