Hari berganti minggu, hingga kini sebulan sudah hubungan Clara dan Demian semakin dekat. Tak ada lagi kecanggung ataupun perasaan segan antara atasan dan bawahan yang semestinya ada di antara mereka. Keduanya selalu bersama dan hati mereka dipenuhi suka cita begitu bersama, Demian tak lagi merasa hidupnya hampa dan menyedihkan berkat Clara.
Clara adalah sesuatu yang ia impikan dan yang ia inginkan, membuat Demian serasa sempurna dengan kehadiran wanita itu di dalam hidupnya. Demian pun mulai kerap beralasan untuk tak pulang ke rumah demi bisa meluangkan waktu lebih bersama dengan Clara. Wanita itu telah menjadi pusat dunianya, membuat Demian melupakan Almira yang kerap menunggunya.
“Maaf karna terus menyita waktumu, Pak.”
Demian tersenyum dan menarik wanita cantik itu ke dalam dekapannya. “Jangan konyol. Aku senang bersamamu dan berharap bisa menghabiskan waktu yang kupunya bersamamu.”
Clara tersenyum di dalam dekapan lelaki itu. Yang Clara inginkan hanya lah mendapatkan perhatian, kehangatan, dan semua yang Almira dapatkan dari Demian. Ia tak peduli dengan status ataupun hal lainnya. Yang ia inginkan hanyalah kebersamaan mereka. Memiliki tubuh lelaki itu walau tak sepenuhnya. Clara sungguh bahagia karna perjuangannya tak sia-sia.
Demian mengunci tubuh Clara pada tembok di belakang punggung wanita itu. Ia mempertipis jarak di antara wajah mereka dan tersenyum. “Aku nggak bisa lepas darimu.”
Clara menyentuh rahang Demian, memainkan jemarinya di sana, lalu dengan berani mempertemukan bibir mereka. Clara melumat bibir Demian, memasukkan lidahnya dan memancing lelaki itu untuk beradu lidah bersamanya. Ciuman yang tadinya penuh kelembutan, mulai menuntut. Tangan itu pun dengan lancang mengusap bagian privasi Demian, sedang Demian tangan Demian yang semula berada di punggung wanita itu mulai menelusup masuk ke bagian bawah rok Clara, mencari dan mengusap inti wanita itu. Demian menurunkan ciumannya, menjelajahi leher jenjang wanita itu, memainkan lidahnya di sana, membuat Clara tak kuasa menahan desahan penuh kenikmatan. Hasrat birahi bergejolak, ingin segera disalurkan.
“Haruskah di sini?” Tanya Clara di sela ciuman mereka.
Demian tersenyum dan tak merespon, ia kembali melumat bibir Clara, lalu berbisik pelan ke telinga Clara. “Apa kamu mau aku menghentikan semuanya?”
Clara mengigit bibir bawahnya dengan gaya yang begitu sensual, hasrat Demian bergejolak dan dengan cepat dilahapnya kembali bibir wanita itu. Kini bibir keduanya saling mengecap dan bergerak dengan irama yang sama. Tangan mereka saling menjelajahi satu sama lain, memberikan sentuhan yang membuat gejolak keduanya semakin meningkat.
Demian membuka resleting gaun hitam yang dikenakan Clara, sedangkan tangan wanita itu membuka kemeja dan juga sabuk celana Demian. Demian menelan ludah memandang tubuh molek Clara yang dibalut bra dan celana dalam. Mereka memandang sejenak, gelora keduanya memuncak saling menatap tubuh yang begitu menggoda.
Demian menggendong Clara, kaki wanita itu dikaitkannya pada pinggul Demian, kedua tangan wanita itu memeluk leher Demian. Dengan hasrat mereka menyatu dalam ciuman yang mengatar mereka di sofa yang berada di ruang kerja Demian. Kini mereka saling menginginkan, tak lagi ingin berpisah, hendak menyatukan tubuh yang akan membuat mereka merasa terbakar.
Demian mengambil tempat di atas Clara dan menyelusuri leher indah wanita itu, menghadiahinya dengan kecupan-kecupan penuh kelembutan. Aroma tubuh wanita itu membangkitkan hasrat Demian. Desah napas lelaki itu mengirimkan kegelian yang tak tertahankan, meluncurkan desahan demi desahan yang tak kuasa ditahannya lagi.
Demian melepaskan pengait bra Clara dengan mudah, kini gunung kembar wanita itu yang berukuran besar mulai terlihat sempurna. Mulut Demian mulai menjelajahi daerah itu, kedua tangannya menggenggam kedua gunung kembar wanita itu, ia menghisap putingnya secara bergiliran. Ciuman Demian berlanjut ke perut, lalu membuka perlahan celana dalam yang wanita itu kenakan. Clara pasrah akan hasrat birahi yang membelenggu dirinya, menyerahkan diri sepenuhnya pada napsu memburu Demian. Clara tak mempedulikan lagi apa yang lelaki itu lakukan pada tubuhnya, hingga membuatnya merasa panas seakan terbakar. Hasrat birahinya memuncak tatkala jemari Demian mengusap-usap intinya, tubuhnya menggeliat resah.
Demian yang melihat Clara sudah tampak siap, segera melepaskan juniornya yang sudah mengeras di balik boxer hitam yang ia kenakan. Demian mendominasi permainan mereka dengan mengambil tempat di atas wanita itu. Ia membawa permainan panas mereka ke tingkat yang lebih tinggi. Kehangatan menjalar ke seluruh tubuh begitu badan mereka saling bertindihan. Ciuman demi ciuman, rangsangan demi rangsangan disalurkan kedua insan yang terbakar hawa napsu itu. Desahan penuh kenikmatan memenuhi penjuru ruangan yang tertutup rapat.
Clara merasakan kenikmatan yang luar biasa saat Demian menggerakkan pinggulnya dengan liar. Gerakan lelaki itu semakin membuat hasratnya tak terkendalikan. Clara merasakan sesuatu dalam diriny yang ingin meledak karna kenikmatan yang Demian berikan padanya.
“Mas … aku nggak tahan,” ucap wanita itu dengan suara tertahan.
Demian tersenyum puas menatap wajah wanita itu yang terlihat semakin menarik. “Kenapa harus ditahan, Sayang.” Demian semakin menggenjot tubuh Clara, mempercepat permainannya dan Clara pun tak sanggup lagi menah gejolak yang ingin diledakkan saat itu juga. Tubuh Clara mengejang, erangnya tertahan, lalu leguhan panjang terdengar merdu di telinga Demian. Demian memeluk Clara dan kembali menyerang bibir wanita itu, tak memberikan waktu bagi wanita itu untuk meredam kejam tubuhnya.
“Enak, Sayang?” Tanya Demian sedikit terengah-engah.
“Banget … kamu luar biasa nikmat, Sayang.”
Kini Clara mengambil posisi di atas Demian dan menjadi orang yang mendominasi permainan panas mereka. Clara menggerakkan pinggungnya, sementara Demian meremas kedua gunung kembar wanita itu dan sesekali melumatnya. Gerakan wanita itu semakin mengugah birahi Demian. Dirinya segera mengubah posisi wanita itu membelakanginya, mengambil alih kembali permainan mereka. Demian menghujam dan memporak porandakan liang wanita itu, sementara tangannya meremas-remas kedua gunung kembar Clara. Wanita itu pasrah di dalam kekuasan Demian atas tubuhnya. Demian mempercepat permainannya, menuntut lebih, mencari kepuasan untuk dirinya yang semakin memuncak dan siap diledakkan. Puncak Demian pun tercapai saat ia memeluk tubuh wanita itu.
***
Almira segera menyambut kepulangan suaminya dengan senyum. Demian seakan kembali pada dirinya yang dulu, dirinya yang bersikap dingin, dan tak lagi sehangat dulu, namun Demian meyakinkannya untuk jika lelaki itu sedang sibuk mengurusi beberapa kasus. Almira seperti biasa, menjadi istri yang pengertian dan mencoba berpikir positif. Ia yakin, Demian tak mungkin tega menyakitinya lagi. Lelaki itu akan menjaga cinta yang diberikannya.
“Bagaimana harimu, Mas?” Tanya Almira sembari memeluk lengan kekar Demian.
Demian tersenyum dan mengusap lembut wajah Almira. “Masih sibuk karna ini kasus berat. Korbannya adalah seorang selebriti dan pengusaha sukses, tentu saja nggak mudah untuk mendapatkan kemenangan.”
“Bagaimana kalau kubuatkan kopi, sementara kamu pergi mandi?”
Demian mengangguk setuju, mengecup kening Almira dan mengucapkan terima kasih. Sekilas Almira dapat mencium aroma manis dari parfum wanita di tubuh Demian, aroma yang sudah pasti bukan miliknya, namun cepat-cepat Almira menggeleng, mengusir pemikirannya barusan. Dirinya sudah memantapkan hati untuk kembali mempercayai, hingga tak seharusnya ia menaruh curiga pada Demian. Lelaki itu selalu bertemu banyak orang, kerap berada di tengah keramaian. Mungkin saja, aroman itu memang hanya milik orang yang berbisnis dengannya.
Ya, Demian tak mungkin kembali melakukan kesalahan yang sama dan menghancurkan dunianya. Lelaki itu tak mungkin melanggar janjinya kembali. Demian tak mungkin tega kembali menyakiti hatinya yang telah rapuh. Mereka telah susah payah membangun kembali segala hal yang telah hancur dan rasanya tak mungkin jika Demian mau menghancurkannya kembali. Kepingan yang dulu pun tak sepenuhnya sembuh, jadi Almira yakin jika Demian tak mungkin kembali mengkhianati cinta mereka.