bc

UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!

book_age18+
21
IKUTI
1K
BACA
family
childhood crush
like
intro-logo
Uraian

Bagaimana rasanya jika harus hidup dan menjalin hubungan dengan lelaki yang perhitungan. lelaki yang lebih mementingkan kebahagiaan keluarganya ketimbang kebahagiaan anak dan istrinya.

lalu, apa gunanya pernikahan ini?

chap-preview
Pratinjau gratis
uang bulanan
1.jatah bulanan "Astaghfirullah... Kenapa cuman segini mas. Biasanya kamu memberiku 3juta sebulan. Kenapa ini cuman 800ribu?" "Mana cukup buat hidup sebulan mas!! Apalagi harus bayar spp Anita. Beras minyak gula kopi semua juga sudah pada habis.. Kamu gimana sih mas??" Cerocosku pagi hari saat mas Bowo menyerahkan gajiannya kepadaku "Halah berisik banget sih Da, kamu cukup-cukupin tuh uang segitu. Lagian kamu harus tau, ibuku perlu biaya berobat. Kamu mau ibu tambah sakit, hah????" Bentak mas Bowo "Tapi mas, kamu kan juga bisa patungan sama si Lusi adik kamu. Bukan berarti kamu harus membiayai sendiri!!" "Heh, kamu harus tau Da. Aku tuh anak lelaki, kewajiban utama ku tetap kepada ibuku, bukan kamu.." "Tapi mas, kalau sudah menikah yang lebih utama itu kebutuhan istri. Rumah tangga kita. Baru yang lainya..." "Aku juga gak masalah kalo harus bantu ibuk.. Tapi kan mas bisa memberikan satu juta dulu, biar yang 2juta bisa kita buat hidup sebulan kedepan!! Kalau kayak gini gimana kita bisa hidup mas??" "Kamu kan juga kerja Da??? Kamu juga berpenghasilan. Kamu jadi istri jangan pelit-pelit dong sama suami dan mertua. Masih mending ibu sudah memberikan kita rumah. Jadi kita ga usah susah-susah buat beli rumah. Kamu tuh jadi istri gak ada rasa bersyukurnya" "Mas, aku bekerja hanya untuk membantu bukan sebagai tulang punggung. Harusnya kamu sebagai suami itu yang tanggung jawab. Dan soal rumah ini, memang sudah sepatutnya kamu memberikan anak istrimu tempat tinggal yang layak. Entah dari manapun itu berasal. Jadi itu bukan lah sebuah alasan pembenaran untuk kesalahanmu ini mas!!" Kataku yang juga tak mau kalah dengan mas Bowo "Halah, cerewet kamu tuh Da.. Emang dasarnya kamu ga bisa bersyukur dan pelit sama keluargaku".. Kulihat mas Bowo pergi meninggalkan ku yang masih menahan rasa marah Okelah mas kalau itu maumu.. Aku juga akan bermain cantik sepertimu. Kau selalu mengutamakan orang tuamu, dan selalu mengabaikan aku yang juga ikut pontang panting berjuang mencari nafkah. Kita lihat, siapa yang akan menang?? ****** Aku bergegas pergi kewarung emak yem.. Membeli beras 1kilo, tempe, gula, garam dan minyak goreng 1liter "Tumben belanja cuman ini aja Da??" "Iya mak, soalnya yang lainya masih ada" Bujuk ku "Oooh,, iya sudah ini semua totalnya 44500" Kata mak yem sembari memberikan barang belanjaan ku dan kuserahkan uang 45ribu kepaaanya "Kembalinya tak kasih m*sako aja ya da.. Gak ada kembalian 500 soalnya" "Boleh mak..." Ku buka kresek belanja ku, dan mak yem memasuk kan m*sako kedalamnya "Makasih mak.. Aku pulang dulu." Setelah sampai rumah, aku memasak tempe goreng. Dan membuatkan sambal tomat kesukaan ku sendiri. Sedangkan Anita, aah biarlah nanti aku buatkan dia telur. Keenakan mas Bowo bila aku menggoreng telur sekarang "Kamu gak masak Da hari ini???" "Lah mas ga lihat, ada tempe goreng diatas meja?? Kok masih bilang aku ga masak??" "Maksutku yang lainya Da? Masak cuman tempe goreng sama sambal tomat??" "Masih mending ada makanan yang bisa dimakan mas.. Uang 800ribu bisa buat makan aja kita harus bersyukur." Ucapku dengan kesal "Kan kamu juga baru gajian. Masak baru gajian makanya tempe. Ayam atau daging kek!!" "Uang yang kau berikan tak cukup untuk beli itu mas.. Uda dimakan aja gak usah banyak protes . Oh ya satu lagi, uang gajiku juga bakal aku kasih ke emak bapak ku dikampung." "Lo g bisa gitu dong da??? Terus gimana kita bisa makan?? Kan uang dariku tidak cukup??" "Itu urusan mu sebagai kepala keluarga mas.. Ingat dalam islam, uang suami itu ada hak istri. Dan didalam uang istri tidak ada sedikitpun hak suami. Jadi, uangku bukan berarti uangmu mas??" Aku meninggalkan mas Bowo yang juga menahan amarah kepadaku, terlihat dari wajahnya yang sudah merah padam. ❤️❤️❤️ part 2. kenyataan pahit Setelah semua pekerjaan rumah dan menjemur pakaian rampung, aku merebahkan tubuhku sebentar disofa sembari memainkan gawaiku. Entah kenapa aku masih merasa sebal dengan Mas Bowo. Karna sudah ke 3kalinya, Mas Bowo tak mengajak ku untuk berunding mengenai masalah pemberian uang kepada ibu. Padahal aku sama sekali tak pernah mempermasalahkan berapa pun besar jumlah uang yang akan diberi ke ibu bila dia jujur padaku.. Kulirik jam dinding sudah menunjuk kan pukul 10, bergegas diri ini bangkit dan menuju dapur. Karna hari ini aku menerima pesanan 15box donat yang harus aku antar pukul 2siang. "Assalamualaikum..." Ku dengar suara Anita yang baru saja pulang sekolah "Waalaikumsalam. Nit, habis ini bantuin ibuk bikin donat ya soalnya sebentar lagi mau ibuk kirim kepelanggan". Jawabku "Iya Buk, Anita ganti baju terus makan dulu. Laper." Aku mengangguk dan membiarkan Anita pergi. Ya, aku hanya memiliki seorang putri bernama Anita. Bukan karna aku tidak berniat memiliki anak lagi, tapi karna allah belum kembali memberikan ku rejeki anak. Padahal aku pun juga sangat berharap ingin memiliki anak kembali. Apalagi Anita sudah besar kelas 1 SMA. Setelah hampir tiga jam lebih, pesanan donat sudah selesai kukerjakan. Kutinggalkan kesibukan ku, dan bergegas menjalankan sholat dhuhur. "Ibu pergi dulu ngantar pesanan donat dulu Nit. Assalamualaikum.." "Iya Bu, hati-hati." Kustater sepeda ku kerumah pelanggan. Tak lupa juga kubawakan donat untuk ibu mertua dan adik iparku ***** Tok tok tok... Kuketuk pintu rumah mertuaku berulang-ulang. Tapi tetap tidak ada jawaban. Apa mungkin mereka sedang tidur siang? Aku berinisiatif mengetuk pintu sebelah rumah ibu, yang mana pintu itu terhubung keruang makan. Tapi, belum sempat aku mengetuk sayup-sayup terdengar suara orang sedang mengobrol. "Lah, kita manfaatkan saja sakit ibu ini. Lumayan kan bu, jatah yang diberikan Mas Bowo jadi lebih banyak dari sebelum ibu sakit" kudengar Lusi berbicara kepada ibu "Hahaha iya bener Lus. Tapi Ibuk capek pura-pura gak bisa jalan dan harus duduk dikursi roda. Gak enak tau." Deg,, sial. Jadi selama ini aku kena tipu mertua dan iparku. Tanpa terasa aku mengepalkan tanganku. Tapi tetap kucoba untuk mendengarkan perbincangan mereka "Halah ga papa Bu, lagian cuman waktu ada Mbak Ida aja kok." "Iya juga sih. Ya gimana lagi, uang Ida kan banyak. Soalnya pesanan kue ida laris manis. Jadi bisa kita manfaatin." Kudengar mereka ber2 tertawa bersama Kurasakan hatiku bergejolak menahan amarah. Hingga aku putuskan untuk cepat-cepat memberikan kue dan pergi "Assalamualaikum.. Buk, ini Ida." "Wa-waalaikumsalam.. iya sebentar mbak, aku bukain pintu dulu." Kemudian Lusi membukakan pintu. Dan terlihat ibu sedang duduk dikursi meja makan "Mbak Ida uda lama disini?" Tanya nya sedikit gugup "Ga kok, barusan. Lagian aku ketuk pintu depan berulang kali ga ada jawaban." "Masuk dulu Da, siapin minum Lus buat Mbak mu." Kata ibu "Ga usah Bu, aku langsung pamit pulang aja.. lagian sudah mau sore. Bentar lagi Mas Bowo pulang. Ini aku bawain donat soalnya sekalian tadi kirim kerumah pelanggan." Kuserahkan bingkisan donat itu ke Lusi "Waaah enak nih.. Makasih ya mbak. Sering-sering aja kirim kue buatan mbak kesini." Aku hanya menanggapinya dengan senyum kecut "Yasudah aku pamit dulu Bu, lus. Assalamualaikum." "Waalaikumsalam." Jawab mereka serentak Akhirnya ku balik kan badan dan meninggalkan rumah ibu ****** Ya allah apa kurangnya aku sama Ibu dan Lusi. Hingga mereka membohongiku seperti ini. Padahaldari awal menikah, aku tak pernah meminta apapun kepada Mas Bowo, bahkan berapa gajinya pun aku tak tahu. Aku hanya diberi separuh dari gajinya, mungkin. Dan separuhnya lagi entahlah kemana. Karna Mas Bowo tak pernah jujur padaku. Walaupun aku bertanya berkali-kali. Dan itu selalu membuat kita bertengkar. Sehingga aku pun malas dan tak pernah lagi bertanya tentang gajinya. Apalagi saat ibu sakit dan tak bisa berjalan. Mas Bowo tak segan-segan memberikan uang lebih pada ibu tanpa memberitahuku terlebih dahulu dan tanpa mau tau bagaimana aku harus ekstra mengatur keuangan keluarga. Sungguh, dia jahat sekali kepada istrinya Hingga pada saat Anita kelas 1SD, aku memutuskan membuka pesanan kue, sesuai dengan kemampuan ku untuk membantu Mas Bowo. Ya meskipun gaji yang diberikan Mas Bowo sedikit, tapi bisa mencukupi kebutuhan kita ber3 untuk hidup hemat, walaupun kadang aku juga harus menambah sedikit dari hasil jualan ku. Dan dari hasil jualan ku, aku tabung untuk masa depan Anita dan memberi sedikit rejeki untuk orang tuaku kala aku berkunjung kerumah mereka. Tak lupa, akupun juga masih ikut memberi ibu mertua. Tak terasa air mataku jatuh tanpa bisa kuhentikan. "Ibu nangis kenapa?" "Umm ga kenapa-kenapa nduk. Ibu mau mandi dulu. Sekalian mau sholat ashar. Kamu sudah sholat? Kalau belum cepat sholat sana." Kataku sambil menghapus air mata dan meninggalkan Anita. Takut kalau dia akan bertanya lebih padaku. ❤️❤️❤️ part3. Apakah Mas Bowo tau? Setelah seharian menjalankan aktivitas dan melajsakan sholat isya, akupun beristirahat melepas lelah. Melihat gawai ku, sebelum kembali berkutat membuat pesanan kue lamaran yang pagi-pagi sekali akan diambil pembeli. Sejenak aku berpikir, apakah Mas Bowo sudah tau, kalau sebenarnya ibu sudah tidak sakit lagi, dan beliau sudah bisa berjalan? Aah entahlah, nanti saja aku bertanyanya. Aku masih marah dengan Mas Bowo yang tak pernah menghargai ku sebagai istri. Bergegas kulangkah kan kaki ini kembali kedapur untuk membuat kue... Karna selertinya hari ini aku bakal melembur hingga dini hari, tak apalah yang penting jualan ku laris manis. Dan aku bisa membuka toko kue ku senidiri. "Ngelembur bu??" Kulihat Anita berjalan kearah ku "Iya nduk, pesanan buat besok pagi ketetangga. Bantuin gih, mumpung masih jam 8. biar cepet juga." "Iya bu.. Aku seneng banget kalau jualan ibu ramai gini. Semoga tabungan ibu makin banyak ya bu.." Kata anak ku yang dengan cekatan Anita mengambil adonan telur "Amiin nduk, doain ya..." Aku aminkan doa anak ku Sebenarnya aku memang memiliki banyak tabungan. Yang kalau dihitung, hampir mencapai 110 juta. Karna memang dari awal jualan hingga 10tahun ini, alhamdulillah jualan ku laris manis. Bahkan pernah saat hari raya dan hari-hari pernikahan, aku mendapatkan untung hingga hampir 10juta satu bulanya. Dan juga aku bersyukur bisa memperkerjakan tetanggaku untuk membantu pemasukan mereka. Oleh karna itu, Mas Bowo tak pernah memberikan semua gajinya, dan tak pernah berkata jujur padaku berapapun gajinya.Dan jujur akupun tak pernah mempermasalahkanya. Karna kupikir, uang jualan ku pun masih cukup membantu memenuhi kebutuhan kita ber 3. Hingga suatu hari saat mencuci celananya, aku melihat gulungan kertas yang sudah diremas didalam kantong celananya. Saat kulihat betapa terkejutnya aku, ternyata selama ini gaji mas bowo 5juta lebih bahkan hampir di 6juta, karna memang mas bowo bekerja dikantor pabrik swasta didaerah rumahku Yang aku sesalkan, Mas Bowo t pernah mau jujur tentang kemana sisa uang gajinya. Bahkan yang lebih membuatku marah dia sudah 3kalinya memberikan jatah yang t semestinya ku terima dan tak mengajak ku berunding ataupun menjelaskan kepadaku walaupun aku memiliki penghasilan sendiri. Padahal akupun bukan orang pelit yang tak mau berbagi. "Bu, uda semua kan.. Kumasukin oven ya??" "Iih bu kok ngelamun sih.. Ntar kesambet lo malem-malem ngelamun." Ucap Anita sambil mengguncangkan tangan ku "Astaghfirullah.. Ibu sampai g sadar nduk. Kamu tadi bilang apa?" "Ini rotinya kumasukan ke dalam oven ya bu!!" "Ooh iya, biar cepet matang. Lagian semuanya juga udah selesai. Kamu tinggal tidur aja nduk, besok kan sekolah. Biar ini ibu aja yang tunggu." Kataku saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 11malam "Yasudah bu, aku istirahat dulu." Aku mengangguk dan kemudian kulihat Anita berlalu Tepat pukul setengah satu, semua kue-kue ku matang dan kumasuk kan ke dalam box dan menghiasnya. Kurenggangkan badanku kala semua kue sudah cantik didalam box dan kembali memasukkanya kedalam keresek besar, biar besok tinggal angkut "Alhamdulillah, masih bisa tidur cukup. karna jam segini semuanya sudah selesai". Ucap ku dalam hati Setelah semua selesai, aku bersiap tidur. Dan kulihat Mas Bowo sudah mendengkur. Ku pandangi wajahnya, entah kenapa ada sedikit perih dihati atas sikapnya. ******* Adzan subuh berkumandang, segera aku bangki dari tidur, membangunkan Mas Bowo dan Anita untuk melaksanakan sholat shubuh berjamaah. Seusai berjamaah, kita semua menjalankan rutinitas lagi hari. Aku memasak, Anita membantuku menyapu dan mencuci piring sebelum kesekolah, dan biasanya Mas Bowo sibuk melap sepeda bahkan mobilnya "Assalamualaikum.. Bu Ida.." sayup-sayup terdengar suara tetangga ku yang memesan kue.. "Waalaikumsalam.. eeh Bu Erika, masuk Bu, saya ambilin kuenya dulu." Aku kembali masuk kedalam rumah dan mengambilkan pesananya "Ini ya Bu pesananya, smoga tak mengecewakan rasanya." "Ah mana mungkin, toh kue buatan Bu Ida ini memang mantul." Kata bu erika sambil mengacungkan jempol "Bisa aja ibu ini. Oh ya bu, total semuanya 475ribu. Sekalian itu ada bonus ldbihan kue yang saya taruh box kecil." Ucapku menjelaskan "Waduh, makasih ya Bu.. Ini sekalian uangnya. Jangan bosan-bosan aku repotin ya." "Hahaha enggak lah Bu, makasih juga ya Bu. Dan ini kembalianya." "Kalau begitu saya pamit pulang dulu bu, Assalamualaikum." "Iya, waalaikumsalam." Setelah ku lihat Bu Erika berlalu, aku masuk kembali kedalam rumah menuju dapur membuatkan mas Bowo kopi dan menyerahkanya. "Mas, kopinya... dimunum dulu, mumpung masih panas" Kataku sambil menaruh kopi dan duduk "Umm ya, makasih Da." Mas Bowo berjalan kearahku. Disruputnya kopi buatanku "Mas, apa kamu sudah tau?" "Tau apa Da?? kalau ngomong yang jelas." "Hmmm,,, tau kalau sebenarnya ibu sudah sehat dan bisa berjalan lagi." Uhuk uhuk uhuk... Kulihat Mas Bowo terbatuk saat ku bertanya "Mana mungkin Da, kamu lihat sendiru kan, ibu kemana-mana masih pakai kursi roda. Lagian mana mungkin ibuku berbohong. Ada-ada aja kamu tuh." "Aku gak bohong mas, aku tau sendiri waktu kemaren kirim donat ke ibu. Kalau ga percaya lihat aja sendiri." Ucapku jengkel dan berdiri meninggalkanya "Eh dan satu lagi, awas kalau jatah gaji bulan depan ku masih kau potong mas. Aku tak akan tinggal diam. Aku tau gajimu 5juta lebih, kau hanya memberiku 3juta. Dan kau tahu aku tak pernah keberatan, atapun menanyakan sisa hasil gajimu yang entah kemana. Jadi, jangan coba-coba kau potong lagi." Kulihat Mas Bowo terkejut atas ucapanku, sampai-sampai terlihat dia menelan ludah. Mungkin dia tak menyangka jika aku, Ida istrinya sudah tau besar gajinya. ❤️❤️❤️ part4. sindiran Mas Bowo dan Anita pun pergi. Tapi tumben, pagi ini Mas Bowo pergi bekerja mengendarai mobil. Padahal biasanya dia lebih suka naik sepeda. Biar gak macet katanya, karna memang daerah tempat tinggalku sedikit macet kalau jam berangkat dan pulang kerja. "Alhamdulillah, sudah ada uang 4juta, habis ini aku mau pergi kebank. biar uangku makin banyak." Ucapku dalam hati Ya memamg itulah kebiasaan ku setelah mendapatkan uang dari hasil berjualan, ku kumpulkan terlebih dahulu, setelah itu baru aku setorkan ke bank, biar lebih saja. Memang, Mas Bowo tak pernah bertanya berapa keuntungan ku dari berjualan, bahkan diapun tak tahu kalau aku mempunyai tabungan yang cukup besar pula. Yang dia tau, pendapatkan ku dari jualan hanya menghasilkan uang yang sedikit meskipun ramai. Hari ini pesanan rotiku membludak, hingga aku membutuhkan bantuan 2orang tetanggaku. Dan baisanya memang mereka akan datang kerumah ku pukul 8pagi setelah pekerjaan rumah mereka selesai. "Assalamualaikum Bu Ida..." sayup-sayup terdengar suara didepan rumah "Waalaikumsalam bu, eh ayo masuk. Waduh maaf bahan-bahanya belum sempat aku siapin Bu." Ternyata Bu Dinidan Bu Rina sudah datang. ku persilahkan mereka masuk, dan berjalan kearah dapur diikuti mereka ber2 "Gak papa Bu, semuanya masih ditempat yang sama kan ya?" Kujawab dengan anggukan "Oh ya, itu catatan kue apa saja yang akan kita buat hari ini, dan juga jumlahnya. Sekalian abis ini saya tinggal keluar dulu ya bu, ada kepentingan soalnya." Kataku kepada mereka ber2 "Siap Bu Ida, tenang saja semua pasti beres." Jawab Bu Rina Mereka ber2 sudah mulai sibuk mengola bahan yang akan kami buat. Dan aku pun bersiap-siap untuk pergi kebank "Saya izin pergi sebentar ya bu, sekalian beli cemilan." "iya Bu Ida hati-hati." Aku memang sudah biasa meninggalkan mereka dirumahku jika aku memiliki keperluan di luar. segers ku pacu sepeda motorku kearah bank berlogo biru yang memang jaraknya tak jauh dari rumahku Akhirnya akupun sampai dan mulai mengantri. Hingga kini giliranku maju ke teller. Disapanya aku ramah, dan ditanya keperluanya. Setelah selesai urusanku dibank, aku pergi ketoko cemilan yang memang 1arah dengan jalan ku pulang. Kubeli beberapa cemilan yang akan menemani kita membuat kue. Dan setelah itu kembali pulang. ***** "Assalamualaikum..." Sapa ku saat aku sudah kembali "Waalaikumsalam Bu, uda selesai keperluanya?" tanya Bu Dini "Iya sudah bu, oh iya ini jajan camilanya aku taruh sini, dimakan ya bu ibu.." kataku sambil meletak kan cemilanya Ddrrt... Drrt.... Drttt... Kulihat gawaiku bergetar, kuambil dan k*****a beberapa pesan pelanggang yang ingin memesan kue. kubalas pesan mereka satu persatu, dan bagi yang sudah fix memesan, akan aku catat ke buku khusus pesanan. Tak lama kemudian, kulihat Lusi menelfonku. Dam segera aku angkat "Hallo mbak.." suara Lusi diseberang sana "Ya Lus, ada apa??" Balasku "Mbak buat bolu ga hari ini, Ibu lagi pingin bolu buatan mbak tuh. kalau buat nanti kirim kesini ya mbak. kalau bisa jangan lama-lama." "Iya..." Jawabku singkat kemudian mematikan sambungan telepon Aku memang malas jika harus berlama-lama ngobrol dengan Lusi atau Ibu. entah kenapa, aku merasakan kecewa kepeda mereka. Setelah aku tau mereka memanfaatkan aku. Kembali aku membantu Bu Dini dan Bu Rina membuat kue. Kali ini, aku membuat adonan kue bolu pesanan ibu. Biar cepat matang dan mengirimnya kesana Satu jam kemudian bolu pesanan ibu sudah jadi ku buatkan. aku kembali berpamitan dengan mereka untuk mengantarkan sebentar bolu ini kerumah mertua ku Kulajukan kembali sepeda kerumah ibu. "Assalamualaikum..." Tak berapa lama kulihat Lusi membukakan pintu "Waalaikumsalam, masuk dulu mbak." Entah kenapa aku ingin masuk dan bertemu dengan ibu "Ibu mana Lus?" Tanyaku sambil memberikan kue bolunya "Diruang tengah mbak, nonton tv." "Gimana keadanya bu, sepertinya ibu sudah sehat. Sudah bisa jalan apa belum?" "U-ummmm... Lumayan sih Da. Tapi yang bikin ibu sedih, ibu masih belum bisa jalan." katanya dengan mimik muka sedih "Mmm yang sabar bu, mungkin bentar lagi bisa jalan. Yang penting ibu jangan berbohong. Karna bohong itu dosa." kstaku menyindir "Bohong, bohong soal apa Da?" Tanyanya pura-pura polos "Ya,, barangkali aja ibu sudah bisa jalan tapi masih bohong, bilang kalau memang belum bisa jalan." "Mana mungkin ibu berbohong mbak,, lagian apa untungnya juga buat ibu berbohong." Ucap Ida yang tiba-tiba keluar dari arah dapur membawa bolu yang sudah dipindah ke dalam piring "Ummm syukurlah kalau begitu. Takuntya nanti malah jadi kenyataan akibat azab dari allah." Uhuk uhuk uhuk... Ku lihat Ibu terbatuk saat mendengar ucapanku. Segera ku berikan minuman yang sudah ada dari tadi di meja. "Yasudah kalau gitu aku pamit pulang dulu. Dirumah lagi sibuk, soalnya pesanan lagi membeludak." "Iya makasih ya Da, sudah buatin ibu bolu." Akupun mengangguk dan menyalami tangan ibu. Kemudian keluar dan kembali pulang ❤️❤️❤️ part5. ada maunya Brrrmmm..... ngggg.... Tepat pukul 4sore kudengar sura mobil Mas Bowo datang.Karena memang sebelumnya aku sudah mengrimkan pesan kepadanya untuk tak mengambil lembur sebab mobilnya mau aku gunakan untuk mengirim pesanan. Tampak kukihat Bu Dini dam Bu Rina yang juga membersihkan diri dan dapurku bersiap-siap untuk pulang. Karena semua pesanan kue sudah kita buat. "Assalamualaikum..." Terdengar langkah Mas Bowo masuk kedalam rumah "Waalaikumsalam,, udah pulang mas." Kusalimi tangan Mas Bowo dengan khidmat. "Oh ya Mas, mana kunci mobilnya, habis ini mau aku pakai antar pesanan. "Biar Mas antar aja kirim pesananya...Sebentar aku mau mandi dulu." Ucapnya "Tumben amat, abis mimpi apa semalam? Atau habis kesambet??" Tanyaku "Kamu tuh Da, Da. Ada suami perhatian malah dibilang kesambet." Katanya sambil berlalu meninggalkan ku Memang tak biasanya Mas Bowo mau mengantarnya, karena aku sendiri bisa menaiki mobil. Jadi, Mas Bowo selalu membiarkan ku membawa dan mengantarkanya sendiri. Aku tak pernah marah walau sifat Mas Bowo sangat cuek, dingin dan bukan masuk dalam kriteria suami idaman. Karena memang aku sangat mencintai suamiku itu. Karena dia jugalah aku rela bekerja keras seperti ini. Tapi setelah ku tahu kebusukan keluarganya, mulailah timbul rasa tak ikhlas dalam diriku. "Bu Ida, kita pamit pulang dulu ya bu.." Tiba-tiba suara Bu Rina megngagetkan ku. "Oh iya sebentar bu, saya ambilkan dulu upah hari ini." Akupun berjalan masuk kedalam kamar, mengambil dompet ku "Makasih ya bu, buat bantuanya hari ini. sepertinya besok masih bisa ku handel sendiri. Lain kali kalau lagi rame, aku hubungi Bu Rina dan Bu Dini." Ucapku seraya memberikan uang 100ribuan untuk mereka berdua "Sama-sama Bu Ida, makasih juga Bu Ida sudah mau mempekerjakan kami. kalau gitu kamit pulang dulu bu. Assalamualaikum." "Iya bu, Waalaikumsalam." aku oun mengntarkan mereka pulang hingga kedepan rumah Selepas dua tetangga ku itu pulang, aku kembali kedalam untuk bersiap mengantar kue dan menunggu Mas Bowo selesai mandi. "Kuenya sudah siap semua kan.." Tanya Mas Bowo "Oh iy mas, itu yang dikerdus. totalnya 12 kerdus." Kulihat dengan sigap dia mengangkat kerdus-kerdus itu dan memasuk kan kedalam mobil. Setelah semua selesai, aku dan Mas Bowo masuk kedalam mobil dan siap berangkat. Didalam mobil, tiba-tiba Mas Bowo bertanya tentang hasil jualan ku. Aku memang sedikit terkejut, tali tetap ku balas dengan santai "Jualanmu laris banget Da, kalau gitu keuntungan mu besar dong." "Ya begitulah Mas.. Kenapa? tumben banget kamu tanya pengahasilan ku. biasaya dari dulu, dari awal jualan kamu tak pernah sedikit pun bertanya." Jawabku penuh telisik "Umm gak papa, masak suami ingin tahu ga boleh sih." Jawabnya sedikit sewot "Ya ada lah mas pokoknya." Setelah itu kita berdua tak mengobrol lagi, hingga kita sampai ditempat pelanggan "Oh iya dengan Ibu Salsa ya... Ini pesanan kuenya.." Aku bersalaman dengan pelangganku yang sudah menunggu didepan rumah "Oh iya Bu, makasih ya kuenya sudah diantar. Tolong masuk kan kedalam saja ya bu, soalnya ruang tamunya mau dipakai acara selamatan." Ucapnya Segera aku dan Mas Bowo mengeluarkan kerdus-kerdus kue dan memasukkan kedalam rumah sesuai permintaan. Setelah semua sudah beres, akupun berpamitan pulang. "Oh ya bu, ini sisa pembayaran kemarin ya.. Tinggal 700ribu dari total 1.680.000." Ucap Bu Salsa sambil menglurkan uang "Iya bu, terimakasih buat kepercayaanya karna sudah memesan kue disaya. Semoga tidak mengcewakan." "Aaah saya yakin tidak mengecewakan kok." Akupun tersenyum mendengar jawabannya "Kalau gitu kami pamit pulang bu. permisi." Akhirnya aku dan Mas Bowo pun berjalan kembali kedalam mobil dan melajukan mobil menuju arah rumah. Sesampainya dirumah, aku langsung masuk kedalam kamar dan meletak kan uang hasil jualan ke dalam tas yang memang ku khususkan untuk hasil jualan. "Da, mmmm aku minta uang. Lagi bokek banget nih" Aku kaget saat melihat Mas Bowo masuk kamar dan melihat ku menghitung uang hasil jualan "Gak ada uang Mas. orang jatah bulanan aja cuman segitu, eeh kamu maaih mau-maunya minta lagi. Masih untung aku bisa menambahi kebutuhan kita." "Tapi aku beneran gak ada pegangan Da, kamu tuh pelit amat sih. Awas jualanmu g bakal berkah dan laris lagi kalau aku g ridho." Entah kenapa aku sedikit tersinggung atas ucapanya.. Tapi memang benar apa yang dikatakan Mas Bowo, jualan ku laris juga karna izin dan ridho darinya "Nih bang..." Kuserah kan 3 lembar uang merah kepadanya, walaupun sebenarnya ada sedikit ketidak ikhlasan ku akibat perbuatanya sendiri yang selalu mencurangi aku "Hah, cuman 300ribu? Mana cukup Da. Pengahsilan kamu kan banyak.. Beri aku 2juta dong." Ucapnya enteng "Apa?? Kamu pikir aku cari uang itu gampang? Susah tau mas. Aku mesti bangun pagi, tidur dini hari demi memenuhi pesanan pelanggang. Dan seenaknya kamu minta uang dari hasil jerih payahku. Sehat kamu Mas??" Ucapku dengan sewot. Entah kenapa Mas Bowo setaun terkahir ini jadi seperti ini. Padahal dulu walaupun dia hanya memberiku jatah pas-pas an, dia tidak pernah mengganggu ataupu meminta uang hasil jualan ku, makanya aku bisa menabung segitu banyaknya. Tapi sekarang, hampir tiap bulan dia meminta jatah yang sudah di berikannya untuk ku. Entah akan kemana semua uangnya Sepertinya aku harus menyelidikinya pelan-pelan. ❤️❤️❤️ part6. kerumah Emak Ddrrrt.... Ddrttt... Ddrttt.... Kuambil gawai ku yang masih tersimpan didalam tas. Ku usap layar dan ku lihat ada panggilan masuk dari Emak "Assalamualaikum nduk..." Suara Emak diujung sana "Waalaikumsalam mak, gimana kabarnya?" Tanyaku "Alhamdulillah Emak dan Bapak sehat semua nduk. Kamu sekelurga juga sehat-sehat saja kan?" Jawabnya "Alhamdulillah enggeh mak.. Kita semua sehat." "Kamu kapan pulang nduk, Emak Bapak kangen. Sudah 2bulan kamu ga kesini." Nyuuuut aku merasakan d**a ku terasa nyeri kala Emak berbicara seperti itu. "Insyaallah secepatnya ya Mak, tapi untuk beberapa hari ini Ida belum bisa kesana. Soalnya pesanan kue Ida masih ramai." Kataku dengan sedih "Oalah yasudah nduk ga papa. Yang penting kalau sudah ada waktu longgar, pulanglah. Emak juga sudah kangen dengan cucu Emak yang cantik." Sambung Emak dengan suara sedih "Enggeh mak, besok Ida ajak Anita nginap disana." "Beneran ya nduk... Yasudah kamu lanjutin kerjaan kamu. Maafin Emak ganggu waktu kamu. Assalamualaikum." Ucap Emak sebelum menutup sambungan telepon "Waalaikumsalam..." Entah kenapa tiba-tiba air mataku jatuh tanpa bisa aku tahan lagi. Aku memaklumi perasaan Emak yang rindu akan anak semata wayangnya ini. Karena setelah menikah dengan Mas Bowo, aku diboyongnya ke kota. Dan menempati rumah pemberian warisan dari almarhum bapak mertua. Sehingga Emak dan Bapak hanya tinggal ber 2 dikampung dan tetap bekerja mengolah ladang dan sawah mereka "Insyaallah Besok Sabtu Minggu, Ida kesana dengan Anita Mak.." Ucapku dalam hati Segera ku buka aplikasi berlogo hijau di gawaiku, dan menulis sebuah statu yang berisi 'Mohon maaf, untuk hari Sabtu dan Minggu tutup PO ya.. Dan akan buka kembali pada hari Selasa, karena ada keperluan keluarga.' Segera ku keluar kamar dan menghampiri Anita, memberitahukanya bahwa besok hari Sabtu Minggu aku berniat mengajaknya menginap dirumah neneknya. Dan meminta izin kepada Mas Bowo untuk menginap disana, tak lupa aku mengajaknya ikut serta. Tapi, dia selalu menolak. Memang, beberapa tahun terakhir ini, aku lebih sering mengunjungi rumah Emak hanya ber2 dengan putri semata wayangku tanpa kehadiran Mas Bowo. Awalnya aku marah, tapi lama kelamaan aku terbiasa sehingga kubiarkan saja ******** Hari-hari kujalani seperti biasa. Hingga pada hari sabtu siang aku bersiap-siap akan berangkat kerumah Emak setelah Anita pulang sekolah. Walaupun Mas Bowo belum pulang kerja, setidaknya aku sudah izin dan dia mengizinkan. "Sudah siap belum nduk?" Tanyaku kepada putri ku "Bentar bu, lagi masukin baju ke dalam tas." Balasnya "Yasudah ibu tunggu dimobil ya..." Kutinggalkan Anita menuju mobil dan mulai menghidupkan mesinya. Tak berapa lama Anita pun masuk kedalam mobil. "Sudah siap semua kan?? Kalau gitu kita berangkat" "Sudah bu. yuuk berangkat. Anita juga sudah rindu Uti sama Kakung." Jawabnya "Bismillah...." Akupun melajukan mobilku meninggalkan rumah, menuju rumah Emak. Memang jarak rumah Emak tak seberapa jauh. Hanya membutuhkam kurang dari 2jam kita sudah sampai dirumah Emak. Kulihat Emak sedang menyapu halaman rumah, sedangakan Bapak duduk didepan rumah meminum teh hangat. Karena memang ini sudah pukul setengah 5 sore. "Assalamualaikum Emak, Bapak.." Kataku seraya menghampiri mereka dan menyalami tanganya dengan penuh hidmat. "Waalikumsalam... ya allah genduk ku cah ayu, sudah datang." Disambutnya kedatanganku dan putriku dengan ciuman bertubi-tubi "Kirain masih beberapa hari lagi baru kesini. Tau gitu tadi kan Emak bisa masak enak buat kalian ber2." "Gak papa mak, justru Ida gak bilang sma Emak. Biar Emak g repot-repot masak." Kataku "Kasian cucu Uti nanti, kesini malah gak ada makanan enak." Dirangkulnya dan diciumnya kening Anita sama Emak "Meskipun Uti masak tempe aja, Anita mah suka-suka aja Uti. masakan Uti mah tiada duanya." Ucap Anita menyenangkan hati "Bowo gak ikut lagi Da?" Tanya emak tiba-tiba "U-ummmm enggak mak, Mas Boso sibuk. ada lembur." "Woalah lembur kok terus toh Da. Sekali-kali suruh libur, ajak kesini. Kok y tega ngebiarin anak istrinya sendirian naik mobil kesini." Akupun hanya bisa diam tanpa menjawab pertanyaan Emak. "Yasudah ayo masuk dulu. Kalian mandi-mandi dulu, terus kita makan malam sama-sama. Emak, siapin minuman hangat buat mereka ya!!" Kata Bapak memecah keheningan. Mungkin beliau sudah merasakan sesuatu yang tak beres dirumah tangga ku Kita pun masuk ke dalam rumah sama-sama. Dan aku melangkahkan kakiku menuju kamar ku saat masih gadis dulu. Kurebahkan diri ini diatas kasurku yang masih empuk. Baru setelah itu aku mandi seusai Anita mandi. ***** Adzan maghrib pun berkumandang, dan kita semua melaksanakan sholat maghrib berjamaah dengan di imami Bapak. Entah kenapa hatiku merasa tentram dan nyaman saar berada disini. Berbeda dengan suasa a hatiku dirumah Seusai sholat, aku dan Anita membantu Emak menyiapkan makan malam kita. kulihat, Emak memasak ikan goreng, sambal terasi dengan lalapan timun dan terong. benar-benar menggugah selera. Akhirnya kita semua pun makan bersama. Begitu terasa enak walaypun menunya sederhana. Kulihat Anita juga begitu lahap menyantap makanan buatan Utinya. "Nduk, habis ini Bapak mau bicara sama kamu tentang masalah sawah dan ladang Bapak." Degh, entah kenapa jantungku berdetak cepat "Nduk cah ayu, tolong beresin ini ya. Sekalian cuciin semuanya. Uti sama Kakubg mau bicara sama Ibumu." Perintah Emak ke putiku "Enggeh uti..." Kulihat Anita dengan sigap langsung membereskan piring-piring dan membawanya kedapur untuk di cuci. "Ada apa memangnya Pak? Apa ada masalah sama sawah dan ladang Bapak?" Kataku sambil melihat Emak dan Bapak ❤️❤️❤️ part7. ternyata "Apa Pak? Apa itu semua benar?." Tanya ku penuh kaget "Iya nduk, tapi Bapak tak tahu kapan pastinya, tapi dengar-dengar paling lama 3bulan lagi uang itu bakal cair.Yang jelas Bapak sudah terima suratnya dari pemerintah.. Ini suratnya." Kuterima surat yang diberikan Bapak kepadaku. k*****a isi surat tersebut. "Lantas bapak setuju?" Tanyaku kembali "Makanya Bapak dan Emak bertanya bagaimana tanggapanmu. Apalagi hasil jual sawah dan ladang untuk program jalan tol itu semua seharga 7,5miliar." "A-apa?? Sebesar itu pak?" Tanyaku masih tak percaya "Iya nduk, semua orang disini yang sawahnya terkena dampak proyek tol dibeli pemerintah dengan harga tinggi." Tampak Bapak terdiam beberapa saat. "Dan kamu, sebagai pewaris satu-satunya aset milik Bapak, jadi Bapak harus memberi tahumu. Karena semua uang itu juga bakal akan kami berikan padamu nduk." Ucap Bapak menjelaskan kepadaku "Tapi pak, aku tak bisa menerima uang sebanyak itu. Apalagi....." Kata-kataku menggantung, karna aku tak ingin mereka tau tentang kelakuan Mas Bowo yang rakus kalau tau aku bakal menjadi orang yang lebih kaya. "Kenapa nduk? Kan kamu bisa buat buka usaha toko roti impian kamu." Emak pun ikut berbicara "Lagian, Emak sama Bapak juga sudah tua. Kasian bapak mu harus mengerjakan sawah dan ladang yang cukup luas itu. Makanya Emak juga bersyukur kalau akhirnya bisa laku, apalagi dengan harga yang fantastis." Ucap Emak panjang lebar kepadaku "Iya bu, bener kata Uti. Kita bisa mewujudkan mimpi ibu untuk punya toko roti sendiri. Apalagi pesanan kue ibu selalu laris manis." Tiba-tiba kulihat Anita putriku datang dari dapur dan memeluk ku dari belakang "Kita pikirkan lagi nanti ya Mak, Pak. Kan uangnya juga belu ada. Ida takut kalau Ida sudah berangan-angan tinggi, tapi entar kenyataanya zonk. Adduh ida gak sanggup Pak.. hihihi " Kataku sambil tertawa "Hahaha iya juga sih nduk, tapi Bapak yakin itu sudah pasti. Karena Bapak dan Emak juga sudah tanda tangan persetujuan di balai desa bersama beberapa warga lainya. Bapak harap, kamu memikirkan usaha apa yang bisa kamu jalan kan dengan modal uang sebesar itu nduk." Kata Bapak "Lagian juga, kita berdua sudah tua. Tak mungkin bakal hidup berdua terus-terusan." timpal Bapak padaku lagi.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Revenge

read
35.4K
bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.9K
bc

Beautiful Pain

read
13.6K
bc

MY LITTLE BRIDE (Rahasia Istri Pengganti)

read
19.3K
bc

Oh, My Boss

read
387.0K
bc

Penghangat Ranjang Tuan CEO

read
33.8K
bc

Hati Yang Tersakiti

read
6.7K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook