Auriga mengangguk singkat. “Oke. Mulai sekarang lo jadi pacar gue.” “Bercandaan lo enggak lucu banget,” sahut Queen, berusaha mengabaikan detak jantungnya yang entah mengapa mulai berdetak kencang. Baru bercanda saja seperti ini, apalagi sungguh-sungguh. Queen tidak bisa munafik, pesona Auriga terlalu sulit untuk ia abaikan. Namun, dari semua hal yang orang lain kagumkan pada pria yang ada di depannya sekarang, Queen jatuh cinta pada sesuatu yang bahkan tak ia tahu itu apa. “Gue serius, gue mau jadi pacar lo,” kata Auriga lagi, mimik wajahnya seperti apa yang dikatakan pria itu. Serius. Queen mendongak, menatap wajah tampan Auriga yang seolah dipahat oleh seniman terkenal. Sempurna. “Enggak usah bercanda, Au. Gue baik-baik aja kok, lo enggak usah khawatir.” Gadis itu tidak benar-benar

