Setelah menangis dan saling mengejek, mereka tertawa bersama. Tawa yang sudah sejak lama tak pernah lagi menghiasi kebersamaan mereka. Walau menyakitkan, namun kini mereka berdua bisa menerwatakan kebodohan dan juga kesalahan mereka, seakan pasrah dengan apa yang takdir siapkan untuk mereka di hari esok. “Kamu udah mengemas semua barangmu?” Demian bertanya saat mereka sudah duduk bersandar di lemari dan lama terdiam. Ia melirik dua koper yang telah diisi Almira dengan pakaian dan beberapa barang pribadinya. “Sepertinya aku akan kembali lagi nanti. Masih banyak yang nggak kebawa.” “Jika kamu membutuhkan bantuan, aku akan membantumu pindahan.” Almira mengangguk. “Makasih banyak, Mas.” Keduanya saling berpandangan diam dan bertukar senyum. Aneh, bagaimana bisa dua orang yang dulu begitu

