Bab 1
Senin, 16 Juli 2018
MOS (Masa orientasi siswa baru)
"Bagi siswa baru yang tidak melengkapi atributnya, silahkan maju ke depan, baris di pojok kanan saya !!" Terdengar suara seorang senior yang memegang Megaphone di depan lapangan.
Hening, tidak ada satupun siswa yang bergerak untuk maju. Semuanya diam menunduk, bahkan ada yang diam diam keluar dari barisan. "Jangan ada yang berani keluar dari barisan!" Terdengar suara tegas itu menginterupsi. "Apakah tidak ada?" lagi terdengar suara bertanya yang berasal dari Megaphone itu.
"Okeh,, kalau begitu. Silahkan anggota osis periksa kelengkapan atribut anggota kelompok yang menjadi tanggung jawabnya!!".
Terdengar kasak kusuk dari barisan siswa baru, semua sibuk memeriksa kelengkapan atributnya. Akhirnya satu persatu siswa yang merasa atributnya tidak lengkap maju ke depan dan berdiri dipojokan kanan memisahkan diri dengan siswa yang sudah lengkap atributnya. Mereka berpikir, dari pada diseret anggota Osis, lebih baik maju sendiri. Malu, malu dah sekalian.
Dibarisan siswa baru terlihat seorang gadis yang asyik menundukkan kepalanya sedari tadi. Dia tidak memperhatikan bahkan mendengar seniornya yang berbicara di depan. Dia asyik dengan pikirannya sendiri.
"ck, Sairish kambing !!, enak banget dia tiduran dirumah. Ini semua gara gara mama nih, mana panas lagi!" Dia menggerutu pelan, bibirnya mengerucut tanda dia benar benar kesal. Teringat pembicaraannya tadi pagi dengan mamanya membuat moodnya tambah buruk.
"Aku ga mau ikut MOS ma!!. Sairish aja jam segini masih tidur, aku juga mau tidur!". Mika merengek di atas tempat tidur.
"Sairish kan masih kecil Kay, kasihan dia kalo berdiri panas panasan". Mamanya menjawab kalem
"Cuma beda setahun dari aku, apanya yang kecil?. Badan aku sama Irish aja sama besarnya?". Mika mengerucutkan bibirnya kesal.
"Ya tetap aja umur kamu yang paling besar. Udah ah, mandi sana!, Nanti telat. Awas ya, jangan gangguin irish tidur. Mama tunggu kamu 10 menit lagi di meja makan, kalo telat, mama seret kamu". Setelah mengatakan itu, mamanya berlalu dari kamar mikayla.
"Mamaaaaaaaa......!!!!" Mika berteriak frustasi sambil mengacak rambut singanya.
Dan yang terjadi? ya, seperti yang terlihat sekarang. Dia lagi berdiri diantara ratusan siswa baru yang berpakaian ala badut dengan atap matahari langsung. Aaahh,, mantap panasnya!!.
"Mana foto dipapan nama lo!!".
Mika terjengkit kaget mendengar teriakan cempreng dari seorang gadis yang berdiri di depannya. Sairish menoleh ke sekelilingnya, dia meringis pelan."kenapa pada liatin gue ya? Apa dari tadi ada yang gue lewatkan?". Mika jadi bingung sendiri. Dia memandang bingung pada gadis yang berdiri menatapnya garang itu.
"EH,, gw ngomong sama lo!! budeg, ya, lo??"
Mika memegang dadanya yang berdebar karna kaget mendengar suara keras gadis itu. "Kak, bisa ga nanyanya ga pake teriak? Jantung aku mau copot denger suara toa kakak!"
Terdengar suara deheman silih berganti menyamarkan suara suara cekikikan tertahan dari sisi kiri kanan Mika. Gadis yang berdiri di depan mika menggeram kesal mendengar tanggapan santai adik kelasnya, mana terdengar tawa tertahan dari siswa baru yang lain, membuat dia merasa dipermalukan.
"Lo benar benar ngelunjak ya! Baru jadi murid baru aja udah berani lo nantangin senior !"
Mika mengorek kedua telinganya bergantian, membuat semua orang melongo kaget. Apa dia tidak tau bagaimana merah padamnya wajah senior yang sedang berdiri di depannya ini.
"Aku ga budeg kak!, mohon volume suaranya dikecilin lagi. Kasihan pita suara kakak, takutnya putus".
"LO...!! MAJU KE DEPAN !!...."
Kali ini teriakan seniornya benar benar membahana, membuat suasana yang tadinya sedikit berisik jadi senyap seketika.
"Oke.." Mika memberikan senyum smirknya sebelum berlalu meninggalkan seniornya yang menatapnya murka.
"Oke, karna semua murid yang atributnya tidak lengkap sudah di depan, sekarang kita akan melanjutkan kegiatan kita. Bagi anggota Osis penanggung jawab kelompok, silahkan membimbing kelompoknya untuk masuk kelas".
"Dan bagi siswa yang mendapat hukuman, kalian semua ikut saya dan Aldo ke belakang sekolah. Kalian bersihkan lingkungan dibelakang sampai jam istirahat pertama".
"Sekarang silahkan bubar, terima kasih!!". Jayden belum beranjak dari tempatnya berdiri. Dia harus memastikan seluruh siswa masuk ke dalam kelas, kecuali siswa siswa yang berjalan berlawanan arah menuju belakang sekolah.
"Jay, gue ikut lo ke belakang sekolah ya." Tiba tiba seorang gadis berjalan mensejajarkan langkahnya dengan Jayden.
"Ngapain? lo kan penanggung jawab kelompok 4. Masuk kelas sana!!"
Gadis itu mencebikkan bibirnya, "Ga mau!, biar Aldis sama Meta aja. Gue mau ikut lo!"
"Ck,merepotkan!" Walaupun berkata seperti itu, jayden tetap membiarkan gadis itu mengikutinya.
???
Mika berdiri sendiri dibawah pohon mangga yang rindang, siswa yang lain sibuk menyapu halaman, memungut sampah, bahkan mencabut rumput liar. Sedangkan dia bingung harus mengerjakan apa, dia merasa semua pekerjaan itu tidak ada yang menarik minatnya.
Mika benar benar bosan berada di sekolah ini, apalagi tidak ada sairish disampingnya. Dan dia belum punya teman baru seorangpun. Miris sekali hari pertama dia masuk sekolah.
"Lo kenapa ga ikut kerja bakti?"
Mika terjengkit kaget, memegang dadanya yang berdegup kencang. Dia menoleh berniat untuk mengomeli siapapun yang berani mengagetkannya.
Dia menaikkan sebelah alisnya menatap orang yang menyapanya barusan. "Kamu bisa ga datangnya kasih aba aba dulu, jangan kayak jailangkung. Datang tak diundang, pulangnya minta diantar". Mika mengomel tanpa tau siapa yang berdiri di depannya.
Laki laki itu ikut menaikkan sebelah alisnya bingung. "Lo kenapa ngomelin gue? Trus ngapain lo berdiri santai di sini ga ikut kerja bakti?"
"Kamu juga ngapain ikut berdiri bareng aku disini? Sana pergi, Nanti kamu diomelin, mau?"
"Siapa yang omelin lo?"
"Adalah, mak lampir." Mika tertawa cekikikan. "Sana pergi, ngapain masih berdiri disini?"
"Pertanyaan gue belum lo jawab dari tadi. Ngapain lo berdiri disini sedangkan teman teman lo lagi kerja bakti?"
"Ck, masalahnya aku ga bisa, kemarin aku baru meni pedi. Kalo mama aku tau aku rusakin kuku hasil bayarannya, aku bisa diomel tujuh hari tujuh malam"
Laki laki itu menganga mendengar jawaban mika, dia benar benar tidak habis pikir ada gadis seperti ini. Apa dia sedang bercanda?
"ngomong ngomong kamu siapa? Aku Mikayla Anindira. Kamu bisa panggil aku Mika, Kayla, atau Kay juga ga masalah." Mika mengulurkan tangannya untuk bersalaman, tapi laki laki itu tetap diam sambil memperhatikan tangan Mika yang menjulur ke depan.
"Kamu ga mau kenalan?" Mika masih menunggu, "Ya udah kalo gitu!" Belum sempat mika menurunkan tangannya, tiba tiba sebuah tangan menarik tangannya ke atas dan menjabatnya erat.
"Gue Jayden!, Jayden Keitaro".
Mika kaget, tentu saja! Karna tangannya yang tiba tiba ditarik dan dijabat erat. "Ooh, hai Kei. Salam kenal" Mika memberikan senyum lebarnya dihadapan Jayden. Jayden sesaat terpaku melihat senyum itu, 'sangat cantik!'
"Kei?" Jayden menaikkan alisnya seolah bertanya.
"Hm, itu nama kamu kan? Keitaro? Kei panggilan khusus dari aku. Bagaimana?"
"Ga buruk"
"Kamu punya pacar ga?"
"Kenapa?"
"Ga ada sih! Kalo kamu ga punya, aku mau ajak kamu pacaran!"
Sebelum berlalu dari hadapan mika, Jayden berdecak sambil menggelengkan kepalanya prihatin. "sinting!!"
Mika tersenyum mendengar perkataan jayden. Dia berteriak memanggil laki laki itu ....
"Kei ...."
Jayden menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang. Dia mengangkat alisnya bertanya, "apa?"
"Aku akan bikin kamu cinta mati sama cewek sinting ini". Mendengar ucapan frontal gadis itu, jayden kembali menggelengkan kepalanya dan berlalu dari situ.
Siswa siswa yang mendengar perkataan mikayla langsung berteriak heboh, bersiul bahkan bercie cie ria. Mikayla ikut tertawa melihat tingkah mereka." Ga apa apa dibilang sinting, hitung hitung kasih hiburan gratis dipagi hari. Bikin orang senang kan dapat pahala" Gadis itu meletakkan tangan kirinya di perut dan tangan kanan memegang dagu sambil menganggukkan kepalanya puas.
"Murahan banget lo! Masih kecil udah jadi jalang yang godain cowok dimana aja!"
Tiba tiba dari arah belakang terdengar suara sinis seseorang. Mikayla membalikkan badannya dan menemukan senior yang memarahinya tadi berdiri angkuh dengan senyum yang meremehkan sambil bersedekap d**a. Dia memandang Mikayla dari atas ke bawah kembali lagi seperti itu. Dia tiba tiba tertawa sinis yang terdengar menyebalkan ditelinga Mikayla.
"Lo punya apa sampai berani nembak Jayden? Muka jelek dan pas pasan aja belaguk!" Gadis itu masih saja melontarkan kata kata kasarnya. "Udah muka ga cantik, attitude lo juga ikut ikutan bobrok. Setidaknya kalo muka lo ga cantik, attitude lo dicantikin tau ga! Sana ikut kerja bakti, lo bukan bos disini!"
Mikayla melongo mendengar rentetan kata kta kasar dan makian dari senior di depannya ini. Dia menaikkan sebelah alisnya bertanya.
"Kakak ngomong sama aku?" Mikayla bertanya dengan wajah pura pura polosnya.
Gadis itu mengeram kesal, "Lo ini t***l atau bego sih? lo pikir dari tadi gw ngomong sama setan!"
"Ooh" Mikayla menganggukan kepalanya berkali kali. "Udah selesai ngomongnya? Aku boleh pergi kan?" Tanpa menunggu jawaban gadis itu, Mikayla melenggang pergi dari tempat itu.
"b******k!!" Gadis itu mengepalkan tangannya kesal. "Lo mau main main sama gw ya?" Dia tersenyum sinis menatap punggung Mikayla yang semakin menjauh.